Saat Lautan Dipenuhi Kapal-kapal Kemanusiaan Menuju Palestina, Lawan Blokade Israel

ADVERTISEMENT

Saat Lautan Dipenuhi Kapal-kapal Kemanusiaan Menuju Palestina, Lawan Blokade Israel

fahri zulfikar - detikEdu
Minggu, 07 Sep 2025 18:00 WIB
Global Sumud Flotilla, a humanitarian expedition to Gaza, led by activists including Greta Thunberg, departs from the port of Barcelona, Spain August 31, 2025. REUTERS/Bruna Casas
Greta Thunberg pimpin 20 kapal solidaritas berlayar ke Gaza. Foto: REUTERS/Bruna Casas
Jakarta -

Sudah hampir dua tahun Gaza diserang Israel sejak 7 Oktober 2023. Israel telah membunuh lebih dari 64.200 orang, menghancurkan wilayah-wilayah Palestina, dan membiarkan orang yang selamat, menghadapi bencana kelaparan.

Sampai saat ini, Israel masih terus menyerang dan memblokade bantuan kemanusiaan global untuk Palestina. Dunia mengutuk tindakan Israel, tapi sekutu negara itu, seperti Amerika Serikat, memiliki pengaruh sangat besar di pergaulan internasional.

Meski secara politik, Israel sulit dihentikan, solidaritas kemanusiaan dari penjuru dunia tak berhenti berpihak ke Palestina. Suara-suara kebenaran terus meluas dan dukungan kemanusiaan terus digaungkan serta dikirimkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misi Global Sumud Flotilla

Dalam seminggu terakhir, dunia tertuju pada lautan menuju Palestina. Lebih dari 50 kapal kemanusiaan tengah menuju Gaza untuk melawan blokade Israel sejak 31 Agustus 2025.

ADVERTISEMENT

Misi kemanusiaan ini dikenal dengan 'Global Sumud Flotilla', yang pertama kali berangkat dari Spanyol. Kapal-kapal berisi delegasi dari 44 negara, membawa aktivis, pekerja kemanusiaan, dokter, pelaut, dan pasokan kemanusiaan yang mendesak, demikian dilansir dari Al Jazeera.

Menurut laporan, delegasi yang menuju ke Gaza, tidak terafiliasi dengan pemerintah atau politik mana pun. Mereka adalah delegasi kemanusiaan yang ingin melawan penindasan dan ketidakadilan.

Beberapa tokoh juga ikut dalam rombongan di kapal, seperti aktivis Swedia Greta Thunberg, sejarawan Kleoniki Alexopoulou, aktivis hak asasi manusia Yasemin Acar, dan sosio-lingkungan Thiago Avila. Selain itu, ada juga kalangan ilmuwan, seperti ilmuwan politik dan pengacara Melanie Schweizer, ilmuwan sosial Karen Moynihan, hingga fisikawan Maria Elena Delia.

Diperkirakan, rombongan kapal-kapal kemanusiaan akan memerlukan waktu tujuh hingga delapan hari untuk menempuh perjalanan sekitar 3.000 km ke Gaza.

Misi Kemanusiaan Lewat Laut Telah Ada sejak Dulu

Misi kemanusiaan melalui jalur laut menuju Gaza, bukan pertama kali terjadi. Pada 2008, dua kapal kemanusiaan berhasil mencapai Gaza dan menembus blokade Israel.

Pada 2010, upaya yang sama dilakukan, tapi berakhir diserang oleh Israel. Pasukan Israel menyerbu armada berisi lebih dari 600 orang di perairan internasional dan membunuh 10 aktivis.

Meski begitu, misi kemanusiaan terus dikirimkan ke Gaza. Pada 2011, 'Freedom Flotilla II' berlayar ke Gaza menembus blokade Israel untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan. Misi yang sama juga dilakukan pada 2015 dan 2018.

Setelah beberapa tahun berselang, pada 2025, misi kemanusiaan lewat laut kembali dilakukan. Setidaknya sampai Juli 2025, ada tiga misi kemanusiaan tapi berakhir diserang pihak Israel.

Pada Mei 2025, kapal diserang sebelum berlayar sehingga menyebabkan kebocoran. Pada Juni 2025, sejumlah aktivis internasional yang hendak mengirim bantuan kemanusiaan dicegat militer Israel sekitar 185 km dari Gaza.

Kemudian pada Juli 2025, kapal yang membawa bantuan kemanusiaan ke Palestina diserbu pasukan Israel. Meski upaya bantuan kemanusiaan terus dicegat, suara-suara kemanusiaan terus menggema.

Kini, negara-negara mulai membuka mata. Kapal-kapal dari misi Global Sumud Flotilla, tak hanya mengirim bantuan kemanusiaan untuk orang-orang di Palestina, tapi juga membawa suara-suara dunia, untuk melawan genosida yang dilakukan Israel.




(faz/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads