Peneliti menemukan serpihan batu yang ungkap kecanggihan manusia purba hominin yang pernah tinggal di Sulawesi. Hominin tersebut tinggal di Sulawesi sekitar satu juta tahun lalu.
Salah satu yang terlibat dalam penelitian adalah pakar peralatan batu manusia purba University of New England (UNE) Australia, Profesor Mark Moore. Berdasarkan studinya yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 6 Agustus 2025 lalu, terungkap bukti paling awal hominin berpindah melintasi lautan.
Moore, seorang Profesor Arkeologi dan Paleoantropologi UNE, merupakan bagian dari sebuah tim internasional yang menyelidiki tujuh serpihan peralatan batu yang ditemukan di Pulau Sulawesi. Serpihan-serpihan tersebut menunjukkan hominin hidup di Sulawesi setidaknya 1,04 juta atau mungkin 1,48 juta tahun lalu. Bukti tersebut bahkan mendahului bukti paling awal bermukimnya manusia modern di pulau itu hampir satu juta tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Temuan ini turut merevisi pemahaman tentang kemampuan hominin untuk menyeberangi selat samudra dan penyebaran mereka melalui zona kepulauan samudra yang kini sebagian besar menjadi kawasan Indonesia dan Filipina modern.
Kecanggihan Hominin Sulawesi
Karya manusia purba yang ditemukan dibuat di sekitar serpihan rijang (batu kapur silisifikasi). Artefak ini ditemukan bersama fosil hewan lain di sebuah situs di Sulawesi Selatan.
Meski biasa saja bagi kebanyakan orang, bagi Moore, potongan-potongan batu ini menunjukkan tanda-tanda jelas diambil dari potongan batu yang lebih besar. Proses ini menurutnya menunjukkan kecerdasan dan kejelasan tujuan hominin pembuatnya.
"Untuk mendapatkan serpihan yang bagus dengan tepi yang panjang dan tajam, Anda harus memukul batuan induk pada sudut yang tepat agar retak, alih-alih hancur," kata Moore, dikutip dari laman resmi UNE.
"Kita bisa mendapatkan serpihan tajam hanya dengan menghancurkan batu-batu, tetapi kemudian kita akan mendapatkan banyak potongan acak dan hanya mendapatkan serpihan yang bisa digunakan sebagai alat hanya karena keberuntungan," terang Moore.
"Sifat serpihan yang ditemukan tim di Sulawesi menunjukkan bahwa hominin ini secara teknis lebih canggih dari itu. Mereka tahu jenis batu apa yang mereka butuhkan, dan memahami cara yang andal untuk menghancurkan serpihan tersebut. Mereka tidak hanya menghancurkan batu-batu," beber Moore.
Kemungkinan Digunakan untuk Memasak
Dari jarak sejuta tahun, Moore mengatakan mustahil untuk mengatakan secara pasti bagaimana serpihan-serpihan itu digunakan oleh hominin pembuatnya. Namun, kemungkinan besar serpihan-serpihan itu digunakan sebagai pemotong dan pengikis dalam produksi pangan.
Bagi Moore, penelitian ini menambah informasi lain pada teka-teki yang dihadapi paleoantropologi, yang masih belum terpecahkan secara menarik.
Studi Sulawesi menambahkan dimensi baru pada pertanyaan yang telah lama diperdebatkan, yakni bagaimana hominin menyebar dari daratan Asia dan melintasi kepulauan yang kini sebagian besar diwakili oleh Indonesia dan Filipina?
Manusia Purba Flores Tunjukkan Kemampuan Lintasi Lautan
Sebelum penemuan Sulawesi, bukti paling awal hunian hominin berasal dari peralatan batu berusia 1,02 juta tahun yang ditemukan di Pulau Flores, 300 km di selatan Sulawesi.
Moore adalah bagian dari tim yang pada awal tahun 2000-an menggemparkan komunitas ilmiah dengan penemuan peralatan hominin Flores dan fosil-fosil pembuat peralatan tersebut, hominin kecil Homo floresiensis. Dengan tinggi tak lebih dari satu meter, H floresiensis dijuluki 'hobbit'.
Penemuan di Flores menunjukkan hominin purba yang tersebar di lepas pantai daratan Asia mampu melintasi setidaknya 24 kilometer lautan. Jarak tersebut merupakan perkiraan lebar selat yang memisahkan Flores dari tetangganya di sebelah barat selama periode permukaan laut lebih rendah.
Penemuan Sulawesi menambah dimensi baru bagi perjalanan laut hominin. Peralatan batu di Sulawesi tidak hanya lebih tua daripada peralatan batu Flores, tetapi juga terpisah dari Flores dan rangkaian pulaunya oleh 300 kilometer laut.
Moore secara pribadi tertarik pada pertanyaan yang lebih luas, apakah populasi hominin diubah oleh teknologi mereka atau apakah teknologi dikesampingkan oleh seleksi alam.
Menyusul penemuan Flores, fosil hominin lain yang tampaknya berukuran kecil, Homo luzonensis, ditemukan di Filipina.
"Kami mempelajari kepulauan dan daratan yang berdekatan dihuni oleh kelompok-kelompok hominin awal ini, dan tubuh mereka mengalami adaptasi radikal terhadap lingkungan mereka," jelas Moore.
(nah/nah)