IQ Pengaruhi Kemampuan Mendengar di Tempat Ramai, Siswa Tertentu Perlu Duduk Depan?

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 05 Nov 2025 09:30 WIB
Ilustrasi sekolah. Foto: dok. Istimewa
Jakarta -

Andaikan detikers sedang berada di kafe yang ramai bersama seorang teman. Kebisingan mungkin membuat kalian sulit untuk saling mendengarkan percakapan.

Menariknya, berdasarkan penelitian terbaru University of Washington, kesulitan memahami persepsi bicara diperkirakan berkaitan dengan kemampuan kognitif.

IQ Memengaruhi Kemampuan Mendengar di Situasi Ramai

Dalam sebuah studi yang melibatkan tiga kelompok yakni individu dengan autisme, sindrom alkohol janin, dan kelompok kontrol neurotipikal, para peneliti menemukan kemampuan kognitif secara signifikan berkaitan dengan seberapa baik para peserta yang semuanya memiliki pendengaran normal, memproses ucapan di lingkungan yang bising.

"Hubungan antara kemampuan kognitif dan persepsi bicara melampaui kategori diagnostik. Temuan itu konsisten di ketiga kelompok," kata peneliti utama studi tersebut, Bonnie Lau, dikutip dari situs resmi kampus.

Ia adalah asisten profesor peneliti otolaringologi-bedah kepala dan leher di Fakultas Kedokteran Universitas Washington. Ia juga memimpin studi laboratorium tentang perkembangan otak pendengaran.

Temuan ini dipublikasikan pada 24 September 2025 di jurnal PLOS One dengan judul "The relationship between intellectual ability and auditory multitalker speech perception in neurodivergeny individuals".

Lau mengatakan skala kecil dalam studi yang kurang dari 50 peserta ini memerlukan validasi dengan populasi yang lebih besar. Namun, temuan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan intelektual merupakan salah satu variabel yang memengaruhi seberapa baik seseorang mendengar dalam lingkungan akustik yang kompleks, seperti ruang kelas yang ramai dan acara sosial.

Untuk menguji hipotesis mereka, para peneliti merancang studi yang melibatkan orang-orang dengan autisme dan sindrom alkohol janin. Orang-orang dengan kondisi tersebut, meskipun memiliki pendengaran yang normal, sering melaporkan kesulitan mendengarkan di lingkungan yang bising.

Dan kelompok orang dengan kondisi neurodivergen tersebut mewakili rentang skor IQ yang lebih luas, beberapa di antaranya lebih tinggi dibandingkan yang hanya terlihat di antara peserta neurotipikal.

Bagaimana Suara di Tempat Ramai Diproses?

Peserta studi terdiri dari 12 orang dengan autisme, 10 orang dengan sindrom alkohol janin, dan 27 orang yang usia dan jenis kelamin biologisnya sesuai dalam kelompok kontrol. Usia mereka berkisar antara 13 hingga 47 tahun.

Semua peserta pertama-tama menjalani skrining audiologi untuk memastikan pendengaran normal secara klinis. Mereka kemudian dilengkapi dengan headphone dan program komputer yang memberikan tantangan mendengarkan yang kompleks.

Peserta diperkenalkan dengan suara pembicara utama dan diinstruksikan untuk memperhatikan suara pembicara tersebut ketika dua suara latar belakang lainnya muncul, semuanya berbicara secara bersamaan.

Suara pembicara utama selalu laki-laki, dan suara sekunder laki-laki dan perempuan, atau keduanya laki-laki. Setiap suara menyatakan satu kalimat yang dimulai dengan tanda panggilan diikuti oleh warna dan nomor, misalnya, "Siap, Elang, pergi ke hijau lima sekarang."

Pada program komputer, peserta studi ditugaskan untuk memilih kotak berwarna dan bernomor yang sesuai dengan pernyataan pembicara utama, sementara volume suara sekunder ditingkatkan secara bertahap.

Selanjutnya, peserta menjalani tes kecerdasan singkat dan terstandarisasi, termasuk kemampuan verbal dan nonverbal, dan penalaran perseptual. Skor tersebut dianalisis terhadap skor individu pada tantangan mendengarkan multipembicara.

"Kami menemukan hubungan yang sangat signifikan antara kemampuan intelektual yang dinilai secara langsung dan persepsi bicara multipembicara," kata para peneliti.

"Kemampuan intelektual berkorelasi signifikan dengan tolok ukur persepsi bicara di ketiga kelompok," imbuh mereka.

Siswa Tertentu Perlu Duduk Depan

Banyak pemrosesan otak yang berkontribusi pada keberhasilan mendengarkan di lingkungan yang kompleks, kata Lau.

"Anda harus memisahkan aliran bicara. Anda harus mencari tahu dan secara selektif memperhatikan orang yang Anda minati, dan sebagian dari itu adalah menekan karakteristik kebisingan yang saling bersaing," lanjutnya.

"Kemudian Anda harus memahami dari sudut pandang linguistik, mengodekan setiap fonem, membedakan suku kata dan kata. Ada juga keterampilan semantik dan sosial - kita tersenyum, kita mengangguk. Semua faktor ini meningkatkan beban kognitif dalam berkomunikasi saat suasana bising," terangnya lagi.

Studi ini secara langsung membahas kesalahpahaman umum, tambah Lau, bahwa setiap orang yang kesulitan mendengarkan menderita gangguan pendengaran perifer.

"Anda tidak harus mengalami gangguan pendengaran untuk kesulitan mendengarkan di restoran atau situasi dunia nyata yang menantang lainnya," katanya.

Para penulis menyarankan individu neurodivergen dan individu dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah dapat memperoleh manfaat dari penilaian lingkungan yang dapat menantang ambang batas pendengaran kompleks mereka. Hal ini dapat mengarah pada intervensi di kelas misalnya, seperti memindahkan anak ke barisan depan atau menyediakan teknologi bantu dengar.



Simak Video "Video: 5 Negara dengan IQ Tertinggi di Dunia, RI Nomor Berapa?"

(nah/faz)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork