Indonesia kembali mencatatkan penemuan penting di dunia sains. Peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Donan Satria Yudha, S S M Sc mengungkap spesies baru kadal buta tak bertungkai (genus Dibamus) dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Tak sendirian, ia menganalisis spesies ini bersama tim kolaborator dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Spesies tersebut resmi diberi nama Dibamus oetamai.
Hasil penemuan Donan dan tim sudah dipublikasikan di Journal of Asian Biodiversity Taprobanica pada 25 April 2025. Menurut Donan, temuan ini tak hanya menambah daftar keanekaragaman hayati Indonesia, tapi juga sebagai pengingat pentingnya menjaga hutan tropis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kemungkinan besar kelestarian spesies ini terancam di masa depan karena spesies ini hidupnya tergantung pada keberadaan hutan," ujar Donan dikutip dari laman UGM, Jumat (12/9/2025).
Keunikan Kadal Buta Pulau Buton
Donan mengatakan kadal buta ini hanya bisa ditemukan di Pulau Buton. Mereka hidup di kawasan hutan lindung Kakenauwe dan Lambusango pada ketinggian di bawah 400 mdpl.
Secara morfologi, Dibamus oetamai memiliki ciri khas berbeda dari jenis Dibamus lainnya. Terutama pada bagian kepala.
Jenis kadal ini tidak memiliki garis sutura pada bagian rostral (moncong). Bagian sisik frontal pun terlihat lebih besar dibandingkan frontonasal, hingga susunan sisik unik di bagian kepala dan ekornya.
"Sisik bagian frontalnya juga lebih besar daripada frontonasal. Kemudian sisik interparietal tampak jelas lebih kecil dari frontonasal, sisik nuchal berjumlah 4-6 buah, sisik postocular dua buah, sisik supralabial satu buah, dan masih ada lagi karakter pembeda di bagian badan dan ekornya," kata Donan.
Kisah Penemuan Kadal Buta Pulau Buton
Kisah penemuan Dibamus oetamai cukup menarik. Mulainya, saat kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi tahun 2013 bersama Kopassus TNI AD, ada seorang mahasiswa UGM menemukan spesimen kadal tak bertungkai.
Sampel tersebut lalu dikirimkan ke Laboratorium Sistematika Hewan UGM untuk dianalisis lebih lanjut. Lalu, Donan mengajak Awal Riyanto, ahli herpetologi dari LIPI (kini BRIN), dan mahasiswa bimbingannya Maximilianus Dwi Prasetyo yang menjadikannya topik skripsi.
Penelitian ini juga melibatkan Thasun Amarashinge dari BRIN beserta timnya. Hasil dari penelitian dan analisis mendalam menunjukkan bahwa spesimen tersebut adalah spesies yang belum pernah ada.
"Penelitian Mas Maxi yang saya bimbing ini kemudian dibantu oleh Bapak Thasun Amarashinge dari BRIN beserta kolega beliau. Akhirnya teridentifikasi sebagai spesies baru dan diterbitkan dalam jurnal tersebut," ungkapnya.
Penemuan ini sekaligus menegaskan bahwa hutan-hutan di Indonesia, khususnya di pulau-pulau seperti Buton, masih menyimpan banyak spesies baru yang menunggu untuk ditemukan. Donan berharap pemerintah lebih serius menjaga hutan agar kekayaan hayati ini tidak hilang.
(cyu/nah)