Wilayah Asia Timur sedang berhadapan dengan Topan Ragasa yang muncul sejak Senin (22/9). Meski berada di benua Asia, Indonesia tidak akan dilewati badai tersebut. Apa alasannya?
Sebelumnya, TopanRagasa merupakan topan yang muncul pada 18 September di Samudra Pasifik Barat. Pada malam 21 September, kecepatan anginRagasa mencapai lebih dari 145 knot atau sekitar 270 kilometer per jam, menjadikannya topan terkuat sepanjang 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mengalami penguatan hingga mencapai Kategori 5, Ragasa menghantam bagian utara Luzon dan Taiwan pada 22 September. Topan Ragasa juga menerjang beberapa wilayah di Asia Timur lainnya termasuk China dan Hongkong.
Menurut Reuters, Pemerintah Hong Kong sempat membatalkan sejumlah layanan transportasi publik termasuk penerbangan. Pemerintah China juga memerintahkan penutupan sekolah dan kampus di lebih dari 10 kota. Evakuasi dilakukan di daerah pesisir untuk mengantisipasi badai dan gelombang tinggi.
Badai, puting beliung, dan topan kerap menjadi ancaman di sekitar wilayah tropis. Namun, ketiga fenomena ini nyaris tidak pernah mendekati khatulistiwa. Apa alasannya?
Perbedaan Badai, Topan, dan Puting Beliung
Badai, puting beliung, dan topan adalah fenomena yang sama, thanya istilah penyebutannya berbeda berdasarkan lokasi terjadinya. Jika berlangsung di kawasan Atlantik Utara dan Pasifik timur laut, fenomena itu disebut badai (hurricane). Di wilayah Pasifik Barat dikenal dengan nama topan atau typhoon, sementara di Samudra Hindia lazim disebut siklon atau puting beliung (cyclone).
Topan terbentuk saat udara di atas permukaan laut menjadi panas oleh air yang hangat. Ini menyebabkan udara tersebut naik dan mendingin, membentuk awan dan badai petir. Naiknya udara juga menyebabkan kantong bertekanan rendah terbentuk di bawahnya, yang menyebabkan udara masuk dengan cepat.
Bersama dengan pengaruh angin, kondisi ini dapat menyebabkan angin ribut memasuki putaran. Akhirnya, awan yang menggunung di atas melepaskan hujan dan membuang panas ke permukaan, yang selanjutnya memicu topan di bawah.
Menurut laman IFL Science, angin dan putaran badai ditentukan oleh gaya coriolis, yaitu putaran inersia suatu benda yang disebabkan oleh rotasi Bumi. Di belahan Bumi Utara, putaran Bumi menyebabkan udara ditarik berlawanan arah jarum jam, yang kemudian menghasilkan badai yang berputar berlawanan arah jarum jam. Di belahan Bumi selatan, terjadi sebaliknya dan badai berputar searah jarum jam.
Alasan Tidak Ada Topan di Indonesia
Topan jarang terbentuk dalam jarak 300 kilometer atau sekitar 186 mil dari garis khatulistiwa. Hal ini karena tidak ada efek coriolis.
Topan juga tidak terlihat melintasi garis khatulistiwa karena mereka harus berhenti berputar, berbalik arah, dan berputar ke arah lain untuk berlanjut.
Secara hipotetis, topan mungkin bisa terjadi di dekat khatulistiwa. Gary Barnes, Profesor Meteorologi di Universitas Hawaii, menjelaskan jika secara teoretis badai memungkinkan menjadi cukup kuat untuk melanjutkan momentumnya di atas gaya coriolis yang relatif lemah dan berjalan ke ekuator.
Namun, Profesor Barnes dan yang lainnya mencatat mereka tidak pernah menemukan contoh kejadian ini di dunia nyata.
(nir/pal)