Kasus influenza atau flu telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Bahkan, peningkatan ini sejalan dengan tren global yang tercatat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pakar kesehatan pernapasan dari IPB University, Dr. dr. Desdiani, SpP, MKK, MSc (M BioEt) berpendapat jika lonjakan kasus ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kesehatan individu, tetapi juga oleh dinamika lingkungan dan perubahan iklim. Tercatat, suhu udara rata-rata di Indonesia pada September 2025 mencapai 26,91°C, lebih tinggi dari rerata iklim global 26,56°C.
"Anomali suhu ini merupakan yang tertinggi ketujuh sejak tahun 1981 dan berpotensi meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap infeksi saluran pernapasan," ujarnya dalam laman IPB dikutip Minggu (9/11/2025).
Selain itu, perbedaan antara suhu siang dan malam akhir-akhir ini juga cenderung meningkat. Variabilitas suhu per jam bisa mencapai 4-5°C.
"Misalnya, pukul 12 siang suhu bisa mencapai 37°C, lalu satu jam kemudian turun menjadi sekitar 32,5°C. Begitu seterusnya. Jadi setiap jam suhu udara bisa berubah," jelasnya.
Menurut Desdiani, situasi ini bisa melemahkan sistem pertahanan saluran pernapasan yang memudahkan virus influenza masuk.
"Perbedaan suhu yang ekstrem antara siang dan malam dapat menurunkan kekebalan lokal saluran pernapasan. Ketika tubuh belum sempat beradaptasi dengan perubahan suhu yang cepat, risiko infeksi virus influenza meningkat," jelasnya.
Perubahan Iklim Menambah Penyebaran Penyakit
Ia menambahkan jika perubahan iklim, urbanisasi, dan polusi udara juga berkontribusi terhadap penyebaran penyakit. Peningkatan jumlah bangunan dan berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan suhu di daerah padat penduduk menjadi lebih tinggi.
Di saat yang sama, polutan juga menurunkan kualitas udara dan melemahkan daya tahan tubuh. Kondisi ini mempercepat penyebaran virus influenza A dan B.
"Perubahan suhu dan kelembapan dapat memengaruhi stabilitas virus di udara. Udara kering atau dingin mengurangi efektivitas sistem pertahanan mukosa saluran pernapasan, sehingga seseorang lebih mudah terinfeksi," jelasnya.
Sarankan Vaksin
Dr. Desdiani mengatakan jika vaksinasi influenza tahunan juga merupakan langkah penting dalam mencegah kasus berat dan komplikasi.
"Vaksinasi telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko rawat inap, pneumonia, dan kematian, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan individu dengan penyakit kronis atau sistem kekebalan tubuh yang lemah," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk etika batuk, memakai masker saat sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan.
"Perubahan iklim dan penurunan kualitas udara bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, mitigasi lingkungan harus menjadi bagian dari strategi pencegahan penyakit menular," ujarnya.
Simak Video "Video Mitos atau Fakta: Perlukah Minum Oseltamivir Saat Kena Flu?"
(nir/nwk)