Quarter Life Crisis, Kenali Tanda-tanda hingga Cara Menghadapinya

Quarter Life Crisis, Kenali Tanda-tanda hingga Cara Menghadapinya

Sri Rahayu - detikJatim
Kamis, 03 Okt 2024 14:13 WIB
Closeup of sad young Asian woman at cafe leaning head on clasped hands and staring into vacancy. Tired freelancer feeling burnout. Stress and bad news concept
Ilustrasi sedang berada di fase quarter life crisis. Foto: Getty Images/iStockphoto/MangoStar_Studio
Surabaya -

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, fenomena yang dikenal sebagai quarter life crisis telah menjadi topik hangat di kalangan kaum muda, terutama mereka yang baru memasuki usia 20-an akhir hingga awal 30-an.

Istilah ini merujuk pada periode ketidakpastian, kebingungan, dan refleksi mendalam tentang tujuan hidup, karier, dan hubungan. Meskipun sering dipandang sebagai masalah, quarter life crisis sebenarnya bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang dalam proses menjadi dewasa.

Dalam konteks masyarakat yang terus berubah dan penuh tuntutan, banyak faktor yang dapat memicu quarter life crisis. Tekanan dari lingkungan sekitar, baik itu dari keluarga, teman, maupun media sosial, sering kali menciptakan perbandingan yang tidak sehat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini dapat menyebabkan rasa cemas dan kekhawatiran tentang pencapaian yang telah diraih, membuat individu merasa kurang berarti jika tidak memenuhi standar yang ditetapkan orang lain. Meskipun tantangan yang dihadapi selama fase ini terasa berat, penting diingat ini adalah fase alami.

ADVERTISEMENT

Ini bukan sekadar masalah yang harus dihindari, tetapi kesempatan untuk merenungkan, mengeksplorasi, dan menemukan diri sendiri. Melalui proses ini, individu dapat belajar mengatasi ketidakpastian, mengevaluasi pilihan hidup, dan pada akhirnya, membangun kehidupan yang lebih memuaskan dan berarti.

Apa Itu Quarter Life Crisis?

Dilansir dari jurnal Darul Jombang Indonesia berjudul Konsep Diri Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis, yang ditulis Luluk Masluchah, Wardatul Mufidah, dan Uti Lestari, quarter life crisis adalah sebuah krisis emosional yang dialami individu selama masa transisi dari remaja ke dewasa awal.

Hal ini terjadi sebagai respons terhadap ketidakstabilan yang meningkat, perubahan yang terus-menerus, serta banyaknya pilihan yang tersedia, yang kemudian menimbulkan perasaan panik dan ketidakberdayaan. Terdapat tujuh dimensi dalam quarter life crisis sebagai berikut.

Kebimbangan dalam Mengambil Keputusan: Banyaknya pilihan dalam hidup dapat menyebabkan kebingungan dan ketakutan. Individu merasa bahwa keputusan yang diambil saat ini akan berdampak besar pada masa depan mereka, sehingga mereka berusaha memastikan pilihan yang tepat, meskipun kurang memiliki pengalaman sebelumnya.

1. Merasa Putus Asa

Terdapat perasaan segala usaha yang dilakukan akan sia-sia, disertai dengan pengalaman kegagalan. Hal ini diperparah dengan melihat teman-teman sebaya yang telah mencapai keberhasilan dalam akademik atau karier.

Sementara individu merasa tidak mendapatkan hal yang sama, meskipun mereka memulai perjalanan yang sama di usia sama. Putus asa ini sering muncul karena kurangnya dukungan untuk berkembang dan minimnya jaringan yang dimiliki.

2. Penilaian Diri Negatif

Individu mulai meragukan kemampuan diri mereka dalam menghadapi berbagai tantangan. Meskipun banyak orang mengalami hal serupa, individu sering merasa rendah diri dan cenderung membandingkan diri dengan orang lain.

3. Terjebak dalam Situasi Sulit

Lingkungan tempat tinggal dan aktivitas sehari-hari memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan perilaku individu. Hal ini dapat membuat mereka merasa terjebak, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak bisa meninggalkan pilihan yang ada, yang pada akhirnya memicu penilaian negatif terhadap diri sendiri.

4. Merasakan Kecemasan

Harapan tinggi terhadap pencapaian dapat menyebabkan kecemasan ketika individu merasa kesulitan untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Seiring bertambahnya usia, muncul kekhawatiran bahwa mereka tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Keinginan untuk terlihat sempurna dan takut gagal membuat individu merasa tidak nyaman.

5. Merasa Tertekan

Individu merasa beban masalah semakin berat dari waktu ke waktu, yang berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari. Ada keyakinan bahwa masalah akan selalu ada, dan perasaan kegagalan membuat hidup terasa lebih sulit.

6. Kekhawatiran Terhadap Hubungan Relasi

Khususnya dalam konteks hubungan dengan lawan jenis, individu merasa tertekan oleh budaya di Indonesia yang menganggap bahwa seseorang di bawah usia 30 tahun seharusnya siap menikah.

Pertanyaan-pertanyaan seperti, "apakah saya sudah siap menikah?" atau "kapan saya akan menikah?", dapat menimbulkan kekhawatiran tentang keseimbangan antara hubungan dengan keluarga, teman, pasangan, dan karier.

Faktor-faktor Quarter Life Crisis

Dilansir dari jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya berjudul Quarter life Crisis pada Dewasa Awal: Bagaimana Peranan Kecerdasan Emosi?, yang ditulis Athya Nugsria, Niken Titi Pratitis dan Isrida Yul Arifiana, tingkat kecerdasan emosi yang tinggi sangat penting untuk mengarahkan pikiran dan tindakan, agar dapat beradaptasi dengan tuntutan yang muncul selama fase quarter life crisis.

Semakin besar perasaan putus asa yang dialami seseorang, maka motivasi untuk maju dan melangkah ke depan semakin menurun. Oleh karena itu, kecerdasan emosi harus dikembangkan agar individu dapat menghadapi berbagai perasaan yang muncul dalam fase ini dengan lebih efektif.

Perasaan khawatir terkait hubungan interpersonal berperan dalam sejauh mana seseorang terjebak fase quarter life crisis. Jika individu tidak memiliki keterampilan sosial yang baik, kemungkinan besar akan kesulitan bersosialisasi dan menjalin hubungan positif dengan orang-orang sekitar. Akibatnya, muncul perasaan khawatir terhadap hubungan interpersonal.

Selain itu, kecemasan adalah hal yang sering dialami oleh individu yang berada dalam fase quarter life crisis. Jika individu tidak dapat menangani dan menghadapi perasaan cemas dengan baik, mereka akan terus-menerus merasakannya.

Untuk menghindari kecemasan yang berlebihan, penting bagi individu untuk memiliki pengaturan diri yang baik. Dengan pengaturan diri yang baik, individu dapat memahami emosi yang mereka rasakan dan tetap tenang dalam menghadapinya, sehingga mengurangi kemungkinan mengalami kecemasan yang berlebihan.

Penyebab Quarter Life Crisis

Dalam perjalanan menuju kedewasaan, banyak individu menghadapi tantangan yang dapat memicu quarter life crisis. Periode ini sering ditandai dengan kebingungan dan ketidakpastian, terutama ketika seseorang berusaha menemukan identitas dan tujuan hidup yang jelas.

Berbagai faktor dapat berkontribusi pada krisis ini, dan setiap individu mungkin merasakannya dengan cara berbeda. Memahami penyebab-penyebab ini adalah langkah penting menghadapi dan mengatasi perasaan tersebut, agar bisa melangkah maju dengan lebih percaya diri dan terarah. Berikut beberapa penyebab quarter life crisis.

  • Kebingungan mengenai identitas diri.
  • Tantangan dalam dunia pekerjaan dan karier: pilihan karir dan pekerjaan yang memerlukan komitmen penuh.
  • Kekecewaan dalam hubungan romantis.
  • Ketidakpastian dan kecemasan mengenai masa depan.
  • Kekecewaan terhadap berbagai hal.
  • Tekanan yang berasal dari ekspektasi orang lain.

Tanda-tanda Quarter Life Crisis

Quarter life crisis seringkali disertai serangkaian tanda-tanda yang mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian yang dialami individu di fase transisi ini. Pemahaman mengenai tanda-tanda ini penting agar individu dapat mengenali apa yang mereka alami.

Jika sudah memahami tanda-tandanya, maka akan mampu mengambil langkah untuk keluar dari situasi ini. Berikut beberapa tanda yang umum dialami oleh mereka yang sedang menghadapi quarter life crisis.

