Belum lama ini Indonesia kembali mengenang bencana alam luar biasa yang melanda Aceh pada dua dekade silam. Gelombang tsunami menyapu Aceh pada 26 Desember 2024.
Beberapa waktu lalu, untuk mengenang 20 tahun tsunami Aceh, Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa mengingatkan masyarakat supaya lebih waspada terhadap bencana yang bisa datang kapan pun.
Potensi Megathrust yang Bisa Picu Tsunami hingga Jakarta
Rahma mengatakan, potensi bencana dalam bentuk megathrust di selatan Jawa bisa saja terjadi dan memicu tsunami dengan skala serupa di Aceh. Oleh sebab itu para pemangku kepentingan dan masyarakat luas perlu memberikan perhatian serius agar dapat melakukan mitigasi risiko dampak bencana secara cermat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahma memaparkan, berdasarkan hasil risetnya, segmen megathrust di selatan Jawa termasuk Selat Sunda menyimpan energi tektonik yang signifikan dan dapat melepaskan gempa dengan kekuatan magnitudo dari 8,7 hingga 9,1.
Ia menyebut, potensi megathrust tersebut dapat memicu gempa besar dan tsunami melalui Selat Sunda sampai Jakarta.
"Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam," jelasnya setelah hadir dalam acara peringatan 20 tsunami Aceh di Banda Aceh (26/12/2024), dikutip dari laman resmi BRIN pada Jumat (3/1/2025).
Tsunami Setinggi 20 Meter Bisa Hantam Pesisir Selatan Jawa
Berdasarkan simulasi yang dilakukan BRIN bersama para peneliti di berbagai institusi, apabila terjadi tsunami maka ketinggian gelombang diperkirakan akan mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, lalu 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.
Mitigasi Struktural dan Nonstruktural
Riset ini juga memperlihatkan fenomena serupa pernah terjadi dalam sejarah, seperti pada tsunami Pangandaran 2006 yang dipicu landslide dekat Nusa Kambangan.
"Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya," ujarnya.
Maka dari itu, BRIN menegaskan pentingnya mitigasi dengan pendekatan struktural dan nonstruktural.
Pendekatan struktural meliputi pembangunan tanggul penahan tsunami, pemecah ombak, dan penataan ruang di wilayah pesisir dengan memperhatikan jarak aman 250 meter dari bibir pantai. Rahma mengatakan, pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga bisa jadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami.
Adapun pendekatan nonstruktural melibatkan kesiapsiagaan masyarakat dengan edukasi mitigasi bencana, pelatihan simulasi evakuasi, juga penyediaan jalur dan lokasi evakuasi yang memadai.
"Kita harus memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman tentang potensi bahaya tsunami, sistem peringatan dini yang efektif, serta kemampuan merespons dengan cepat," ungkapnya.
Ia menerangkan untuk daerah perkotaan seperti Jakarta yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, maka usaha memitigasi gempa juga mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.
"Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa," sebutnya.
Kemudian untuk kawasan industri seperti Cilegon, potensi gempa dikhawatirkan menyebabkan kebakaran akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia di pabrik besar.
Megathrust Selatan Jawa Punya Periode Ulang
Rahma menyebutkan, BRIN melalui penelitian paleotsunami menemukan gempa megathrust di selatan Jawa mempunyai periode ulang sekitar 400-600 tahun. Dengan kejadian terakhir yang diperkirakan terjadi pada 1699, maka energi yang tersimpan sekarang ini sudah mencapai titik kritis.
"Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa," kata Rahma.
(nah/nwy)