Studi dalam jurnal Global Change Biology menunjukkan lautan sedang menggelap selama 2 dekade terakhir. Lebih dari seperlima lautan global, termasuk di hamparan luas wilayah pesisir maupun laut terbuka, menjadi lebih gelap pada 2003 hingga 2022.
Di samping itu, lebih dari 9 persen lautan, setara dengan luas Benua Afrika (lebih dari 32 juta km persegi) sedang mengalami penurunan kedalaman zona fotik lebih dari 50 meter.
Sedangkan 2,6 persen lainnya (sekitar 3 juga km persegi) mengalami penurunan kedalaman zona fotik lebih dangkal 100 meter daripada 2003, dikutip dari laman University of Plymouth.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zona fotik adalah lapisan teratas perairan yang dapat ditembus oleh cahaya Matahari. Tembusnya cahaya Matahari memungkinkan fotosintesis oleh fitoplankton dan alga makro bisa terjadi di dalam laut.
Dampak Penggelapan Laut
Dikutip dari laman Smithsonian National Museum of Natural History, zona fotik berperan sebagai tempat menghasilkan setengah oksigen dari total yang ada di Bumi. Bahkan, di area disfotik yang minim cahaya, ada sejenis alga merah Corallinales bisa berfotosintesis di kedalaman 270 meter.
Di samping itu, sekitar 90 persen spesies laut menghuni zona fotik. Penurunan kedalaman zona fotik membuat ruang hidup mereka menyusut.
Peneliti menyatakan, memang sekitar 10 persen wilayah lautan (lebih dari 37 juta km persegi) di sisi lain jadi lebih terang dalam 20 tahun terakhir. Contohnya di sebagian besar Selat Inggris, utara Skotlandia sampai Kepulauan Orkney, dan Shetland di UK.
Namun, kondisi penggelapan laut yang lebih luas memicu kekhawatiran akan dampak bagi makhluk hidup.
"Hasil penelitian kami memberikan bukti bahwa perubahan tersebut menyebabkan perluasan penggelapan laut, mengurangi wilayah lautan bagi hewan yang bergantung pada matahari dan bulan untuk bertahan hidup dan bereproduksi," kata Associate Professor Konservasi Kelautan University of Plymouth Dr Thomas Davies.
Sederhananya, harga ikan hingga udang bisa makin mahal di pasaran. Lebih penting lagi, ketersediaan oksigen untuk makhluk hidup menurut Davies juga jadi terancam.
"Kita juga bergantung pada lautan dan zona fotiknya untuk udara yang kita hirup, ikan yang kita makan, kemampuan kita untuk melawan perubahan iklim, dan untuk kesehatan dan kesejahteraan umum planet ini. Dengan mempertimbangkan semua itu, temuan kami merupakan penyebab nyata untuk khawatir," imbuhnya.
Profesor Tim Smyth, Kepala Sains Biogeokimia dan Observasi di Laboratorium Kelautan Plymouth, menambahkan, hewan-hewan yang perilakunya secara langsung dipengaruhi cahaya akan lebih peka pada perubahan di lingkungan hidupnya. Karena itu, penggelapan laut dapat mengubah hidup hewan-hewan laut secara paksa.
"Jika zona fotik berkurang sekitar 50 m di sebagian besar lautan, hewan yang membutuhkan cahaya akan dipaksa mendekati permukaan tempat mereka harus bersaing untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lain yang mereka butuhkan. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan mendasar pada seluruh ekosistem laut," ucapnya.
Di Mana Penggelapan Laut Paling Tinggi?
Davies dan Smyth mendapati, penggelapan laut pada kedalaman zona fotik di lautan terbuka tampak di bagian atas Arus Teluk dan di sekitar Arktik dan Antartika. Wilayah-wilayah ini mengalami perubahan paling nyata akibat perubahan iklim. Air yang mengeruh menghalau sinar Matahari masuk.
Penggelapan laut juga tampak di wilayah pesisir dan dan laut tertutup seperti laut Baltik. Curah hujan di daratan membawa sedimen, limpasan pertanian seperti pupuk, dan bahan organik ke laut. Kesemuanya bisa merangsang pertumbuhan plankton, mewarnai air laut, dan menghalangi sinar Matahari masuk ke laut.
Kondisi penggelapan laut juga tampak di lautan utama seperti Samudra Atlantik Timur Laut dan Samudra Pasifik Barat Laut. Pada wilayah ini, penggelapan diperkirakan terjadi karena perubahan dinamika mekarnya alga dan pergeseran suhu permukaan laut. Keduanya dapat mengurangi masuknya cahaya ke dalam air permukaan.
Davies memperkirakan, perubahan warna permukaan laut juga kemungkinan akibat perubahan komunitas plankton ini.
"Ada penelitian yang menunjukkan bagaimana permukaan laut telah berubah warna selama 20 tahun terakhir, mungkin sebagai akibat dari perubahan komunitas plankton," ucapnya.
Untuk menengok perubahan zona fotik, Davies dan Smyth menggunakan data berbasis satelit Ocean Color Web milik NASA berbantuan algoritma, mereka juga mengukur cahaya dalam air laut untuk menentukan kedalaman zona fotik di setiap lokasi.
Pada studi ini, mereka juga menggunakan model iradiasi matahari dan bulan untuk meneliti perubahan tertentu yang bisa jadi memengaruhi spesies laut selama kondisi siang hari dan saat bulan bersinar.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Peneliti menyerukan agar pemangku kepentingan bergerak cepat dari daratan. Contohnya dengan memulihkan lahan basah, memasang pembatas sungai, mengolah air limbah dengan lebih baik, serta mengelola gas rumah kaca di laut terbuka.
Menurut mereka, tingkat kejernihan laut juga harus ditinjau secara rutin. Jika tidak, maka ketersediaan hewan sebagai bahan kebutuhan manusia bisa berkurang, memicu harga naik dan kesulitan ekonomi, serta perubahan ekosistem laut secara keseluruhan.
(twu/nwk)