5 Tradisi Selama Musim Haji di Indonesia, Apa yang Ada di Daerahmu?

ADVERTISEMENT

5 Tradisi Selama Musim Haji di Indonesia, Apa yang Ada di Daerahmu?

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 06 Jun 2025 11:00 WIB
tradisi mengantar haji dengan kapal di probolinggo
Tradisi mengantar haji dengan kapal di probolinggo. Foto: M Rofiq
Jakarta -

Indonesia adalah negeri yang kaya akan tradisi di setiap daerahnya. Tradisi-tradisinya pun kerap melekat dengan perayaan hari besar seperti Idul Adha.

Idul Adha atau dikenal sebagai musim haji di Indonesia punya ragam cerita unik. Di beberapa daerah, kedatangan hingga kepulangan jamaah haji disambut meriah oleh para keluarga.

Bahkan, ada sederet ritual khusus yang dilakukan sebagai simbol hingga ungkapan rasa syukur dari calon jamaah haji. Sebenarnya ada tradisi apa saja di Indonesia?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merangkum catatan detikcom, ini tradisi-tradisi selama musim haji di tanah air.

Tradisi-tradisi Musim Haji di Berbagai Daerah Indonesia

1. Gentongan (Cirebon)

Menyediakan gentong berisi air minum menjadi sebuah tradisi bagi warga di Cirebon setiap musim haji. Warga yang anggota keluarganya pergi ibadah haji akan menaruh gentong tersebut di halaman rumah, demikian dilansir detikJabar.

ADVERTISEMENT

Bagi siapa saja yang melintas rumahnya, maka dapat mengambil air dalam gentong secara gratis. Di samping gentong, ada beberapa gelas yang bisa dipakai orang-orang minum.

Adapun gentong yang dipakai umumnya terbuat dari tanah liat. Sementara tutup gentong menggunakan penutup yang terbuat dari anyaman bambu.

Mengutip laman UIN Wali Songo, tradisi gentongan dilatarbelakangi kondisi berhaji masyarakat Indonesia zaman dulu yang terbatas. Jamaah harus menggunakan kapal atau perahu dan mempunyai bekal yang banyak.

Atas kondisi tersebut, para jamaah berharap diberi kemudahan dalam proses berangkat ke tanah suci. Oleh karena itu, mereka bersedekah lewat penyediaan air tersebut bagi warga sekitar.

Saptaji, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon mengatakan tradisi ini sudah ada sejak 600 tahun yang lalu. Mulanya, gentong digunakan dalam acara pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Mas Subang Larang sebagai mas kawin.

2. Ninjau Haji

Ninjau haji merupakan tradisi warga Kabupaten Jembrana, Bali terhadap jamaah haji. Keluarga atau kerabat jamaah akan mengantar hingga bandara.

Pada zaman dulu, pengantaran dilakukan hingga pelabuhan. Setelah mengantar jamaah haji, mereka akan lanjut berwisata di sekitaran pelabuhan.

Tak hanya itu, para keluarga dan kerabat juga meminta doa dari calon haji agar bisa menyusul. Meminta doa pun dilakukan sebelum mengantar calon haji lewat ziarah.

Mengutip detikBali, sejarah ninjau haji berawal sejak abad ke-19 Masehi. Kala itu, Raja Jembrana secara resmi melakukan acara pelepasan para jamaah haji.

Pada era tersebut, jamaah haji masih berangkat menggunakan kapal laut. Sebelum ke Tanjung Tangis, jamaah berkumpul dahulu di Pelabuhan Teluk Bunter untuk mencapai hilir. Di Tanjung Tangis inilah, keluarga calon haji melepas kepergian keluarga ke tanah suci.

3. Tepung Tawar

Di Pulau Sumatera khususnya Riau, terdapat tradisi bernama tepung tawar. Tradisi ini dilakukan saat proses persiapan pemberangkatan jamaah.

Dilansir detikSumat, tepung tawar adalah upacara adat yang dilakukan sebagai bentuk persembahan syukur atas terkabulnya suatu keinginan atau usaha. Mereka berharap terhindar bahaya dan memperoleh rahmat.

Dalam melakukan tradisi ini, warga akan menggunakan daun perenjis yang diikat dan dicelupkan ke air. Daun tersebut sebagai alat mencipratkan air wangi.

Daun perenjis tersebut ditaruh menelungkup di atas paha yang beralaskan kain putih atau yang disebut bantal tepung tawar. Penepuk tawar lalu mengambil beras kunyit lalu membasuhnya bersama bunga rampai dan menaburnya ke orang yang ditepung tawari.

Diketahui tradisi tepung tawar sudah ada sejak zaman kerajaan. Tradisi ini telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, 2019).

Bukan hanya saat musim haji, tepung tawar kerap ada dalam acara lain seperti pernikahan, khitanan, upacara adat sakral dan menempati rumah baru.

4. Ratiban

Warga Betawi juga punya tradisi unik selama musim haji. Mereka akan melakukan ratiban saat pelepasan jamaah haji atau umroh.

Ratib sendiri berasal dari kata "ratib" atau "rattaba" yang berarti mengaturkan, menyusun, dan menguatkan. Saat ratiban, warga akan membacakan beragam bentuk dzikir yang disusun berdasarkan ayat-ayat Al-Quran.

Contoh zikir yang dilantunkan adalah tahlil, tasbih, tahmid, istighfar dan taqdis. Bagi keluarga jamaah haji yang kaya raya, mereka akan melaksanakan ratiban selama 40 hari berturut-turut hingga jamaah pulang kembali.

5. Peusijuek

Tradisi peusijuek adalah prosesi penting dalam berbagai kegiatan warga Aceh. Mulai dari perkawinan, membangun rumah baru, kurban hewan, keberangkatan jamaah haji hingga kala ada musibah.

Mengutip laman Data Budaya Kemendikbud, tradisi ini dibedakan menjadi beberapa jenis yakni peusijuek meulangga (yaitu perselisihan atau konflik), peusijuek padee bijeh (yaitu saat mulai menanam padi), peusijuek tempat tinggal (yaitu penghuni rumah), peusijuek peudong rumoh baro (yaitu membangun rumah baru), peusijuek Keurubeuen (yaitu saat hari berkurban), peusijuek kendaraan, peusijuek kitan, menunaikan ibadah haji, dan peusijuek pernikahan.

Adapun cara pelaksanaannya dengan menaburkan beras padi dan air tepung tawar. Kemudian, menyunting nasi ketan di telinga sebelah kanan dan terakhir pemberian uang.

Peusijuek dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Lewat tradisi ini juga masyarakat meminta keselamatan, keberkahan dan kesejahteraan.




(cyu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads