Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama mitra dari Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Malaysia berhasil mengungkap spesies tikus hutan baru endemik Sulawesi. Spesies ini diberi nama Crunomys tompotika.
Nama tersebut merujuk pada lokasi penemuan di Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah. Penemuan ini disebut jadi bagian dari studi besar soal sistematika dan biogeografi mamalia Asia Tenggara.
"Penemuan ini menambah daftar panjang mamalia endemik Sulawesi yang terus bertambah seiring eksplorasi lapangan yang lebih intensif," kata Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, Anang Setiawan Achmadi, dikutip dari laman BRIN, Rabu (27/8/2025)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penemuan ini tak hanya jadi kabar baik untuk dunia sains, tapi juga mempertegas status Sulawesi sebagai 'surga' bagi spesies langka yang belum banyak diketahui.
Ciri-ciri Crunomys tompotika
Tikus ini punya ukuran tubuh sedang, ekor lebih pendek dari panjang tubuh, serta bulu rapat khas genus Crunomys. Habitatnya ada di hutan pegunungan alami dengan vegetasi lebat yang relatif belum terusik.
Anang menyebut, studi ini merevisi taksonomi besar dalam dunia mamalia kecil. Seluruh anggota Maxomys (tikus berduri/spiny rats) kini digabungkan ke dalam genus Crunomys, berdasarkan analisis genomik resolusi tinggi.
"Analisis ribuan penanda DNA, termasuk data genomik resolusi tinggi, menunjukkan bahwa Maxomys tidak membentuk kelompok yang utuh (non-monofiletik) jika dipisahkan dari Crunomys. Oleh karena itu, revisi ini dianggap paling tepat untuk mencerminkan hubungan evolusi sebenarnya," jelas Anang.
Lebih dari 20 Spesies Baru dari Sulawesi Sejak 2012
Crunomys tompotika bukan satu-satunya penemuan baru dari Sulawesi. Sejak 2012, lebih dari 20 spesies mamalia baru berhasil ditemukan di pulau ini. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah Wallacea, tempat Sulawesi berada masih menyimpan banyak misteri alam yang belum tergali.
"Penemuan spesies baru Crunomys dari Sulawesi ini membuka jendela baru terhadap sejarah evolusi hewan kecil di wilayah Wallacea, serta menegaskan pentingnya klasifikasi ulang pada tingkat genus untuk memahami keanekaragaman mamalia Indonesia secara lebih akurat," ujar Anang.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi internasional dan penggunaan teknologi genomik canggih. Teknologi tersebut didesain untuk menghasilkan data evolusi yang lebih tajam dan komprehensif.
Bisa Jadi Dasar Kebijakan Konservasi
Temuan ini membuka peluang besar untuk penelitian lanjutan, terutama dalam aspek ekologi dan peran Crunomys tompotika dalam ekosistem hutan Sulawesi. Anang berharap data ini bisa jadi landasan kuat untuk kebijakan konservasi dan memperkuat riset keanekaragaman hayati Indonesia.
"Data ini diharapkan menjadi pijakan penting memperkuat kebijakan konservasi dan memacu riset lanjutan dalam mendokumentasikan kekayaan hayati Indonesia," pungkas Anang.
Penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal internasional Journal of Mammalogy edisi 13 Juni 2025, berjudul Systematics and historical biogeography of Crunomys and Maxomys (Muridae: Murinae), with the description of a new species from Sulawesi and new genus-level classification.
(cyu/faz)