Riset IPB: Sarang Tawon dari Tanah Ternyata Punya Potensi Jadi Obat Luka

ADVERTISEMENT

Riset IPB: Sarang Tawon dari Tanah Ternyata Punya Potensi Jadi Obat Luka

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Rabu, 21 Mei 2025 10:00 WIB
Sarang Tawon yang menempel di sudut rumah
Ilustrasi sarang tawon Foto: Unsplash/Abimael Ahumada
Jakarta -

Pernah lihat sarang tawon dalam bentuk gumpalan tanah yang menempel di sudut-sudut rumah? Sarang tawon angkut-angkut (Eumenes coarctatus) yang kerap dianggap sebagai gangguan tersebut ternyata menyimpan potensi medis.

Penelitian terbaru mengungkap, sarang tawon ini berpeluang dimanfaatkan sebagai bahan penyembuh luka berkat kandungan antimikrobanya. Temuan ini diungkapkan oleh Ivone Wulandari Budiharto, SSi, MSi, peneliti dari IPB University.

Bersama timnya, Ivone melakukan serangkaian uji laboratorium menggunakan mencit (tikus percobaan) yang dilukai secara sayat. Hasilnya menunjukkan bahwa luka pada mencit yang diberi olesan sarang tawon mengalami penutupan lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Respons penyembuhan yang lebih cepat ini mengindikasikan adanya aktivitas antimikroba dalam sarang tawon tersebut, yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

Potensi Sarang Tawon sebagai Penyembuh Luka

Riset ini berangkat dari praktik pengobatan tradisional masyarakat Jawa yang telah lama menggunakan sarang tawon angkut-angkut sebagai penyembuh luka, terutama pada bekas khitan.

ADVERTISEMENT

Warga biasa mencampur sarang tanah tersebut dengan sedikit air hingga larut, lalu mengoleskannya langsung ke luka. Dalam waktu sekitar 7 hingga 13 hari, luka umumnya mengering tanpa muncul tanda-tanda infeksi seperti nanah.

"Harapan ke depannya, sarang tawon ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan gel antiseptik untuk luka sayat dan luka bakar," ujar Ivone dikutip dari keterangan resmi IPB University, Selasa (20/5/2025).

Hanya saja, Ivone menekankan pentingnya studi lanjutan guna mengidentifikasi senyawa bioaktif yang terkandung di dalam sarang tawon. Ia juga membuka kemungkinan adanya peran mikroba simbion yang hidup bersama tawon dengan potensi memperkaya manfaat kesehatan dari sarang tersebut.

Ivone pun mengakui upaya penelitian ini tidak mudah. Tantangan utama muncul sejak tahap awal pengambilan sampel. Proses ini memerlukan kehati-hatian tinggi karena risiko disengat tawon, serta sifat sarang yang mudah rusak karena terbuat dari campuran tanah.

Faktor lingkungan seperti kelembapan dan suhu juga berpengaruh terhadap komposisi sarang, sehingga peneliti harus bekerja dengan sangat teliti agar data yang diperoleh tetap valid. Selain itu, pengambilan sarang tidak bisa sembarangan, harus hati-hati agar komposisi alaminya tetap terjaga.

Perlu Pengujian Lebih Lanjut

Ia juga menyoroti perlunya uji antimikroba lanjutan, yang mencakup pengujian terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk memastikan senyawa bioaktif dalam sarang tawon benar-benar memiliki potensi.

Selain itu, aspek keamanan juga menjadi perhatian utama, terutama jika sarang tawon ini nantinya akan dikembangkan sebagai bahan antimikroba dalam produk kesehatan.

Tawon angkut-angkut, spesies yang menjadi objek penelitian ini, dikenal tidak hidup dalam koloni besar dan cenderung tidak agresif. Meski demikian, tawon ini tetap dapat menyengat jika merasa terancam.

Sengatannya dapat menyebabkan rasa nyeri hingga bengkak. Salah satu ciri khas tawon ini adalah kemampuannya membangun sarang dari campuran tanah dan air liurnya, membentuk struktur yang unik dan menjadi fokus perhatian para peneliti.




(pal/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads