Supermoon 5 November Saat Bulan Tampak Lebih Besar, Jam Berapa Bisa Dilihat?

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Rabu, 05 Nov 2025 09:00 WIB
Ilustrasi supermoon Foto: REUTERS/Toby Melville
Jakarta -

Bulan purnama pada Rabu 5 November 2025 malam akan tampak berbeda. Pasalnya akan terjadi fenomena supermoon karena bulan purnama berada lebih dekat ke Bumi dalam orbitnya.

Supermoon Beaver November 2025 ini merupakan yang kedua dari tiga supermoon tahun ini dan terbilang istimewa. Mengapa? Karena menjadi supermoon yang paling dekat dengan Bumi.

Bulan akan berada dalam jarak kurang dari 357.000 kilometer dari Bumi. Ini menyebabkan supermoon ini akan terlihat lebih besar dan terang dibandingkan yang terjadi sebelumnya dan Desember 2025 mendatang.

Nah, sebelum detikers menyaksikannya dan mengambil gambar untuk instagram story, ada baiknya untuk mengetahui apakah supermoon benar-benar sebesar itu atau hanya efek pandangan mata?

Apa Itu Supermoon dan Jam Berapa Bisa Disaksikan di Indonesia?

Menurut laporan ABC News dan Sky at Night Magazine, supermoon terjadi saat bulan berada di titik terdekat orbitnya dengan Bumi (perige) dan bertepatan dengan fase purnama penuh.

Pada fenomena di bulan November 2025 ini, jarak bulan dari Bumi sekitar 357.000 kilometer, sedikit lebih dekat dari rata-rata normalnya, yaitu 384.000 kilometer.

Dikutip dari @infobmkg yang merupakan instagram resmi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fase purnama terjadi pada 5 November 2025 pukul 20.19 WIB.

Jarak Bumi dan Bulan saat fase tersebut adalah 356.980 km (Purnama Perige) dengan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 16' 43,87".

"Untuk menyaksikan Supermoon di Indonesia dapat dimulai setelah bulan terbit pada sore menjelang malam. Puncak FAse Purnama akan terjadi pukul 20.19 WIB," seperti dikutip dari akun tersebut.

Supermoon November 2025 bisa disaksikan dengan mata telanjang di seluruh wilayah Indonesia jika cuaca cerah.

Kemudian, Bulan saat di Perige terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB. Fenomena ini bisa teramati di belahan Bumi yang masih malam hari.

Bulan saat di Perige pada 6 November 2025 berjarak 356.833 km dengan Bumi, yang tercatat sebagai jarak terdekat Bumi-Bulan pada tahun 2025 dengan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 16' 44,28".

Dikutip dari Forbes, bulan purnama November 2025 paling dekat dengan Bumi sejak 19 Februari 2019. Saat itu jarak Bumi dan Bulan mencapai 356.761 km.

Ilmuwan memperkirakan bulan akan tampak 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding purnama biasa. Tapi secara kasat mata, perbedaan ini sangat tipis, terutama jika kamu tidak membandingkannya langsung dengan purnama di bulan lain.

Setiap kali supermoon muncul, selalu ada mitos-mitos yang beredar di media sosial. Seperti, dengan terjadinya fenomena supermoon dapat menyebabkan gempa bumi atau tsunami.

Faktanya, memang betul dengan munculnya gravitasi bulan akan berpengaruh kepada pasang surut air laut. Namun demikian, peningkatan gaya gravitasi saat terjadi supermoon relatif kecil, dan tidak berpotensi menimbulkan bencana.

Mitos kedua, sering tersebar informasi bahwa supermoon tampak dua kali lebih besar dari ukuran normal. Klaim ini juga keliru, perubahan ukuran 14% sulit dibedakan dengan mata telanjang.

Jika bulan tampak "raksasa" saat muncul di horizon, itu karena moon illusion efek optik yang membuat otak kita mengira bulan di dekat cakrawala lebih besar dibanding di langit tinggi.

Pernyataan bahwa supermoon adalah fenomena langka juga kurang tepat. Karena pada kenyataannya supermoon dapat terjadi 3-4 kali dalam setahun, tergantung posisi orbit bulan.

Menurut ahli astronomi dari Sky at Night Magazine, supermoon tak mempengaruhi cuaca atau aktivitas geologi Bumi. Tapi fenomena ini tetap menarik karena memperlihatkan interaksi gravitasi sederhana antara dua benda langit, Bumi dan Bulan.

Fenomena ini bisa menjadi momen berharga untuk mengenalkan literasi sains dan astronomi kepada masyarakat, terutama generasi muda.

Kenapa Mitos Supermoon Mudah Viral?

Supermoon punya daya tarik visual yang kuat, dengan bulan yang tampak besar, langit terang, dan mudah di foto. Tak heran jika foto-foto dramatisnya cepat viral di media sosial.
Namun, karena efek visualnya sulit diukur, banyak unggahan berlebihan yang memperkuat mitos.

Inilah sebabnya literasi sains digital menjadi penting agar publik bisa membedakan mana fakta astronomi, mana bumbu sensasional.

"Supermoon memang menakjubkan, tapi tidak ada yang mistis atau berbahaya di dalamnya. Justru, ini saat terbaik untuk belajar mengenal orbit bulan,"ujar astronom dari Royal Astronomical Society, dikutip dari Sky at Night Magazine.



Simak Video "Video: Momen Bulan Purnama Mencapai Titik Terendah di Langit China"

(pal/pal)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork