Beruang kutub di Kutub Utara baru-baru ini terlihat mengalami cedera akibat pemanasan iklim di Arktik yang menghangat. Saat mengamati kesehatan dua populasi beruang kutub, para peneliti menemukan luka gores, rambut rontok, penumpukan es, dan luka pada kulit yang memengaruhi kaki serta bagian tubuh lainnya pada beruang dewasa.
Salah satu kasus yang mencolok adalah ditemukannya dua beruang dengan bongkahan es berdiameter hingga 30 sentimeter yang menempel di telapak kaki mereka. Es besar ini menyebabkan kaki beruang kutuv luka dalam dan berdarah, serta sulit berjalan. Temuan kasus ini menunjukkan dampak serius dari perubahan iklim terhadap kesehatan beruang kutub.
Cedera Beruang Kutub
![]() |
Studi yang dipimpin oleh University of Washington dalam jurnal Ecology pada 22 Oktober 2024 menunjukkan bahwa ini merupakan kali pertama cedera tersebut ditemukan pada beruang kutub.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari permasalahan inilah para peneliti menyarankan beberapa mekanisme yang dapat menyelamatkan para beruang dari perubahan iklim yang biasanya jauh di bawah titik beku ke siklus beku cair.
Kristin Laidre, ilmuwan utama senior di Laboratorium Fisika Terapan UW dan profesor di Fakultas Ilmu Akuatik dan Perikanan UW mengatakan kasus beruang kutub hanya satu dari dampak tidak terduga dari perubahan iklim.
"Kedengarannya aneh, dengan pemanasan iklim, siklus beku-cair lebih sering terjadi dengan lebih banyak salju basah. Ini menyebabkan penumpukan es di telapak kaki beruang kutub," ucapnya, dikutip dari laman kampus.
Antara tahun 2012 dan 2022, Laidre dan rekannya Stephen Atkinson , seorang dokter hewan satwa liar, mempelajari dua populasi beruang kutub yang hidup di atas 70 derajat lintang utara. Mereka mendapati cedera tersebut pada beruang.
Pada populasi Cekungan Kane, yang terletak di antara Kanada dan Greenland, 31 dari 61 beruang kutub menunjukkan bukti cedera akibat lapisan es. Di antaranya yaitu bercak-bercak tidak berbulu, luka, atau jaringan parut.
Pada populasi kedua di Greenland Timur, 15 dari 124 beruang kutub mengalami cedera serupa. Dua beruang Greenland di lokasi terpisah pada tahun 2022 memiliki bola-bola es besar yang menempel di kaki mereka.
Ia menjelaskan, dua beruang yang paling terimbas jadi tak bisa berjalan dan berlari. Peneliti membantu melepaskan bola-bola es tersebut dari kaki mereka setelah membiusnya.
"Bongkahan es tersebut tidak hanya tersangkut di rambut, tetapi juga menempel di kulit. Ketika kami menyentuh kakinya, terlihat jelas bahwa beruang-beruang itu kesakitan," kata Laidre.
Para peneliti telah mempelajari dua populasi beruang kutub ini sejak tahun 1990-an, tetapi mereka belum pernah mendapati jenis cedera ini sebelumnya. Bahkan ketika mengkonsultasikannya dengan para pemburu subsisten pribumi dan survei literatur ilmiah, mereka mendapati kasus ini adalah fenomena baru.
Secara fisiologis, beruang kutub memiliki tonjolan kecil di telapak kakinya yang membantu mereka berjalan pada permukaan yang licin. Ukuran tonjolan ini lebih besar dibandingkan dengan tonjolan pada beruang lain, seperti beruang coklat dan beruang hitam.
Sayangnya, tonjolan ini juga memudahkan salju basah membeku di telapak kaki mereka sampai menumpuk. Hal inilah yang menyebabkan cedera pada kaki mereka. Selain berdampak pada beruang kutub, masalah ini rupanya juga berdampak pada anjing penarik kereta luncur di daerah utara.
Penyebab Cedera pada Beruang Kutub
Para penulis studi berhipotesis bahwa ada tiga kemungkinan alasan meningkatnya penumpukan es di telapak kaki beruang kutub. Semuanya terkait dengan pemanasan iklim.
Alasan pertama yaitu makin banyak hujan turun di atas salju sehingga jadi basah dan lembek. Salju ini menggumpal di telapak kaki beruang dan kemudian membeku, membentuk padatan saat suhu turun.
Kemungkinan kedua adalah cuaca yang lebih hangat menyebabkan permukaan salju mencair dan kemudian membeku kembali menjadi kerak keras. Beruang kutub yang besar menerobos ke kerak es ini, melukai cakar mereka di tepi es yang tajam.
Alasan terakhir adalah kedua populasi ini hidup di fast ice yang terhubung ke daratan, dekat tempat gletser air tawar bertemu dengan lautan.
Pemanasan di wilayah Arktik akan menyebabkan es laut menipis. Kondisi ini memungkinkan air laut meresap ke dalam salju. Salju basah inilah yang juga dapat menggumpal di kaki beruang dan kemudian membeku kembali jadi es.
Selain itu, tidak seperti daerah lain, beruang kutub yang tinggal di tepi gletser jarang berenang dalam jarak jauh di musim semi. Berenang sendiri dapat membantu mencairkan dan melepaskan bongkahan es di kaki beruang karena air lebih hangat daripada udara.
Kendati demikian, para peneliti berhati-hati memberikan kesimpulan. Mungkin saja terdapat alasan yang lebih luas tentang kesehatan kedua populasi tersebut.
Melinda Webster, seorang ilmuwan peneliti di Laboratorium Fisika Terapan UW, baru-baru ini menerbitkan studi terpisah yang menganalisis lapisan salju di es laut Arktik selama beberapa dekade terakhir.
"Permukaan es laut Arktik berubah akibat perubahan iklim," kata Webster.
"Es di laut memiliki lebih sedikit salju di akhir musim semi dan musim panas. Salju yang ada akan mengalami pencairan lebih awal dan lebih sering turun hujan. Semua hal ini dapat menciptakan kondisi permukaan yang menantang bagi beruang kutub untuk bepergian."
Upaya untuk Melindungi Beruang Kutub
Ketika ditanya apa yang dapat dilakukan untuk membantu beruang kutub, Laidre memberikan jawaban sederhana.
"Kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencoba membatasi pemanasan iklim," ucapnya.
(twu/twu)