Dunia maya sempat diramaikan dengan kabar duka meninggalnya seorang balita bernama Raya asal Sukabumi, Jawa Barat, yang tubuhnya dipenuhi cacing gelang. Kejadian ini membuat publik panik hingga memborong obat cacing di apotek.
Penyakit yang selama ini dianggap sepele, ternyata bisa berdampak fatal jika tidak ditangani dengan serius. Apakah benar cacingan bisa menyebabkan hal sefatal itu bahkan kematian?
Menurut dosen Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), dr Rengganis Praswitasari, infeksi cacing bisa sangat membahayakan, terutama jika jumlah parasitnya sudah berlebihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya, mungkin tidak ada tempat untuk buang air besar sehingga harus melakukannya di tanah. Cacing tersebut bisa saja berkembang biak di tanah dan bisa menginfeksi manusia," jelasnya dikutip dari laman Umsida, Rabu (27/8/2025).
Kenali Gejala Cacingan Sejak Dini
Rengganis menyebut gejala awal cacingan umumnya dikenali dari perubahan kondisi anak. Misalnya, anak terlihat aktif makan tapi berat badannya tidak naik, perut tampak buncit, hingga mudah lelah, pucat, dan kurang semangat.
"Cacing itu menyerap nutrisi yang ada di usus. Namun ada pula jenis cacing seperti yang dialami oleh Raya yang memenuhi hampir semua bagian tubuhnya," ujarnya.
Ia juga menyebut, anak-anak rentan terhadap infeksi cacing kremi yang biasanya menimbulkan rasa gatal di sekitar dubur, terutama saat malam hari. Untuk deteksi awal, bisa dilakukan dengan metode sederhana, yakni menempelkan selotip di area anus untuk melihat adanya telur atau larva cacing.
"Larva cacing ini bermigrasi yang menyebabkan gatal-gatal di daerah tersebut. Untuk pemeriksaan sederhananya, pada dubur pasien diberikan semacam solasi. Dari situ bisa dilihat adanya cacing atau tidak," tutur dosen yang lulusan S2 Ilmu Kedokteran Tropis Unair tersebut.
Pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan di Puskesmas. Biasanya lewat pemeriksaan feses yang dilihat menggunakan mikroskop untuk memastikan ada tidaknya telur, larva, atau cacing dewasa.
Bisa Terjadi pada Orang Dewasa Juga
Meski lebih sering menyerang anak-anak, orang dewasa pun tidak kebal dari infeksi cacing. Biasanya terjadi karena mengonsumsi sayuran mentah yang tidak dicuci bersih atau makanan yang kurang matang.
"Misal yang suka makan lalapan atau salad sayur, maka sayur tersebut harus dipastikan kebersihannya. Karena telur cacing juga bisa ditemui di situ," ungkap dosen penjamin mutu FK Umsida itu.
Langkah Pencegahan yang Efektif
Meski kasus Raya memberikan ketakutan bagi banyak orang, tapi kabar baiknya, pemerintah sudah menyediakan program pemberian obat cacing secara gratis lewat Posyandu dan sekolah.
"Mungkin saja kasus kemarin terjadi karena sang anak belum mendapatkan akses ke program tersebut," kata Rengganis.
Infeksi cacing umumnya terjadi di lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk. Cacing jenis Soil-Transmitted Helminth (STH) biasanya berkembang biak di tanah yang terkontaminasi tinja manusia.
"Misalnya, mungkin tidak ada tempat untuk buang air besar sehingga harus melakukannya di tanah. Cacing tersebut bisa saja berkembang biak di tanah dan bisa menginfeksi manusia," terang Rengganis.
Selain itu, penggunaan air yang tidak higienis, kebiasaan makan tanpa mencuci tangan, dan tidak memakai alas kaki saat beraktivitas di luar rumah juga turut meningkatkan risiko infeksi.
Cacing bisa masuk ke tubuh tidak hanya lewat mulut, tapi juga melalui kulit. Anak-anak paling rentan karena mereka sering bermain di luar dan belum punya kesadaran kebersihan yang baik.
"Cacing juga bisa menginfeksi karena seseorang tidak menggunakan alas kaki. Selain bisa masuk lewat mulut, cacing juga bisa masuk ke tubuh manusia langsung melalui kulit," ujarnya.
Untuk mencegah infeksi cacing, Rengganis menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Termasuk juga menghindari makanan-makanan mentah.
"Kita juga perlu mengurangi jajan sembarangan. Jadi masakan rumah itu lebih baik. Jadi untuk yang jauh dari fasilitas kesehatan, ya dijaga mulai dari diri sendiri," pungkas Rengganis.
(cyu/nwk)