Berbagai mamalia laut atau cetacea terpantau hadir di perairan Indonesia pada awal tahun 2025, tepatnya di Kaimana Papua. Salah satunya adalah paus pembunuh atau Orcanius orca.
Kehadiran para mamalia laut ini dipantau secara langsung oleh Konservasi Indonesia dan Conservation International. Melalui studi terbaru yang terbit di jurnal Frontiers pada Jumat (10/1/2025) lalu, peneliti mengumumkan orca jadi spesies cetacea baru yang mampir ke Kaimana, Papua.
Focal Species Conservation Program Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata menjelaskan orca memiliki keterikatan dengan bagan apung. Cetacea yang terpantau terlihat memakan ikan teri yang ada di luar jaring bagan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengidentifikasi adanya lima spesies cetacea di wilayah perairan Kaimana, termasuk penemuan baru adanya paus pembunuh," kata Iqbal dalam keterangan tertulis yang diterima detikEdu, Selasa (14/1/2025) ditulis Rabu (15/1/2025).
Daftar Mamalia Laut yang Nyemil Ikan Teri di Kaimana
Dijelaskan wilayah Kaimana telah teridentifikasi sebagai Important Marine Mammal Area (IMMA) atau habitat penting mamalia laut pada 2018. Selain orca yang terbaru, berbagai spesies terpantau di Kaimana untuk mencari makan.
Seperti lumba-lumba bungkuk Australia (Sousa sahulensis), lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus), lumba-lumba pemintal (Stenella longirostris) dan paus Bryde (Balaenoptera edeni). Penelitian yang dilakukan Konservasi Indonesia dan Internasional dilakukan selama periode Mei 2021 hingga Maret 2023.
Para peneliti memantau interaksi cetacea dengan perikanan bagan (lif net) di Kaimana. Selama prosesnya, keberadaan jumlah, dan pola makan cetacea dipantau setiap waktunya.
Hasilnya, ditemukan bila lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik memiliki keterikatan paling kuat dengan perikanan bagan. Spesies ini terpantau memakan ikan teri yang berada di luar jaring bagan pada pagi hari.
Sementara itu, spesies lain terlihat lebih jarang mampir. Karena lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik punya hubungan kuat terhadap habitat pesisir yang beririsan dengan area operasi perikanan di Kaimana.
"Selain itu, lumba-lumba bungkuk Australia, paus Bryde, dan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik tercatat hadir sepanjang tahun, yang menunjukkan bahwa mereka adalah penghuni tetap di wilayah ini," tambah Iqbal.
Keberadaan Orca di Perairan Indonesia Terbilang Rendah
Iqbal menyatakan paus pembunuh di wilayah Kaimana baru pertama kali dilaporkan. Di perairan tropis seperti Indonesia, keberadaan orca terbilang rendah.
"Mungkin hanya 0-0, 10 individu per 100 km persegi karena terbatasnya peluang mencari makan dan ancaman dari aktivitas manusia. Karenanya spesies ini jarang ditemukan di Indonesia, termasuk di habitat penting mamalia laut di Kaimana," tambahnya.
Mengutip laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kemunculan paus orca di laut Indonesia terpantau beberapa kali, seperti:
- Pada 2018, di perairan Maratua Kalimantan Timur
- Pada 2019, di Teluk Manado Sulawesi Utara
- Pada April 2020, di perairan Anambas Kepulauan Riau
- Pada 21 Juni 2020, di pesisir Pantai Desa Wureh Flores Timur dan di perairan Biak Numfor Papua
- Pada 24 Juni 2020, di perairan Inobonto, Sulawesi Utara
- Pada 6 Februari 2022, di laut Kaimana.
Dari berbagai kehadiran orca di laut Indonesia, penampakan paling menarik di perairan Inobonto. Karena yang terlihat adalah bayi paus orca dengan panjang sekitar 2 meter.
Ia diperkirakan terdampar karena terlepas dari kawanannya dan kemudian diselamatkan oleh nelayan setempat. Karena menarik perhatian, masyarakat setempat sempat bermain dan memeluk bayi paus orca itu.
Kemunculan paus orca di perairan Indonesia menurut KLHK adalah suatu hal yang mungkin. Karena laut RI adalah salah satu jalur lintas paus orca dengan kelompoknya yang terdiri atas 5-7 ekor.
Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN
![]() |
Dari lima spesies yang ditemukan di Kaimana, Iqbal menjelaskan seluruhnya telah masuk ke dalam kategori Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN (International Union for Conservation of Nature), datanya yakni:
- Risiko Rendah: dua spesies
- Data Kurang: satu spesies
- Hampir Terancam: satu spesies
- Rentan: satu spesies.
Untuk itu, Iqbal menilai bila pemerintah provinsi Papua Barat perlu memastikan berbagai langkah-langkah pengelolaan perikanan di kawasan tersebut. Mengingat interaksi perikanan bagan dan cetacea terjadi di luar Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Area) Kaimana.
"Pemerintah lokal harus dapat memastikan keberlanjutan stok ikan teri, yang tidak hanya penting bagi masyarakat dan industri perikanan tangkap, tetapi juga sebagai sumber makanan bagi populasi paus Bryde, lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik, dan lumba-lumba bungkuk Australia," ungkapnya.
Diketahui saat ini informasi tentang penilaian stok ikan teri di Kaimana sangat terbatas. Untuk itu Konservasi Indonesia dan Conservation International merekomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penilaian stok ikan teri.
"Guna memahami sejauh mana tingkat pemanfaatan terjadi di wilayah ini, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk langkah-langkah pengelolaan perikanan," pungkas Iqbal.
(det/faz)