Fenomena hantu atau penampakan memang sulit dijelaskan secara ilmiah. Namun, tak sedikit orang percaya meski hanya mendengar dari pengalaman orang lain.
Hingga saat ini, para peneliti terus berusaha melakukan eksperimen untuk mengungkapnya. Alhasil didapatilah penjelasan soal hantu berdasarkan tinjauan psikologi hingga biologi.
Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang percaya bahwa hantu itu ada? Mengutip BBC, berikut penjelasannya menurut sains.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaitan dengan REM (Tidur Bermimpi)
Kepala Unit Penelitian Psikologi Anomali di Universitas Goldsmiths, London, Dr Chris French telah melakukan penelitian seputar kepercayaan paranormal dan hantu.
French menyimpulkan kepercayaan manusia terhadap hantu secara sains berkaitan dengan rapid eye movement (REM) atau tidur bermimpi. Saat REM, seseorang merasa bangun tetapi badan tidak bergerak.
Seseorang yang mengalami REM merasa bahwa di sekitarnya ada sosok. Pada saat itu juga ia bisa berhalusinasi. Fenomena tersebut juga dikenal sebagai kelumpuhan tidur. Menurut French, sangat wajar seseorang mengalaminya.
"Kelumpuhan tidur adalah semacam gangguan pada mekanisme tidur normal," jelasnya.
Rumah 'Berhantu' Biasanya Dipenuhi Jamur
Ahli teknik lingkungan Dr Shane Rogers dari Universitas Clarkson mengungkap alasan mengapa banyak orang percaya bahwa rumah kosong itu berhantu.
Shane dan tim mengumpulkan data lengkap rumah kosong dan berjamur di 27 lokasi. Sebanyak 13 di antaranya dianggap berhantu. Rumah kosong biasanya memiliki dinding yang berjamur. Jamur yang biasanya hinggap adalah jamur aspergillus.
Jamur tersebut dapat menyebabkan manusia sesak napas hingga radang saraf optik. Jika seseorang mengalami radang saraf optik, ia akan melihat bentuk-bentuk gelap melayang.
Gangguan Sinyal Otak yang Sebabkan Halusinasi
Chris memaparkan penjelasan hantu bisa ditinjau juga dari medan elektromagnetik. Medan tersebut memengaruhi sinyal otak pada manusia.
Jika ada gangguan pada sinyal otak manusia, efeknya akan menimbulkan halusinasi. Frekuensi rendah sekitar 19 hertz akan memicu bola mata bergerak dan membuat ilusi optik.
Untuk membuktikannya, Chris membuat sebuah ruangan berhantu buatan. Ia menguji aktivitas infrasonik dan elektromagnetik peserta.
"Orang-orang melaporkan sensasi yang tidak biasa di ruangan itu. Delapan persen orang bahkan melaporkan merasa takut," kata Chris.
Efek frekuensi akan lebih cepat dirasakan oleh orang yang mudah disugesti. Sehingga Chris menyimpulkan perasaan melihat hantu disebabkan oleh sugesti.
"Masalahnya adalah ketika kami menganalisis hasilnya, tidak menjadi masalah apakah medan infrasonik dan elektromagnetik aktif," kata Chris.
(cyu/pal)