1. Merasa Terjebak dan Membutuhkan Perubahan

Saat mengalami quarter life crisis, individu sering kali merasakan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau menemukan kebahagiaan. Hidup terasa seperti berjalan otomatis, disertai rasa gelisah dan dorongan untuk melakukan perubahan, meski mereka tidak yakin perubahan apa yang diperlukan.

2. Kesulitan Mengambil Keputusan

Pada fase quarter life crisis, tekanan untuk membuat keputusan dapat terasa semakin berat. Rasa takut akan konsekuensi dari pilihan yang diambil sering kali muncul, terutama ketika seseorang menghadapi beragam pilihan dan berusaha menimbang pro dan kontra dari setiap opsi yang ada.

3. Merasa Kesepian dan Terisolasi

Banyak orang yang mengalami quarter life crisis cenderung berbicara pada diri sendiri dengan nada negatif, yang hanya memperburuk keadaan. Hal ini dapat membuat mereka merasa terasing dan menarik diri dari interaksi sosial.

4. Merasa Kehabisan Waktu

Ketika masih muda, banyak orang membayangkan akan mencapai berbagai pencapaian pada usia 25 atau 30 tahun. Namun, saat mencapai usia tersebut dan merasa belum mencapai apapun, muncul perasaan bahwa waktu telah habis. Padahal, pencapaian dapat diraih kapan saja selama ada keinginan untuk berjuang.

Strategi Menghadapi Quarter Life Srisis

Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis. Strategi ini setidaknya dapat membantu dalam menghadapi setiap situasi di fase quarter life crisis.

1. Mengenali Diri Sendiri

Proses pencarian jati diri biasanya dimulai saat seseorang memasuki usia 20 tahun dan mulai menghadapi dunia nyata. Proses ini bisa menjadi menantang karena individu harus menghadapinya sendiri, dan banyak aspek kehidupan yang terasa rumit. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil untuk menghadapi quarter life crisis.

2. Mencoba Terapi

Tidak semua orang yang mengalami quarter life crisis merasa nyaman berkonsultasi dengan profesional seperti psikolog, terapis, atau konselor. Banyak yang menganggap hal ini masih tabu. Sebenarnya, berkonsultasi dan menjalani terapi dengan orang berpengalaman dapat sangat membantu untuk memperkuat diri saat menghadapi quarter life crisis.

Dengan memahami segala penyebab dan tanda-tanda dari quarter life crisis ini dapat membentuk karakter pribadi seseorang, yang menandakan fase ini sebagai jalan menuju dewasa bukan sekadar masalah.

Konsep Diri

Setiap orang pasti akan melalui fase quarter life crisis sebagaimana konsep self (diri). Berikut konsep diri dalam melalui quarter life crisis menurut Calhoun dan Acocella, maupun Hurlock.

a. Konsep Diri Versi Calhoun dan Acocella

Pemahaman

Ini merujuk pada bagaimana individu memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Pemahaman ini mencakup informasi tentang dirinya, seperti jenis kelamin, etnis, pekerjaan, usia, dan lain-lain. Sering kali, individu memberikan label atau julukan pada dirinya sendiri.

Pengharapan

Ini terkait dengan pandangan individu tentang potensi diri di masa depan, yang sering disebut sebagai diri ideal. Harapan ini dapat memotivasi individu untuk mencapai tujuan di masa depan.

Penilaian

Penilaian adalah evaluasi terhadap seberapa besar individu menyukai dirinya. Semakin besar kesenjangan antara gambaran diri ideal dan aktual, semakin rendah konsep dirinya. Sebaliknya, individu dengan konsep diri yang positif cenderung menghargai diri dan aktivitasnya. Dimensi penilaian ini memainkan peran penting dalam membentuk konsep diri.

b. Konsep Diri Menurut Hurlock

Aspek Fisik

Aspek ini berkaitan dengan pandangan individu tentang penampilannya, kesesuaiannya dengan jenis kelaminnya, pentingnya tubuhnya dalam perilakunya, dan bagaimana tubuhnya dipandang oleh orang lain.

Aspek Psikologis

Aspek ini mencakup persepsi individu tentang kemampuannya, ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain. Konsep diri memainkan peran penting dalam menentukan perilaku seseorang, di mana cara individu memandang dan menilai dirinya akan tercermin dalam perilakunya.

Adanya Konsep diri ini menjadikan pemahaman bahwa perkembangan yang dialami pada fase ini bertujuan pada tahap pendewasaan dan dapat menjadi dasar penting dalam pembentukan identitas serta bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungan.

Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads