Tak sedikit mahasiswa yang menjalani perkuliahan sambil terjebak quarter life crisis. Apa alasannya?
Quarter life crisis adalah kecemasan dan keraguan diri yang dialami beberapa orang dewasa muda selama usia 20-an dan awal usia 30-an. Periode ini sering ditandai dengan transisi dari perguruan tinggi ke dunia kerja.
Dalam tahap ini orang dewasa sering kali memulai karier, menjadi mandiri secara finansial, dan memulai keluarga. Bagi sebagian orang, mungkin hal ini terlihat sebagai pencapaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi yang lain, periode ini terkadang ditandai dengan perasaan tidak pasti. Mereka mungkin mendapati diri mereka mempertanyakan pilihan, identitas, dan hubungan mereka.
Banyak Mahasiswa Mengalami Quarter Life Crisis
Menurut studi berjudul "Quarter Life Crisis in College Students: How Do Religiosity and Self-Efficacy Affect?" oleh Thoirotul Mar'atus Sholikhah dan Ahmad Fauzan, 31% dari 100 mahasiswa semester akhir merasa tidak memiliki tujuan hidup.
Sebanyak 8% mahasiswa merasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan, 55% merasa putus asa, 67% terlalu membandingkan diri dengan orang lain, 75% merasa tidak aman dengan keadaan mereka saat ini, 75% merasa terjebak dalam kondisi sulit, 77% merasa sulit untuk keluar dari zona nyaman, dan 82% dari mereka merasa khawatir menghadapi masa depan.
Temuan ini bukanlah suatu kebetulan. Dalam buku Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif karya Laura A King, quarter life crisis bisa menimpa mahasiswa akhir dengan faktor sebagai berikut:
1. Tantangan dalam mengerjakan tugas akhir
2. Kebingungan akan arah dan tujuan hidup
3. Mulai membandingkan prestasinya dengan orang lain
4. Merasa takut gagal, takut dalam mengambil keputusan
5. Merasa cemas terhadap pekerjaan setelah lulus
6. Cemas ketika berhadapan dengan dosen pembimbing.
Quarter Life Crisis adalah Hal yang Normal
Kendati demikian, quarter life crisis bukanlah hal yang aneh. Justru, fase ini merupakan fase yang normal dialami setiap orang.
"Pada dasarnya, orang dewasa muda diberi tahu bahwa ini seharusnya menjadi masa terbaik dan paling menyenangkan dalam hidup mereka. Ketika kenyataan hidup tidak sesempurna yang mereka bayangkan, hal itu dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang sangat besar," kata Carrie Howard, LCSW, CCATP, seorang pelatih kecemasan dan pendiri Thrive Anxiety Solutions dikutip dari Very Well Mind, Rabu (2/7/2025).
Quarter life crisis dapat menjadi masa eksplorasi, yang menghasilkan refleksi diri dan penemuan jati diri. Dalam menghadapi fase krisis ini, penting untuk merawat diri sendiri dan mencari dukungan saat menghadapi berbagai tantangan.
(nir/nah)