Studi: Orang dengan IQ Lebih Tinggi Mampu Prediksi Masa Depannya Lebih Baik

ADVERTISEMENT

Studi: Orang dengan IQ Lebih Tinggi Mampu Prediksi Masa Depannya Lebih Baik

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 04 Jul 2025 20:00 WIB
Ilustrasi IQ atau anak genius
Ilustrasi IQ. Foto: Getty Images/iStockphoto/Dilok Klaisataporn
Jakarta -

Para psikolog dan ekonom sejak lama dibayang-bayangi pertanyaan, mengapa beberapa orang secara konsisten membuat keputusan hidup yang lebih baik daripada yang lain?

Kehidupan bisa jadi memang rumit bagi siapa pun. Meski begitu, sebuah penelitian terbaru menawarkan kesimpulan yang menarik yaitu orang yang lebih pintar merupakan 'peramal' yang lebih baik di hidupnya.

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Personality and Social Psychology dengan judul "IQ, Genes, and Miscalibrated Expectations" dan ditulis oleh Chris Dawson.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data selama hampir dua dekade dari lebih dari 3.900 orang dewasa yang berusia lebih senior di Inggris, penelitian menunjukkan individu dengan IQ yang lebih tinggi secara signifikan lebih akurat dalam memprediksi masa depan mereka.

Sebaliknya, rekan-rekan mereka yang kurang cerdas terganggu oleh penilaian yang ruwet dan ekspektasi yang salah perhitungan. Hal ini maka mendistorsi keputusan hidup mereka.

ADVERTISEMENT

Orang yang lebih pintar lebih baik dalam menilai suatu probabilitas hasil tertentu, sehingga lebih mungkin keputusan mereka akan menguntungkan mereka.

Kepandaian ini bagi orang dewasa penting untuk segala hal mulai dari rencana keuangan hingga kesehatan.

Meramalkan Kehidupan Kita Sendiri

Penelitian yang dipimpin oleh seorang profesor di Fakultas Manajemen Universitas Bath bernama Chris Dawson ini berfokus pada pertanyaan yang tampak sederhana. Seberapa baik orang dapat memprediksi rentang hidup mereka sendiri?

Selama bertahun-tahun, peserta Studi Longitudinal Inggris perihal Penuaan atau English Longitudinal Study of Ageing (ELSA) ditanya hal-hal seperti, 'seberapa besar kemungkinan Anda akan hidup hingga usia 75 tahun atau lebih?'.

Jawaban mereka ditunjukkan dengan persentase dari 0 hingga 100. Jawaban kemudian dibandingkan dengan statistik harapan hidup aktual dari Kantor Statistik Nasional Inggris.

Tujuan survei tersebut bukanlah untuk melihat siapa yang optimis atau pesimis, melainkan untuk melihat siapa yang dapat menaksir dan membuat penilaian objektif tentang rentang hidup mereka.

Tabel kehidupan Kantor Statistik Nasional Inggris memberikan estimasi aktuaria berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tahun seseorang mencapai usia tertentu.

Jadi, jika seorang peserta berusia 65 tahun memberi dirinya jawaban peluang 70% untuk hidup hingga usia 80 tahun, tetapi probabilitas statistik untuk seseorang seperti dia adalah 60%, kesalahan perkiraannya akan menjadi +10% (perkiraan berlebihan).

Orang dengan IQ tinggi, yang diukur melalui serangkaian tes kognitif, membuat lebih sedikit kesalahan dalam prediksi ini. Sementara itu, mereka yang memiliki IQ terendah (2,5% terbawah dari populasi) memiliki kesalahan prediksi yang lebih dari dua kali lebih besar daripada mereka yang berada di 2,5% teratas.

"Menilai secara akurat kemungkinan hal baik dan buruk yang terjadi pada kita adalah inti dari pengambilan keputusan yang baik," kata Dawson dalam sebuah pernyataan, dikutip dari ZME Science.

"Hampir semua keputusan yang kita buat - entah itu memulai bisnis, berinvestasi, menyeberang jalan, memilih dengan siapa kita akan berkencan - memerlukan penilaian probabilistik," ujarnya.

Para penulis memilih estimasi rentang hidup sebagai tes dasar untuk kemampuan meramal karena estimasi ini bermakna secara pribadi, probabilistik, dan berdampak. Sebuah kombinasi mantap untuk mempelajari bagaimana orang menilai peristiwa masa depan yang tidak pasti.

IQ Lebih Rendah, Prediksi Tak Menentu

Namun, penelitian ini tidak berhenti pada tes IQ. Dawson dan timnya juga menggunakan data genetik dari para peserta.

Secara khusus, mereka menggunakan skor poligenik yang dikaitkan dengan kecerdasan dan pencapaian pendidikan. Skor ini bertindak seperti sidik jari biologis dari potensi kognitif, yang dihitung dari ribuan varian DNA yang terkait dengan kemampuan mental.

Dengan menggunakan teknik statistik yang disebut pengacakan Mendelian, para peneliti dapat memisahkan korelasi dari sebab akibat. Data genetik mengonfirmasi kecerdasan tidak hanya dikaitkan dengan kemampuan memprediksi yang lebih baik, tetapi juga memungkinkannya.

Dikarenakan gen diwariskan secara acak dan ditetapkan pada saat pembuahan, gen tidak dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, atau gaya hidup. Keacakan ini bertindak seperti eksperimen alami.

Jika orang dengan skor genetik yang lebih tinggi untuk kecerdasan juga membuat prediksi yang lebih akurat, maka itu adalah bukti kuat kecerdasan itu sendiri memainkan peran kausal dalam membentuk seberapa akurat dalam menilai masa depan yang tidak pasti.

Secara praktis, peningkatan satu standar deviasi dalam IQ (sekitar 15 poin pada skala klasik) menyebabkan pengurangan hampir 20% dalam kesalahan peramalan. Orang-orang di ujung atas skala IQ memiliki tingkat kesalahan sekitar 12%, dibandingkan dengan lebih dari 26% di antara mereka yang berada di ujung bawah.

Individu dengan IQ rendah juga lebih cenderung membuat prediksi yang tampak tidak menentu. Ketika ditanya pertanyaan yang sama selama beberapa tahun, mereka memberikan jawaban yang berfluktuasi, sering kali mengarah ke arah yang tidak terduga.

Sebaliknya, orang-orang dengan IQ tinggi jauh lebih konsisten. Prediksi mereka tidak hanya berpusat pada nilai yang tepat, tetapi juga akurat.

"Perkiraan yang tidak terukur dengan baik dapat menyebabkan keputusan keuangan yang buruk dan mengurangi kesejahteraan ekonomi, yang dapat berdampak buruk pada pertumbuhan nasional," jelas Dawson.

Mengapa Kemampuan Memprediksi Ini penting?

Keterampilan memprediksi ini penting karena kita semua hidup di dunia yang penuh ketidakpastian. Kualitas keputusan kita bergantung pada seberapa baik kita dapat mempertimbangkan risiko dan memperkirakan probabilitas, baik itu menabung untuk masa pensiun; memutuskan kapan harus ke dokter; atau memilih pekerjaan.

IQ telah lama diketahui berkorelasi dengan hasil kehidupan seperti kesehatan, kekayaan, dan kesuksesan pekerjaan. Studi ini menunjukkan sebagian dari keuntungan itu berasal dari kemampuan untuk menilai secara realistis apa yang akan terjadi di masa depan.

Riset ini juga menimbulkan pertanyaan yang kurang mengenakkan terkait ketimpangan. Jika beberapa orang memang ditakdirkan untuk membuat keputusan yang lebih baik, haruskah masyarakat berbuat lebih banyak untuk mengimbanginya?

Dapatkah kebijakan publik hadir dengan menyajikan informasi seperti risiko kesehatan atau nasihat keuangan?

"Mencantumkan estimasi probabilitas secara eksplisit pada informasi yang berkaitan dengan kesehatan dan keuangan, misalnya, daripada mengandalkan individu untuk melakukan perhitungan mereka sendiri, dapat membantu orang yang rentan terhadap kesalahan peramalan untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan akurat," ungkapnya.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads