×
Ad

Studi Terbaru Ungkap Generasi Ini Paling Banyak Gunakan AI, Siapa Mereka?

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 11 Nov 2025 08:30 WIB
Ilustrasi aplikasi AI. (Foto: Getty Images/Robert Way)
Jakarta -

Studi dari Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025 menemukan jika ada satu generasi yang paling banyak menggunakan AI. Dengan presentase 43,7 persen, generasi apa yang dimaksud?

Generasi dengan pengguna AI terbanyak dipegang oleh Generasi Z denganpresentase sebesar 43,7 persen. Jumlah ini disusul denganMilenial sebesar 22,3 persen.

Guru Besar UGM dan Pemerhati Rekayasa Perangkat Lunak, Prof Ridi Ferdiana, menilai meningkatnya penggunaan AI di kalangan anak muda lantaran mereka tumbuh di lingkungan digital. Menurutnya, salah satu bentuk disrupsi terbesar bukan kemunculan AI secara umum, tetapi hadirnya generative AI yang mengubah cara berpikir generasi muda.

"Generasi Z itu lahir sebagai digital native, sudah dimanjakan teknologi sejak kecil. Generative AI sekarang menjadi bentuk disrupsi terbesar yang mengubah cara berpikir dan hidup mereka," ujarnya dalam laman UGM dikutip Minggu (9/11/2025).

Ridi memperkirakan, ke depannya pengguna AI di kalangan anak muda terus meningkat. Ia memberi contoh bahwa di lingkungan UGM sendiri dari total 60.000 mahasiswa, sebanyak 45.000 telah menggunakan AI dalam aktivitas sehari-hari maupun akademik.

"Misal katakanlah UGM, dari 60 ribu mahasiswa, kira-kira 45 ribu sudah memakai teknologi ini. Saya perkirakan pada tahun 2030, adopsinya bisa mencapai 100 persen," ujarnya.

Ridi menilai, penggunaan AI dapat memberi perubahan bagi cara belajar dan mengembangkan kreativitas generasi muda. Terlebih adanya teknologi generative AI yang dapat menjadi teman belajar dalam memahami konsep materi.

"Contohnya pada Gemini AI yang memiliki fitur guided learning yang akan mengajari kita dan melakukan deep research, sehingga membantu kita menganalisis jawaban lebih dalam. Tidak sebatas menerima jawaban mentah-mentah," jelasnya.

Kendati demikian, ia menyoroti penggunaan AI secara berlebih tanpa adanya verifikasi dalam menerima informasi dapat memberikan ketergantungan. Fenomena ini ia juluki sebagai DDA atau 'dikit-dikit AI'.

"Jadi critical thinking dan aspek memorize menurun, makanya yang paling gawat terjadi efek brain rot terjadi karena malas mikir dan dikit-dikit jadi tanya ke AI,"ungkapnya.

Menurutnya, setiap generasi memiliki gaya adaptasi yang berbeda dalam menghadapi teknologi. Ia menyebut, Generasi X dan Baby Boomers belum memiliki kapasitas menyeluruh dalam mengadaptasi AI. Mereka juga cenderung memandang bahwa AI hanya sebatas pada alat bantu kerja.

Sementara itu, generasi Z memandang AI sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, Generasi Milenial berada di posisi tengah yang hampir mirip dengan Generasi Z, tetapi seperempat hidupnya dijalankan menggunakan bantuan teknologi.

"Generasi X dan Baby Boomers saat ini bukan ada di tahap produktif lagi, melainkan ada di tahap lebih banyak bersosialisasi dan berempati. Sehingga penggunaan AI hanya sebatas tools saja seperti halnya Microsoft Word atau Excel, namun bagi generasi Z dan Millennial, hal ini sudah menjadi disruption yang mengubah kehidupan," jelasnya.



Simak Video "Video Ricuh Demo Antipemerintah di Peru, Gen Z Bentrok dengan Polisi"

(nir/nwk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork