Ketika melakukan wawancara kerja, banyak orang yang beranggapan bahwa menonjolkan diri adalah kunci untuk mendapatkan posisi yang diinginkan, meskipun hal ini bertentangan dengan kecenderungan alami manusia untuk menyesuaikan diri.
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Santa Fe Institute, Amerika Serikat dan Technical University of Denmark (DTU), Denmark, Katrin Schmelz dan rekan-rekannya bahwa meskipun menonjolkan diri dapat membantu dalam beberapa situasi tapi hal ini bukan hanya untuk menarik perhatian.
Studi yang telah diterbitkan dalam The Economic Journal, menunjukkan bahwa orang cenderung berusaha menonjolkan diri saat ada kesempatan baik seperti tawaran pekerjaan atau pekerjaan. Sementara mereka lebih memilih untuk menyesuaikan diri saat menghadapi ancaman seperti tugas yang tidak menyenangkan atau PHK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, apa yang seharusnya dilakukan oleh pelamar dalam wawancara kerja?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut Schmelz bersama rekannya Fabian Dvorak dan Urs Fischbacher dari Konstanz University, Jerman melakukan percobaan pada 817 mahasiswa untuk mengetahui tiga faktor utama, yaitu selera pribadi, pengetahuan faktual, dan kreativitas.
Dalam penelitian ini, para peserta membuat keputusan secara pribadi, tetapi mereka juga memperhatikan pilihan orang lain. Ketika mereka dihadapkan pada pilihan buruk, kebanyakan orang akan cenderung mengikuti keputusan orang lain karena takut menjadi sorotan. Namun, dalam situasi yang melibatkan suatu hal yang menyenangkan, beberapa orang justru memilih untuk tampil menonjol.
Penelitian ini juga melihat bagaimana pewawancara memilih siapa yang berhak mendapatkan tawaran kerja atau melanjutkan ke tahap berikutnya atau gagal mendapatkan tawaran kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa kesamaan antara peserta dengan pewawancara lebih penting daripada popularitas.
Para pewawancara cenderung memberikan "hadiah" kepada orang yang mirip dengan mereka, bukan kepada orang yang menonjol. Sebaliknya, ketika memilih siapa yang akan diseleksi untuk diterima atau tidak, orang yang tampil berbeda atau menonjol cenderung berisiko.
Sementara itu, orang yang lebih mirip dengan pewawancara cenderung lebih aman dan memiliki kesempatan lebih besar untuk diterima.
Meskipun demikian, menjadi menonjol merupakan sebuah strategi yang ampuh untuk mendapatkan kesempatan ketika kelompok tersebut beragam.
Jika selera pewawancara serupa dengan mayoritas kelompok, sikap menyesuaikan diri bisa memperbesar peluang untuk dipilih. Sebaliknya, jika selera pewawancara berbeda dari mayoritas kelompok
Selain itu, penelitian ini mengungkapkan bahwa mencoba untuk tampil berbeda demi mendapatkan penghargaan atau perhatian bisa gagal jika lingkungan tempat kita berada terlalu seragam.
Dalam kelompok yang homogen, kemungkinan besar pewawancara tidak akan lebih suka memilih kandidat yang berbeda dari yang lainnya. Ini menjadi masalah dalam perekrutan, karena upaya untuk meningkatkan keberagaman bisa terhambat jika kelompok terlalu mirip satu sama lain.
Menariknya, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri bisa berbeda-beda tergantung pada situasinya. Misalnya, orang cenderung lebih mengikuti aturan dalam situasi yang sudah pasti benar atau salah. Namun, dalam hal kreativitas atau preferensi pribadi, orang lebih bebas untuk mengikuti aturan terutama jika ada imbalannya.
Menurut Schmelz, "Konformitas penting untuk menjaga stabilitas dan mengikuti norma sosial, sementara antikonformitas (tidak mengikuti norma) sangat penting untuk kreatifitas dan inovasi."
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang cenderung untuk menyesuaikan diri atau berani tampil berbeda, tergantung situasinya. Dengan memahami pola ini, baik individu maupun evaluator bisa membuat keputusan yang lebih tepat dalam memilih atau menilai sesuatu yang penting.
(pal/pal)