Bagaimana kondisi mentalmu beberapa hari ini melihat polah anggota DPR hingga demo yang berujung anarkis karena disusupi? Cemas, sedih, lemas, lelah hingga energi merasa terkuras dan tak berdaya? Psikolog Universitas Indonesia (UI) ini sarankan melatih skill mental ini untuk menghadapinya.
"Skill mental yang penting adalah meregulasi emosi termasuk di dalamnya memiliki kemampuan membedakan dan memilih informasi dan sumber informasi, mana yang penting dan mana yang tidak penting untuk pikiran dan perasaan (kesejahteraan emosi) saya," demikian saran Psikolog UI Dicky C Pelupessy, SPsi, MDS, PhD kepada detikEdu, Senin (1/9/2025).
Meregulasi emosi? Bagaimana caranya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dicky yang juga Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Fakultas Psikologi UI ini memaparkan lebih jauh untuk menjaga kesehatan mental dan kewarasan di tengah situasi saat ini.
"Mengingat media terutama media sosial menjadi bagian keseharian kita untuk mengikuti perkembangan situasi, maka prinsip dasarnya adalah secara sadar (mindful) mengatur informasi yang bisa kita peroleh. Yaitu, dengan meregulasi keterpaparan kita terhadap berbagai sumber informasi yang mungkin kita temui," tuturnya.
Cara-caranya ialah dengan membuat kategori:
- Mana sumber informasi yang kredibel dan bereputasi
- Mana yang belum tentu atau tidak kredibel
- Mana yang menyenangkan untuk mendistraksi atau mengalihkan atau rehat sejenak dengan hal yang bisa dinikmati secara santai dan ringan
Konsumsi Konten yang Seimbang
Dicky juga menyarankan jangan terlalu banyak atau berlama-lama menghabiskan waktu mengikuti berita atau postingan di medsos yang berkonten membangkitkan rasa marah, frustrasi, kecewa dan sebagainya yang dominan dengan emosi-emosi negatif.
"Akses juga berita atau postingan di medsos yang membangkitkan emosi positif atau yang kita sukai. Lalu tetap upayakan lakukan hal-hal yang menyenangkan bagi kita, seperti hobi dan lain-lain. Manfaatkan juga relasi dengan orang lain seperti keluarga, sahabat, dan teman (kerja, sekolah, tetangga dsb) dengan berkontak, berkumpul, hangout dan lainnya," imbau Dicky.
Dia menekankan bahwa mengonsumsi konten yang seimbang, yang menimbulkan emosi negatif bisa dinetralkan dengan konten yang menimbulkan emosi positif. Sebaiknya, sadari waktu mengikuti berita dan berselancar di medsos. Waktu bisa memberikan batasan.
"Jangan terlalu banyak atau berlama-lama menghabiskan waktu mengikuti berita atau postingan di medsos yang berkonten membangkitkan rasa marah, frustrasi, kecewa dan sebagainya yang dominan dengan emosi-emosi negatif. Luangkan waktu juga untuk mengakses berita atau postingan di medsos yang membangkitkan emosi positif atau yang kita sukai. Akseslah berita atau postingan hal-hal yang menghibur, ringan atau 'receh'," tegasnya.
Batasi Pikiran agar Tak Overthinking
Ketika ditanya lagi bagaimana caranya agar tidak overthinking atau jaman sekarang istilahnya OVT dalam mengonsumsi berita demonstrasi yang berseliweran, Dicky mengatakan untuk 'memberikan peringatan' kepada diri sendiri.
"Mengatasi overthinking bisa dengan 'memberikan peringatan' kepada diri sendiri dulu. Kita menyampaikan kepada pikiran kita sendiri dulu bahwa tidak akan overthinking. Bahwa apa yang ditemui di medsos ada yang akurat dan tidak akurat. Bahwa yang di medsos terutama yang singkat dan pendek bisa lebih diarahkan untuk membangkitkan emosi tertentu daripada memberikan informasi penting. Hal ini berarti kita sudah membatasi pikiran kita di awal supaya tidak overthinking," demikian Dicky memberikan cara praktis.
Nah, dicoba ya detikers saran dari psikolog UI ini, semoga tetap sehat dan waras dalam kondisi kemelut negara yang bisa naik-turun ini.
(nwk/pal)