Kisah Fikri : Puluhan Kali Ditolak, Lolos S2 di Belanda - Kerja di Facebook

ADVERTISEMENT

Kisah Fikri : Puluhan Kali Ditolak, Lolos S2 di Belanda - Kerja di Facebook

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 04 Sep 2021 10:29 WIB
Facebook Akan Akhiri Pemblokiran Situs Berita Australia Setelah Mencapai Kesepakatan
Foto: ABC Australia
Jakarta -

Mencari kerja dan beasiswa memang bukan perkara mudah. Hal ini juga sempat dialami oleh Muhammad Fikri, pemilik akun Twitter @defickry yang twitnya sempat viral belakangan.

Dalam twit viralnya ini, Fikri menceritakan bagaimana dirinya dulu sempat ditolak hingga lebih dari 30 perusahaan dan lebih dari 20 peluang beasiswa magister. Dalam twitnya, Fikri turut membagikan rekam layar computer jinjingnya ketika ia dulu menjadi seorang pencari kerja.

"Share my story of rejection. Ditolak lebih dari 30 perusahaan saat melamar kerja di awal2 lulus S1. Lebih tepatnya gak ada kabar dari mereka, 6 bulan literally nganggur. Ditolak lebih dari 20x saat apply beasiswa S2 within 4 years. Ini screenshot folder laptop dulu," begitu bunyi penggalan twit Fikri, seperti dikutip detikEdu pada Jumat (03/09/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan menuju kuliah di Amsterdam dan bekerja di Facebook Singapura

Pria berusia 35 tahun ini bercerita bahwa kini dirinya bekerja di Facebook Asia Pasifik yang berkantor di Singapura. Ia sebelumnya juga lulus gelar magister dari University of Amsterdam, Belanda, pada jurusan Komunikasi yang merupakan salah satu departemen Ilmu Komunikasi terbaik di dunia.

Namun, perjalanan Fikri hingga menjadi bagian dari Facebook maupun kuliah di Belanda bukanlah hal yang mudah.

ADVERTISEMENT

Fikri merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Komunikasi yang lulus pada tahun 2009. Bercerita pada detikEdu, ia mengatakan sempat menganggur selama 6 bulan, meskipun terhitung sebagai mahasiswa yang sangat aktif dan berprestasi.

"Dapat beasiswa, saya juga lulusnya cumlaude, dan saya juga sempat pertukaran pelajar ke Australia waktu S1, kemudian saya juga aktif di berbagai unit kegiatan mahasiswa, saya juga ketua Pramuka UGM waktu itu, saya ikutan pers mahasiswa Balairung, saya ikutan UKM tari, renang, macam-macam lah, intinya gitu ya," jelas FIkri ketika dihubungi detikEdu, Jumat (03/09/2021).

Saat itu Fikri berpikir bahwa secara profil, ia sebetulnya adalah mahasiswa yang ideal. "Cuma ternyata, kenyataannya tidak segampang itu," ujar Fikri.

Ketika lulus pada 2009 dulu, dirinya mengira akan mudah mendapatkan pekerjaan. Namun, Fikri mengatakan bahwa ia dulu harus mengikuti bursa kerja di mana-mana.

"Saking tidak diterima sana-sini, saya apply mana saja. Pokoknya begitu ada lowongan, apply aja," terangnya.

Fikri menyebutkan bahwa ia berkali-kali mendapat ghosting dari berbagai perusahaan ternama dan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Setelah menganggur selama 6 bulan, ia akhirnya mendapat tawaran kerja dari ACICIS, yang merupakan lembaga yang menangani pertukaran pelajar mahasiswa Australia dan Indonesia. ACICIS tertarik merekrut Fikri disebabkan profilnya di blog dan melihatnya pernah menjadi mahasiswa pertukaran ke Australia.

Singkat cerita, ia berganti-ganti pekerjaan hingga sembilan kali, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Putera Sampoerna Foundation.

Tak lama bekerja di Sampoerna, ia berhenti karena akhirnya diterima beasiswa S2 setelah melamar selama empat tahun dan ditolak lebih dari 20 kali.

Fikri konsisten melamar beasiswa sejak dirinya lulus S1. "Ada Chevening-lah, ada Fullbright-lah, ada beasiswa Dikti lah, ada beasiswa TOTAL, ada beasiswa Erasmus Mundus. Semua beasiswa coba, tidak ada yang lolos," papar Fikri.

"Bahkan beasiswa Australia, tiga kali saya ditolak," imbuhnya. Padahal, dirinya pernah tinggal di sana dalam rangka pertukaran mahasiswa.

Fikri mengatakan dirinya tetap konsisten melamar beasiswa S2 di luar negeri karena sama sekali tidak merugikan waktunya. Pada akhirnya, ia diterima beasiswa LPDP tahun 2013.

Fikri mengetahui adanya beasiswa tersebut melalui kawannya yang bekerja sebagai staf Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Lagi-lagi karena koneksi dan network ya. Maksudnya karena saya punya banyak teman, poinnya di situ," ujarnya.

Simak inspirasinya bagi mahasiswa S1 di halaman selanjutnya >>>

Pesan Fikri pada para mahasiswa S1

Pria yang pernah menjadi konsultan media sosial Kementerian Pariwisata ini menyampaikan bahwa dirinya sengaja memilih jurusan komunikasi di University of Amsterdam karena latar belakang dan tujuan kariernya. Ia memiliki target karier dalam bidang komunikasi digital.

Ia menganjurkan agar mahasiswa S1 bekerja terlebih dulu sebelum melanjutkan S2. Supaya, nantinya mengetahui jurusan apa yang harus diambil.

"Makanya saya juga sangat suggest kepada teman-teman S1, ketika dia mau S2 jangan langsung S2, tapi kerja dulu. Karena kalau kita kerja dulu, kita tahu S2 apa," terang Fikri.

Soal memilih University of Amsterdam, Fikri mengaku bahwa ia terinspirasi mantan bosnya di Sampoerna dan memang suka dengan kota Amsterdam.

Pantang menyerah karena ingin mengubah nasib

Sikap Fikri yang tidak menyerah hingga kuliah di Amsterdam dan kini menjadi bagian dari Facebook adalah karena tekad mencapai mimpinya. "Mungkin terdengar klise, tapi buat saya punya mimpi itu membantu kita untuk bergerak, membuat kita memiliki tujuan," tegasnya.

Ia mempunyai mimpi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik karena berangkat dari keluarga tidak mampu. Fikri adalah anak ke-8 dari sembilan bersaudara.

Ia merupakan satu-satunya anak dalam keluarga yang merantau dari Palembang. Dulu ia berpikir harus melakukan sesuatu untuk mengubah nasib.

Fikri menuturkan bahwa ia bisa kuliah S1 karena beasiswa UGM. "Jadi kalau ditanya motivasinya apa, kenapa memiliki mental baja, ya gara-gara ya harus mau tidak mau gitu. Karena tidak ada pilihan," paparnya.

Dulu ia sempat ragu untuk berangkat ke UGM demi menempuh studi sarjana. Pasalnya, beasiswa yang diberikan hanya berupa biaya kuliah saja.

Namun, selama kuliah di UGM, ia aktif melamar berbagai beasiswa lain sekaligus mencari banyak peluang penghidupan. Contohnya, menjadi pemandu wisata selama libur semester, menjadi tutor, dan yang lainnya.

Ia mempunyai cita-cita memberangkatkan haji orang tua dan hal itu sudah terlaksana saat dirinya masih menjadi mahasiswa UGM. Fikri mampu mengantarkan ibunya pergi haji dari uang yang ia dapatkan saat masih pertukaran mahasiswa selama enam bulan di University of Canberra, Australia.

Kala mendapat beasiswa pertukaran di Canberra, ia melakukan pekerjaan sambilan sebagai tenaga kebersihan untuk toilet, perkantoran dan sebagainya. Di bulan ketiga, ia mendaftarkan ibunya untuk pergi haji.

Kini, ia juga masih memiliki cita-cita yang lain. Fikri ingin tinggal di Bali sambil membangun usaha lokal dan pusat komunitas bagi anak-anak kecil di sana.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads