Cahaya Ternyata Bermanfaat bagi Tubuh yang Bekerja Malam Hari, Begini Kata Studi

ADVERTISEMENT

Cahaya Ternyata Bermanfaat bagi Tubuh yang Bekerja Malam Hari, Begini Kata Studi

Hani Muthmainnah - detikEdu
Kamis, 16 Jan 2025 06:30 WIB
ilustrasi wanita lembur
Foto: Getty Images/RealisticFilm/Ilustrasi bekerja hingga larut malam
Jakarta -

Manusia memiliki ritme sirkadian atau jam tubuh dalam 24 jam yang mengatur secara alami kapan untuk beristirahat atau tidur dan kapan waktunya terbangun. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang bekerja hingga larut malam?

Ritme sirkadian sangat memengaruhi waktu tidur kita. Idealnya, kita sudah harus mulai beristirahat mulai jam 9 atau 10 malam karena hormon melatonin yang membantu kita tidur akan mulai diproduksi.

Pada jam 00:00 sampai 3 dini hari, hormon melatonin akan semakin banyak. Pada fase ini, kita akan tertidur paling lelap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu jam 3-6 pagi produksi hormon melatonin berkurang. Kemudian setelah itu benar-benar berkurang sampai hormon kortisol yang memberi energi, diproduksi dan menandakan tubuh siap beraktivitas.

Jika ritme sirkadian itu dilanggar maka ada konsekuensi yang didapatkan. Misalnya seperti kualitas tidur yang menurun karena begadang, hingga gangguan pencernaan.

ADVERTISEMENT

Lantas bagaimana dengan orang yang bekerja sampai lembur?

Penggunaan Pencahayaan untuk Ritme Sirkadian Orang-orang yang Lembur

Untuk menjawab hal ini, para peneliti dari Universitas Flinders di Australia melakukan percobaan penggunaan pencahayaan untuk orang-orang yang bekerja hingga malam hari. Pencahayaan diatur sesuai dengan ritme sirkadian sehingga dapat membantu mengurangi dampak negatif tersebut.

Hasilnya menunjukkan bahwa pencahayaan tersebut dapat membantu pekerja shift malam tidur lebih baik dan meningkatkan kewaspadaan serta kinerja mereka.

Para peneliti menunjukkan bahwa pencahayaan pada jam yang tepat, tidak hanya dapat meningkatkan kualitas tidur, tetapi juga meningkatkan kinerja para pekerja shift malam.

Peneliti tidur dari Universitas Flinders, Dr Hannah Scott mengatakan bahwa temuan ini sangat penting untuk pekerja di lingkungan tertutup, seperti kapal selam. Sebab, pencahayaan di tempat semacam itu biasanya sangat terbatas.

Kondisi tersebut, menurutnya, dapat memperburuk masalah adaptasi tubuh terhadap pekerja malam.

"Karena kurangnya cahaya alami, bekerja malam di kapal selam bisa sangat sulit bagi tubuh untuk beradaptasi," ucap Dr Scott, dikutip dari news.flinders.edu.au.

Cahaya yang Dirancang untuk Membantu Tubuh Menyesuaikan dengan Pekerjaan Malam

Studi yang terbit di jurnal SLEEP pada 11 November 2024 tersebut, melibatkan 19 orang dewasa yang melakukan simulasi kerja malam di laboratorium FHMRI Sleep Health.

Peserta terpapar dua jenis pencahayaan yang berbeda selama delapan hari untuk melihat bagaimana pencahayaan sirkadian memengaruhi penyesuaian tubuh mereka.

Cahaya biru yang terbagi menjadi cahaya terang dan redup termasuk dalam pencahayaan sirkadian dirancang untuk membantu tubuh menyesuaikan diri dengan pekerjaan malam. Sementara itu, pencahayaan standar yang digunakan di kapal selam mensimulasikan kondisi pencahayaan normal yang kurang ideal.

Dalam penelitian ini, para peneliti mengukur berbagai indikator tubuh, seperti tingkat melatonin dan suhu tubuh inti, serta kinerja kognitif dan kualitas tidur peserta.

Hasilnya menunjukkan bahwa pencahayaan yang tepat dapat mempercepat penyesuaian tubuh terhadap pekerjaan malam. Peserta yang terpapar pencahayaan sirkadian berhasil menyesuaikan jam tubuh mereka sekitar satu jam lebih cepat per hari dibandingkan dengan pencahayaan standar.

"Secara jelas manfaat dari 'pencahayaan sirkadian' dapat meningkatkan kualitas tidur dan kinerja pekerja shift malam. Temuan kami menunjukkan bahwa pencahayaan yang tepat dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja, tidur, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja yang terpapar cahaya yang tidak memadai selama shift malam," ujar Alisha Guyett, penulis utama studi.

Tingkat Kantuk Lebih Rendah

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peserta yang terpapar pencahayaan sirkadian, bisa tidur satu jam lebih lama dibandingkan dengan mereka yang terpapar pencahayaan standar. Para peserta juga melaporkan tingkat kantuk yang lebih rendah selama shift malam.

Untuk menguji kewaspadaan lebih lanjut, para peneliti melakukan tes Psychomotor Vigilance Task (PVT), yang mengukur perhatian peserta. Hasilnya,mereka yang terpapar pencahayaan sirkadian membuat setengah kesalahan lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang terpapar pencahayaan standar.

Penemuan ini semakin menguatkan manfaat dari pencahayaan yang tepat dalam mendukung kinerja selama shift malam.

"Temuan ini sangat penting untuk kondisi pencahayaan di kapal selam, tambang, dan tempat kerja lainnya, dimana pencahayaan yang tidak cukup bisa membuat pekerja kesulitan menyesuaikan jam tubuh mereka dengan jadwal kerja," kata peneliti senior Profesor Peter Catcheside.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa pencahayaan yang disesuaikan dengan ritme sirkadian tubuh bisa menjadi solusi efektif untuk mengurangi dampak negatif kerja malam, memperbaiki tidur, dan meningkatkan kinerja pekerja shift malam.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads