Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia (KI), Iqbal Herwata mengungkapkan bahwa publik bisa menyematkan nama mereka di hiu paus yang ada di perairan Indonesia. Caranya dengan memberikan tagging di program satellite telemetry.
Tagging ini adalah sebuah alat pelacak dengan GPS yang dipasang di hiu paus seperti anting. Sehingga posisi hiu paus ketika bermigrasi bisa terlacak dengan jelas. Nantinya di tagging ini tertera nama sosok yang mengadopsi dan memberi tag tersebut.
"Setiap hiu paus yang kita tag itu punya nama. Jadi publik juga kalau mereka tertarik untuk mengadopsi hiu paus sangat memungkinkan," katanya dalam acara Perayaan Hari Hiu Paus Internasional sekaligus memperkenalkan Prilly Latuconsina sebagai Kawan Hiu Paus, Jumat (30/8/2024) di dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti kita bisa kasih nama hiu paus tersebut (dengan nama pemilik tagging) dan kita tahu secara real time kemana mereka bergerak," tambahnya.
Syarat Adopsi Hiu Paus
Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan semua orang bisa mengadopsi hiu paus. Tidak terbatas pemerintah atau organisasi pencinta lingkungan saja.
Namun, untuk bisa mengadopsi satu hiu paus diperlukan dana yang cukup besar. Setidaknya satu tag memakan biaya hingga US$ 10 ribu atau lebih dari Rp 154 juta (kurs Rp 15.472).
"Biaya ini untuk tagging, biaya operasional, ekspedisi, dan pemeliharaan lanjutan di alam," kata Iqbal.
Konservasi Indonesia membuka kesempatan secara luas untuk publik. Baik atas nama pribadi maupun komunitas.
"Mereka bisa lakukan penggalangan dana, misalnya untuk mengumpulkan uang sampai US$ 10 ribu. Kalau sudah ada nanti kita tagging sama-sama atas nama komunitasnya atau yang lain," tutur Iqbal.
Cara Ikut Melestarikan Hiu Paus
Iqbal tidak bisa memungkiri bila memang dana yang diperlukan untuk membuat tagging nama pada hiu paus sangat besar. Namun, ada berbagai cara agar publik ikut berpartisipasi dalam pelestarian hiu paus.
Salah satunya adalah ketika berwisata ke daerah hiu paus, masyarakat bisa ikut mengirim foto hiu yang terlihat. Sama seperti tagging, foto hiu paus juga memiliki kontribusi yang besar.
"Karena dengan foto hiu paus tim meneliti KI, universitas, atau lembaga riset lainnya bisa mengidentifikasi individu hiu paus dan kemudian menghitung potensi populasi dari suatu lokasi. Tapi tentu fotonya harus banyak" ujarnya.
Hanya melalui foto, studi yang lebih luas dan lebih mendalam terkait seberapa besar populasi hiu paus di Indonesia bisa dilakukan. Langkah ini juga murah dan bisa diikuti seluruh masyarakat Indonesia.
Cara kedua agar publik ikut berpartisipasi dalam pelestarian hiu paus adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan. Karena hiu paus makan dengan cara menyedot air.
"Bayangin kalau di habitatnya itu ada plastik, otomatis kan plastik itu akan termakan oleh hiu paus. Dan sudah ada banyak bukti," beber Iqbal.
Dijelaskan Iqbal, sebuah kasus kematian tragis menimpa hiu paus di Thailand. Hewan yang terkenal karismatik ini memakan sedotan dan berimbas terjadi infeksi pada lambungnya. Sehingga sampah plastik atau sedotan inilah yang disebut jadi penyebab kematian hiu paus tersebut.
Dengan demikian, Iqbal menegaskan ada beberapa cara agar publik bisa berkontribusi dalam melestarikan hiu paus. Dari paling murah hingga mahal melalui program tagging.
"Jadi banyak hal yang bisa dilakukan dari membuat hiu paus mainstream (terkenal) dan memahami kapasitas diri sendiri. Bila memiliki banyak uang bisa membantu terkait riset atau tagging tetapi kalau tidak bisa menyumbang dari sisi finansial at least dari kehidupan sehari-hari. Lakukan hal-hal yang bisa meminimalisir hiu paus semakin terancam," tutupnya.
Sebagai informasi, setiap tanggal 30 Agustus dunia merayakan Hari Hiu Paus Internasional. Di tahun ini, Konservasi Indonesia merayakan Hari Hiu Paus Internasional dengan mengangkat Prilly Latuconsina sebagai Kawan Hiu Paus.
Prilly juga diberikan sebuah tagging untuk mengadopsi satu hiu paus dengan namanya. Proses pemberian tagging akan berlangsung pada akhir September mendatang.
(det/faz)