Batu-Batu di Gurun Arab Ungkap Peradaban yang Hilang

ADVERTISEMENT

Batu-Batu di Gurun Arab Ungkap Peradaban yang Hilang

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 14 Okt 2025 20:00 WIB
Ukiran batu dari 12.000 tahun lalu di Gurun Nafud, Arab Saudi.
Penemuan 176 ukiran batu kuno di Gurun Nafud, Arab Saudi, menunjukkan peradaban hilang yang hidup di sana saat sumber air muncul. Foto: Dok Griffith University
Jakarta -

176 ukiran di atas batu ditemukan di sepanjang tepi selatan Gurun Nafud di Arab Saudi. Diperkirakan, ukiran ini dibuat sekitar 12.800-11.400 tahun yang lalu oleh para penduduk peradaban yang hilang.

Hal tersebut dilaporkan tim peneliti internasional di bawah koordinasi Komisi Warisan Budaya, Kementerian Kebudayaan Arab Saudi. Para peneliti berasal dari Institut Geoantropologi Max Planck, King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), University College London (UCL), Griffith University, dan sejumlah institusi lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hidup Saat Air Ada di Gurun

Ukiran batu dari 12.000 tahun lalu di Gurun Nafud, Arab Saudi.Lokasi penelitian di Gurun Nafud, Arab Saudi. Foto: Dok Griffith University

Peneliti menjelaskan, orang-orang di peradaban kuno tersebut menetap di tanah Arab saat sumber air musiman muncul lagi. Saat itu, danau dan sungai sementara terbentuk kembali setelah kekeringan ekstrem terjadi berabad-abad.

Temuan tersebut diperoleh dari analisis sedimen pada playa, yaitu bekas dasar danau yang mengering di sekitar situs arkeologi Gurun Nafud. Mereka mendapati, sumber-sumber air kuno itu muncul sementara waktu saja di tengah iklim kering dan semi-kering gurun.

ADVERTISEMENT

Jejak Ukiran Kuno

Kendati sementara, penduduk peradaban tersebut sempat menetap kawasan Gurun Nafud. Mereka meninggalkan jejak ukiran batu berupa gambar unta, kambing liar ibex, kuda liar, rusa, dan auroch (nenek moyang sapi ternak).

Khusus ukiran unta yang mereka buat digambarkan secara naturalistik dan detail, lengkap dengan punuk, ekor, dan terkadang garis leher yang menonjol. Ukiran bergambar badan orang dan wajah orang juga dibuat penduduk peradaban hilang tersebut.

Beberapa ukiran dibuat menimpa ukiran yang sudah lama. Peneliti memperkirakan hal itu dilakukan untuk memperbarui rupa yang lama.

Berdasarkan analisis pada seni cadas tersebut, peneliti mengatakan setidaknya ada empat waktu mengukir yang berbeda. Pada momen keempat, gambarnya sudah jauh lebih mirip kartun, dengan mata bulat dan tanduk menonjol.

Diukir di Tebing hingga Celah Sempit

Salah satu gambar diukir di celah batu sempit.Salah satu gambar di bebatuan Gurun Nafud, Arab Saudi diukir di celah batu sempit. Foto: Dok Griffith University

Ada beberapa lokasi penemuan ukiran batu di Gurun Nafud. Uniknya, sejumlah ukiran tersembunyi di celah-celah batu.

Ada pula gambar kuno yang diukir di permukaan tebing tinggi di Jabal Mleiha dan Jabal Arnaan. Beberapa di antaranya setinggi 39 meter.

Peneliti menduga, seniman peradaban hilang tersebut harus memanjat dan mengukir batu di ketinggian maupun di celah yang sempit. Jika benar demikian, maka gambar ukiran batu tersebut mungkin punya arti penting.

Kerabat Orang Levant?

Di samping batu berukir, arkeolog juga menemukan artefak mata batu Al Khiam dan Helwan khas Levant, pigmen hijau, dan manik-manik dari kerang dentalium.

Temuan artefak itu menunjukkan peradaban hilang tersebut kemungkinan punya hubungan jauh dengan masyarakat pratembikar neolotikum di Levant. Diketahui, Levant merupakan kawasan kuno yang kini menjadi wilayah Suriah, Lebanon, Yordania, Israel, dan Palestina, Semenanjung Sinai di Mesir, dan Provinsi Hatay di Turki.

Dr Faisal Al-Jibreen dari Komisi Warisan Budaya, Kementerian Kebudayaan Arab Saudi mengatakan, kendati artefaknya mirip, temuan ukiran kuno tersebut mengindikasikan peradaban yang hilang itu tidak dihuni orang Levant. Skala, isi, dan penempatan ukirannya dinilai mendukung perkiraan ini.

"Bentuk ekspresi simbolis yang unik ini merupakan bagian dari identitas budaya yang unik dan beradaptasi dengan kehidupan di lingkungan yang menantang dan gersang," tutur Faisal, dikutip dari laman Griffith University.

Hasil studi ini dipublikasi di jurnal Nature Communications dengan judul 'Monumental rock art illustrates that humans thrived in the Arabian Desert during the Pleistocene-Holocene transition', 30 September 2025.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads