Melihat seekor kecoak merayap di dinding terkadang membuat seseorang merasa jijik. Tak hanya hewan mungil itu, manusia kerap merasa tak nyaman dengan kehadiran serangga lain seperti ulat, tawon dan lainnya.
Meski sering dianggap pengganggu atau hama, serangga punya peran vital bagi kehidupan. Terutama dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam.
Alih-alih melihat mereka sebagai hama, pakar entomologi Institut Pertanian Bogor (IPB) mengajak untuk melihat serangga dari sisi manfaatnya. Ia menyebut beberapa kebutuhan manusia memerlukan peran serta serangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dengar kata serangga, yang terlintas di benak orang biasanya semut, kecoa, atau nyamuk. Padahal serangga memegang peran kunci dalam hampir semua proses ekologi," ujarnya dikutip dari laman IPB, Senin (12/5/2025).
Proses Daur Ulang Nutrisi Melambat
Damayanti mengatakan hampir semua serangga ada dalam setiap rantai makanan. Terkecuali pada autotrof atau organisme yang bisa menghasilkan energinya sendiri.
"Serangga bisa menjadi herbivora, karnivora, hingga dekomposer. Bahkan, tanpa mereka, proses daur ulang nutrisi di alam akan sangat lambat," katanya.
Damayanti pun menyoroti penurunan populasi serangga khususnya lebah. Jika jumlah populasi serangga menurun, maka masalah pada rantai makanan akan muncul.
"Berdasarkan data yang ada, populasi serangga yang menurun itu adalah lebah, sedangkan hama-hama invasif justru bertambah karena meluasnya daerah yang mereka kolonisasi," jelasnya.
Padahal, lebah adalah serangga yang dapat melakukan penyerbukan. Sekitar 75-80 persen tanaman berbunga memerlukan penyerbukan tersebut.
"Bayangkan kalau tidak ada lebah atau kupu-kupu? Kopi, teh, coklat, dan berbagai buah-buahan serta sayuran tak akan bisa dinikmati seperti sekarang," tambahnya.
Serangga pun sangat dibutuhkan banyak pohon. Misalnya pada pohon beringin, serangga dapat menentukan siklus hidupnya.
"Keberadaan Ficus sangat tergantung pada penyerbuknya, yaitu tabuhan kecil dari famili Agaonidae. Ada proses koevolusi yang telah terjadi ribuan tahun antara Ficus dan Agaonidae. Jika spesies tumbuhan itu punah, maka spesies Ficus yang bergantung padanya juga akan punah," jelas Damayanti.
Serangga Dapat Melawan Hama-Dekomposer
Walaupun serangga sering dianggap hama bagi tanaman, tetapi tak semua serangga adalah perusak. Beberapa serangga ada yang bisa memberantas hama itu sendiri.
"Predator seperti tomcat itu memakan hama wereng, termasuk wereng batang coklat. Kalau populasinya seimbang, kita tak butuh pestisida," kata Damayanti.
Lebih jauh lagi, Damayanti mengatakan bahwa serangga adalah dekomposer sejati. Mereka dapat menjadikan feses, bangkai hingga pohon tumbang sebagai zat yang terurai dan kembali menjadi unsur hara tanah.
"Bahkan dalam dunia forensik, serangga digunakan untuk menentukan waktu kematian melalui urutan datangnya lalat dan kumbang pada bangkai," ungkapnya.
Kepunahan serangga menurut Damayanti akan membuat kehidupan punah. Sehingga penurunan populasi serangga perlu dicegah.
Caranya bisa lewat restorasi, menghentikan deforestasi, mengembangkan teknologi hijau, mengurangi dampak perubahan iklim dan mengurangi konsumerisme.
"Jangan merendahkan hewan-hewan kecil. Serangga itu kecil tapi dampaknya luar biasa," pungkasnya.
(cyu/nwk)