Megastunami 200 Meter Belum Lama Terjadi di Greenland, Sebabkan Getaran 9 Hari

ADVERTISEMENT

Megastunami 200 Meter Belum Lama Terjadi di Greenland, Sebabkan Getaran 9 Hari

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 24 Des 2024 19:00 WIB
Longsor di Greenland September 2023 sebabkan megatsunami yang getarannya berlangsung lebih dari sepekan.
Longsor di Greenland pada 2023 yang sebabkan megatsunami. Foto: SΓΈren Rysgaard / Danish Army
Jakarta -

Pada 2023 lalu terjadi longsor batu yang besar di Greenland. Peristiwa ini rupanya sampai menyebabkan tsunami di sana.

Kejadian yang melanda Greenland itu dimulai dengan mencairnya gletser yang memicu tanah longsor masif. Tsunami setinggi 650 kaki pun tak terelakkan.

Disebabkan longsor ini pula, timbul semacam getaran yang mengguncang setiap 90 detik selama sembilan hari. Selama setahun terakhir, puluhan ilmuwan di seluruh dunia telah mencoba mencari tahu mengenai sinyal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekarang mereka telah memiliki jawaban. Analisisnya dimuat dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science dengan judul "A rockslide-generated tsunami in a Greenland fjord rang Earth for 9 days" Volume 385, Issue 6714 oleh Kristian Svennevig dkk yang diterbitkan 13 September 2024.

Penelitian ini juga memberikan peringatan lain bahwa kawasan Arktik memasuki perairan yang belum dipetakan karena manusia mendorong suhu global semakin tinggi.

ADVERTISEMENT

Beberapa seismolog mengira instrumen mereka rusak ketika mereka mulai menangkap getaran melalui tanah pada September 2023, kata Stephen Hicks, salah satu penulis studi dan seismolog di University College London.

"Itu bukan orkestra nada tinggi dan gemuruh yang mungkin Anda harapkan dari gempa bumi, tetapi lebih seperti dengungan monoton," kata Hicks kepada CNN Climate.

Sinyal gempa bumi cenderung berlangsung selama beberapa menit, sedangkan yang ini berlangsung selama sembilan hari. Menurutnya hal ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

Libatkan 68 Ilmuwan dari 15 Negara

Ahli seismologi melacak sinyal tersebut ke Greenland timur, tetapi tidak dapat menentukan lokasi yang spesifik. Jadi, mereka menghubungi rekan-rekan di Denmark yang telah menerima laporan tentang tsunami yang dipicu oleh tanah longsor di bagian terpencil wilayah tersebut yang disebut sebagai Dickson Fjord.

Selama hampir setahun, 68 ilmuwan di 15 negara meneliti data seismik, satelit, dan di lapangan, serta simulasi gelombang tsunami untuk memecahkan teka-teki tersebut.

Seorang ahli geologi di Survei Geologi Denmark dan Greenland, Kristian Svennevig mengatakan apa yang terjadi merupakan bahaya berjenjang. Hal itu dimulai dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Selama bertahun-tahun, gletser di dasar gunung besar yang menjulang hampir 4.000 kaki di atas Dickson Fjord telah mencair.

Saat gletser menipis, gunung tersebut menjadi semakin tidak stabil sebelum akhirnya runtuh pada tanggal 16 September tahun lalu. Kejadian ini menyebabkan cukup banyak batu dan puing jatuh ke dalam air hingga memenuhi setara 10 ribu kolam renang ukuran olimpiade.

Megatsunami ini merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah terkini. Peristiwa tersebut memicu gelombang yang terperangkap di fjord yang berkelok-kelok dan sempit selama lebih dari seminggu, dan bergoyang maju mundur setiap 90 detik.

Fenomena tersebut disebut "seiche", merujuk pada gerakan ritmis gelombang di ruang tertutup, mirip dengan air yang terciprat maju mundur di bak mandi atau cangkir. Meskipun seiche sudah dikenal luas, para ilmuwan sebelumnya tidak tahu bahwa seiche bisa berlangsung begitu lama.

"Jika saya menyarankan setahun yang lalu bahwa seiche dapat bertahan selama sembilan hari, orang-orang akan menggelengkan kepala dan mengatakan itu tidak mungkin," kata Svennevig, dikutip dari CNN Climate.

Para ilmuwan menemukan bahwa seiche inilah yang menciptakan energi seismik di kerak Bumi.

Sebabkan Megatsunami 200 Meter

Hicks mengatakan mungkin ini pertama kalinya para ilmuwan mengamati secara langsung dampak perubahan iklim di tanah di bawah kaki. Sinyal tersebut menempuh perjalanan dari Greenland ke Antartika dalam waktu sekitar satu jam, tambahnya.

Tidak ada yang terluka dalam tsunami tersebut, meskipun menyapu bersih situs warisan budaya berusia berabad-abad dan merusak pangkalan militer yang kosong. Namun, hamparan air ini berada di jalur pelayaran yang umum digunakan.

Para penulis mengatakan, dampaknya akan sangat dahsyat jika ada yang berada di sana saat itu.

Longsor seperti ini, menurut para ilmuwan, terjadi lebih sering seiring perubahan iklim. Pasalnya, gletser yang menopang pegunungan Greenland mencair.

Dikutip dari BBC, para peneliti akhirnya menemukan pada kejadian ini 25 juta meter kubik batu (volumenya setara dengan 25 Gedung Empire State) menghantam air dan menyebabkan megatsunami setinggi 200 meter.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads