Mengapa Tidur Siang di Hari Idulfitri Terasa Berbeda? Ini Penjelasan Sains

ADVERTISEMENT

Mengapa Tidur Siang di Hari Idulfitri Terasa Berbeda? Ini Penjelasan Sains

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 31 Mar 2025 18:00 WIB
Ilustrasi tidur siang
Tidur siang setelah menunaikan salat ied dan silaturahmi merupakan 'rutinitas' di Hari Raya. Namun, mengapa tidur siang di Hari Idulfitri terasa berbeda? Foto: Getty Images/iStockphoto/Wiphop Sathawirawong
Jakarta -

Tidur siang menjadi rutinitas yang tak pernah absen di Hari Raya Idulfitri. Setelah puas menyantap opor dan bersilaturahmi, orang-orang akan kembali ke rumah masing-masing untuk tertidur.

Uniknya, hal ini terus dilakukan setiap tahun. Lantas, mengapa tidur siang di Hari Idulfitri terasa berbeda?

Benarkah Habis Kerja Keras?

Mengantuk di siang hari sering dikaitkan dengan budaya kerja keras. Setelah mondar-mandir ke rumah saudara, seseorang akan kelelahan dan memutuskan tidur siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidur siang ini bukan ide yang unik. Orang Spanyol memiliki budaya siesta, tidur siang di sore hari. Menurut National Sleep Foundation, budaya ini awalnya dibuat untuk memberi petani waktu istirahat selama cuaca panas, demikian seperti dilansir dari TBS News.

Di negara-negara Skandinavia, termasuk Norwegia dan Swedia, orang tua meninggalkan bayi mereka di luar untuk tidur siang. Hal yang umum untuk melihat bayi tidur di kereta dorong di luar ruangan, sementara orang tua berbelanja dan makan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terjadi di Bangladesh, di mana anak-anak dicuri. Hal ini juga tidak dapat dilakukan di AS, di mana hal itu hanya akan menyebabkan tuduhan kekerasan pada anak.

ADVERTISEMENT

Di Jepang, mereka memiliki praktik inemuri, di mana orang-orang diizinkan tidur di depan umum. Oran-orang tidak hanya diizinkan tidur saat bepergian, tetapi juga selama rapat. Hal ini memberi tahu orang-orang betapa kerasnya orang yang tidur siang itu bekerja.

Dokter Benjamin Smarr, pakar penelitian tidur di National Institutes of Health, sebuah badan Departemen Luar Negeri AS, mengatakan tidur siang selama 20-30 menit membuat orang lebih produktif dan fungsional.

Ia adalah salah satu dari sejumlah pakar terkemuka, yang memuji manfaat tidur siang. Namun sebagian orang tidak ingin bangun dari tidur siang. Dua puluh menit menjadi dua jam. Tombol tunda alarm menjadi usang karena terlalu sering digunakan. Namun, kebiasaan itu dapat dibentuk.

Tidur siang di hari raya Idulfitri terasa berbeda. Jika kamu dapat mengatur waktu dengan baik, kamu dapat merasa segar untuk bersilaturahmi lagi di Hari Raya Lebaran.




(nir/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads