Perdebatan sengit tentang kapan manusia pertama kali menginjakkan kaki ke paparan Sahul (Australia) menemui titik terang.
Peneliti menemukan bukti genetik yang menunjukkan manusia, pertama kali menginjakkan kaki di daratan Sahul sekitar 60.000 tahun lalu. Menurut analisis genetika tersebut manusia datang dari dua rute berbeda.
Kesimpulan ini diungkap melalui studi yang telah terbit di Science Advances berjudul Genomic evidence supports the "long chronology" " Volume 11 Issue 48, for the peopling of Sahul, awal kedatangan penduduk asli Australia ke Sahul (Australia, Nugini dan Tasmania) berdasarkan bukti genetik hampir sama dengan catatan sejarah arkeologi yang menyebut 65.000 tahun.
Perdebatan sengit terjadi karena para ilmuwan terbagi dalam dua kubu, kronologi panjang dan pendek.
Kronologi panjang meyakini manusia pertama yang datang ke Australia sekitar 60.000-65.000 tahun lalu berdasarkan bukti arkeolog. Sedangkan kronologi pendek berpegang teguh pada bukti genetika, yang meyakini kedatangan manusia pertama di benua Sahul sekitar 47.000-51.000 tahun lalu.
Perbedaan paham tersebut disebabkan oleh bukti-bukti yang tidak seimbang di antara arkeologi dan genetika pada penemuan sebelumnya. Studi terbaru yang menganalisis 2.456 sampel DNA mitokondria penduduk asli Australia dan Nugini mendukung paham "kronologi panjang".
Penduduk Asli Australia yang Datang Melalui Sulawesi-Filipina
Hasil analisis genetika menunjukkan manusia pertama kali menjamah Sahul lewat dua jalur, yakni melalui Sulawesi dan Filipina serta jalur minor dari selatan. Ilmuwan menduga perjalanan tersebut ditempuh dalam waktu yang berdekatan sekitar 60.000 tahun lalu.
Profesor Helen Farr seorang arkeolog di Universitas Southampton, migrasi manusia pada masa itu bukan suatu kebetulan.
"Kami melihat bukti orang-orang menggunakan perahu, berlayar ke lepas pantai, dan melakukan penyeberangan lautan sejak 60.000 tahun yang lalu," ujar Farr, dikutip dari ABC News.
Profesor Christopher Clarkson seorang arkeolog di Universitas Griffith, menyebut penelitian ini berhasil menyatukan antara paham kronologi panjang dan pendek dengan mengumpulkan berbagai bukti yang kuat dan memuaskan.
Di lapangan, kerangka waktu kedatangan berbasis arkeologi yang berusia 60.000 hingga 65.000 tahun dikenal sebagai kronologi panjang. Sedangkan kerangka waktu yang lebih kecil antara 47.000 hingga 51.000 tahun, yang dikaitkan dengan genetika dikenal sebagai kronologi pendek.
"Ini adalah studi pertama yang benar-benar komprehensif yang menghubungkan arkeologi dan genetika - mengamati pelayaran, waktu, dan iklim - dan memberikan argumen yang sangat kuat tentang kapan manusia pertama kali tiba di sini," ujar Clarkson.
Namun, Dr Llamas seorang ahli genetika berpendapat perlu dilakukan lebih banyak penelitian untuk memastikan garis waktu genetika.
"Ini adalah penelitian yang sangat bagus, metodenya solid, dan mereka telah melakukan uji tuntas, tetapi masih ada ketidakpastian mengenai laju molekulernya," ujar Llamas.
Sedangkan para peneliti studi tersebut mengungkap bahwa kemungkinan untuk mencapai selesai perihal itu. Mereka berharap akan ada penelitian selanjutnya yang benar-benar mengakhiri perdebatan sengit kronologi panjang dan pendek.
Penulis adalah peserta program MagangHub Kemnaker di detikcom.
Simak Video "Video: Air Laut di Sulawesi Utara Sempat Surut Seusai Gempa Filipina"
(nah/nah)