Bersepeda kerap menjadi alternatif transportasi yang dipilih para pekerja. Selain hemat bahan bakar bensin, studi menemukan jika pekerja yang berangkat dengan sepeda lebih jarang sakit.
Studi yang dipimpin oleh tim dari Institut Kesehatan Kerja Finlandia ini menganalisis data yang dilaporkan sendiri dari 28.485 pekerja pemerintah daerah selama setahun, dengan sebagian besar peserta ditindaklanjuti untuk tahun kedua.
Dibandingkan dengan komuter pasif, dengan mobil atau angkutan umum, bersepeda sejauh 61 kilometer atau lebih per minggu dikaitkan dengan risiko 8-12 persen lebih rendah untuk mengambil cuti sakit. Selain itu, 18 persen lebih rendah untuk absen selama setidaknya 10 hari karena sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata, komuter yang paling aktif memiliki 4,5 hari sakit lebih sedikit daripada komuter pasif, dan satu periode sakit panjang lebih sedikit per dekade.
"Sudah ada bukti penelitian tentang manfaat kesehatan dan lingkungan dari perjalanan aktif, tetapi hubungannya dengan risiko absen lama karena sakit, misalnya, belum pernah dipelajari sama sekali sebelumnya," kata Essi Kalliolahti, seorang ilmuwan kesehatan masyarakat dari Institut Kesehatan Kerja Finlandia, dalam Science Alert dikutip Minggu (16/2/2025).
Catatan Penelitian
Meskipun para peneliti memperhitungkan faktor-faktor potensial lain yang memengaruhi statistik sakit, termasuk jenis kelamin, usia, asupan alkohol, dan status sosial ekonomi, data tersebut tidak menunjukkan hubungan sebab akibat langsung antara bersepeda dan sakit, hanya hubungan yang kuat.
Penemuan tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang perjalanan dengan sepeda. Tetap aktif adalah salah satu cara terbaik untuk tetap sehat, jadi dapat dikatakan bahwa mereka yang tetap bugar memiliki risiko lebih rendah terhadap banyak kondisi umum.
Di sisi lain, kondisi kesehatan yang meningkatkan waktu istirahat juga dapat membuat siklus harian bekerja lebih keras bagi sebagian orang.
Naik Sepeda Lebih Baik dari Jalan Kaki
Para peneliti juga menemukan jika bersepeda lebih baik daripada berjalan kaki untuk mengurangi hari sakit. Meskipun perbedaan tersebut hanya muncul bagi mereka yang melakukan perjalanan terjauh dengan sepeda.
Ada kemungkinan berjalan kaki tidak cukup membuat tubuh bekerja keras, atau orang-orang yang bersepeda jauh untuk berangkat kerja memiliki keuntungan lain yang berarti mereka lebih jarang sakit.
"Selain jumlah kilometer aktif mingguan yang biasanya lebih rendah di antara para pejalan kaki, intensitas berjalan kaki mungkin tidak mencukupi," tulis para peneliti, yang menunjukkan bahwa berjalan dengan kecepatan lebih tinggi mungkin lebih penting daripada frekuensi berjalan kaki.
Meski begitu, peneliti berujar bahwa bersepeda tidak bisa menjadi pilihan bagi semua orang, terlebih di daerah perkotaan. Namun, bersepeda dapat membuat pekerja lebih sering berangkat kerja, sekaligus membantu mengurangi emisi dari bentuk perjalanan lain.
"Mengetahui bahwa hanya setengah dari populasi orang dewasa yang berolahraga sesuai dengan anjuran, bepergian dengan berjalan kaki atau bersepeda dapat menjadi cara yang berguna untuk meningkatkan olahraga yang meningkatkan kesehatan," kata Jenni Ervasti, seorang ahli epidemiologi dari Institut Kesehatan Kerja Finlandia.
"Hasil penelitian ini memberikan alasan tambahan untuk mendorong dan berinvestasi dalam gaya perjalanan aktif, dan khususnya bepergian dengan sepeda," pungkasnya.
(nir/faz)