Ternyata Sederhana, Riset Ini Temukan Dukungan Ibu Bisa Pengaruhi Kecerdasan Anak

ADVERTISEMENT

Ternyata Sederhana, Riset Ini Temukan Dukungan Ibu Bisa Pengaruhi Kecerdasan Anak

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 07 Mei 2025 17:00 WIB
Happy Asian family on beach vacation. Mother carrying and kissing little daughter while walking on tropical beach at summer sunset. Mom and child girl kid enjoy and fun outdoor lifestyle on the beach
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/CandyRetriever
Jakarta -

Peran ibu dalam kehidupan seorang anak sangatlah penting. Hal ini tentu saja tidak dapat disangkal.

Penelitian ilmiah telah lama menunjukkan dukungan ibu memainkan peran penting dalam perkembangan holistik seorang anak. Dukungan tersebut laiknya memiliki bahan rahasia yang memacu pertumbuhan dan potensi seorang anak.

Nah, rupanya lebih dari itu, sebuah penelitian juga mengungkap dukungan ibu dan kecerdasan seorang anak memiliki hubungan yang sangat erat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riset ini dilakukan oleh Curtis S Dunkel dari Departemen Psikologi, Western Illinois University, Amerika Serikat yang dimuat dalam jurnal Intelligence beberapa waktu lalu.

"Dalam penelitian ini, kami ingin mempersempit fokus lebih jauh dan berkonsentrasi hanya pada kemungkinan bahwa dukungan ibu membantu membentuk kecerdasan anak," katanya dikutip dari ScienceDirect, Rabu (7/5/2025).

ADVERTISEMENT

Ia dan rekan penelitian menggunakan bukti substansial dan periode waktu yang lama dalam membuktikannya. Ada dua hal yang mereka analisis lebih dalam pada kajian ini yakni dukungan ibu dan kognitif anak.

Kecerdasan Ditentukan Lingkungan, Salah Satunya Ibu

Penelitian Dunkel dan rekannya menggunakan responden dari Early Head Start Research and Evaluation Study (EHSRE). Lembaga tersebut telah meneliti sejak 1996 hingga 2010.

Ada sebanyak 1.075 responden yang terdiri dari 529 anak perempuan dan 546 anak laki-laki. Mereka datang dari bermacam-macam ras seperti 241 anak Hispanik, 347 anak kulit hitam, 409 anak kulit putih dan lainnya.

Dalam melakukan penelusuran, peneliti memanfaatkan metode bermain semi-terstruktur. Metode dibagi menjadi tiga tas yakni 14 bulan, 24 bulan, dan 36 bulan.

Ibu dan anak dinilai berdasarkan tiga aspek yakni kepekaan orang tua, stimulasi kognitif, dan penghargaan positif. Ada juga pengukuran khusus pada ibu yakni lewat temperamen anak dan kosakata.

Setelah dianalisis oleh Dunkel, ia melihat bahwa kecerdasan umum anak sangat dipengaruhi lingkungan tempat tinggi. Termasuk juga peran seorang ibu.

Kemampuan kognitif dinilai pada berbagai usia (dari 14 bulan hingga 10 tahun) menggunakan berbagai ukuran, seperti produksi kosakata, pemahaman kosakata, gerakan awal, dan tes perkembangan mental. Ukuran-ukuran ini dianalisis faktor untuk membuat ukuran kecerdasan umum.

Penelitian ini juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hasil. Kemampuan kognitif ibu diukur menggunakan tes kosakata, dan temperamen anak dinilai menggunakan Skala Penilaian Perilaku Bayley.

Dunkel dan rekan-rekannya menemukan bahwa ada hubungan positif antara dukungan ibu dan kecerdasan umum anak. Ini berarti bahwa ketika ibu lebih mendukung anak-anak mereka, anak-anak cenderung memiliki skor kecerdasan umum yang lebih tinggi. Hubungan ini tetap signifikan bahkan setelah mengendalikan faktor-faktor lain seperti kecerdasan ibu sendiri.

Temuan tersebut menunjukkan "bahwa dukungan ibu memengaruhi kecerdasan umum di awal kehidupan," kata Dunkel seperti dikutip dari PsyPost.

Akan tetapi, penelitian sebelumnya telah mengamati bahwa efek ini berkurang saat individu mencapai usia dewasa.

Masih belum jelas mengapa efek lingkungan awal ini tampaknya memudar sepenuhnya. Dengan kata lain, meskipun dukungan ibu penting dalam jangka pendek, dukungan tersebut tidak memiliki pengaruh yang bertahan lama terhadap kecerdasan dalam jangka panjang.

Namun, penting untuk dicatat bahwa bahkan sedikit keuntungan dalam kinerja kognitif selama tahap kritis perkembangan anak dapat menghasilkan hasil yang signifikan. Selama tahun-tahun awal kehidupan, otak mengalami perkembangan pesat dan membentuk koneksi. Pengalaman yang dialami selama periode ini, seperti bermain, komunikasi, dan interaksi sosial, penting. Pengalaman tersebut memainkan peran penting dalam membentuk arsitektur otak.

Pengalaman formatif ini dapat memiliki efek jangka panjang pada perkembangan umum anak dan membangun fondasi untuk pembelajaran di masa mendatang.




(cyu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads