Hampir satu abad lamanya, cara patung-patung raksasa Moai di Pulau Paskah (Rapa Nui) berpindah tempat menjadi misteri besar bagi para ilmuwan. Bagaimana mungkin masyarakat setempat mampu memindahkan batu-batu seberat beberapa ton tanpa alat berat modern?
Kini, studi terbaru dari Binghamton University dan University of Arizona, Amerika Serikat yang terbit di Journal of Archaeological Science pada November 2025, mulai menjawab teka-teki tersebut. Dalam studi tersebut, para peneliti mengungkap bahwa Moai kemungkinan besar "berjalan" secara vertikal, bukan digulingkan atau diseret seperti yang diduga selama ini.
Moai yang Bisa "Berjalan"
Tim peneliti menganalisis 962 patung Moai, termasuk 62 patung yang ditemukan di jalur jalan kuno (dikenal sebagai Jalan Patung). Dengan bantuan teknologi pemodelan 3D dan eksperimen langsung di lapangan, mereka menciptakan replika Moai seberat 4,35 ton.
Hasilnya mengejutkan, hanya dengan 18 orang dan tali panjang, patung raksasa tersebut berhasil digerakkan sejauh 100 meter dalam waktu 40 menit.
"Begitu digerakkan, ternyata tidak sulit bagi orang-orang untuk menariknya bahkan dengan satu tangan. Gerakannya cepat dan hemat energi," ujar Prof. Carl Lipo, seorang profesor antropologi di Universitas Binghamton di New York, melansir Sci.News.
Rahasia di Balik Langkah Moai
Bagaimana Moai bisa "berjalan"? Peneliti mengungkapkan, kuncinya ada pada desain dan posisi tubuh patung.
Bentuk dasar Moai menyerupai huruf D dengan kemiringan ke depan (forward lean). Desain ini memungkinkan patung bergerak maju dengan gerakan goyang zig-zag, seperti seseorang yang berjalan pelan.
Tak hanya itu, jalan kuno di Rapa Nui ternyata juga berperan penting. Lebarnya sekitar 4,5 meter dengan permukaan sedikit cekung (concave), membantu menjaga keseimbangan Moai agar tidak jatuh saat digerakkan.
Dengan teknik sederhana ini, dan hanya mengandalkan tali dan kerja sama beberapa puluh orang, para leluhur Rapa Nui mampu memindahkan Moai tanpa perlu kayu pengguling atau alat bantu besar. Temuan ini sekaligus menepis teori lama yang menyebut bahwa mereka menyeret patung menggunakan batang pohon, yang dianggap tidak mungkin karena vegetasi di pulau itu terbatas.
"Ini menunjukkan bahwa orang Rapa Nui sangat cerdas. Mereka menemukan cara ini," ucap Lipo.
Masih Banyak Pertanyaan Tersisa
Meski hasilnya meyakinkan, para peneliti mengingatkan bahwa metode "berjalan" ini belum tentu satu-satunya cara yang digunakan.
Sebagian arkeolog berpendapat bahwa Moai yang ditemukan di jalur mungkin memiliki fungsi berbeda atau dibuat pada periode waktu lain, sehingga karakteristiknya pun tidak sama.
Selain itu, aspek logistik seperti cara mengatur posisi akhir patung, sistem penggunaan tali, hingga pengorganisasian tenaga kerja masih menjadi tanda tanya besar bagi ilmuwan.
Lebih dari Sekadar Misteri Arkeologi
Penemuan ini tidak hanya menjawab misteri lama, tapi juga mengubah pandangan manusia modern terhadap peradaban kuno. Masyarakat Rapa Nui ternyata bukan sekadar pembuat patung raksasa, melainkan inovator cerdas yang mampu memanfaatkan ilmu fisika sederhana untuk menaklukkan keterbatasan sumber daya.
Penemuan ini menjadi pengingat bahwa sains dan sejarah bisa berjalan berdampingan untuk mengungkap jejak kecerdikan manusia masa lalu. Siapa sangka, di balik patung batu raksasa yang diam itu, tersimpan kreativitas, kerja sama, dan teknologi lokal yang luar biasa hebat.
Simak Video "Video Belajar dari Tragedi Hilangnya Hutan Pulau Paskah Imbas Deforestasi"
(twu/twu)