"Gunung-gunung, lembah-lembah, yang penuh misteri"-sepenggal kalimat dalam syair lagu Tanah Papua ini seakan menggambarkan dengan sempurna kekayaan alam Papua, sebuah pulau yang dikenal dengan biodiversitasnya yang luar biasa.
Papua, baik bagian Indonesia maupun Papua New Guinea, merupakan rumah bagi ribuan spesies flora yang banyak di antaranya bersifat endemik. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Camara-Leret dan tim pada jurnal Nature tahun 2020, di Pulau New Guinea tercatat lebih dari 13.600 spesies tumbuhan, tersebar dalam 1.742 marga dan 264 suku.
Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah, mengingat banyaknya wilayah Papua yang belum terjamah oleh penelitian ilmiah. Salah satu spesies tumbuhan yang baru dideskripsi bagi keilmuan adalah Rhododendron dari Papua Barat Daya, tepatnya di Kabupaten Tambrauw.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spesies ini dikenal dengan nama ilmiah Rhododendron mulyaniae, yang dipublikasikan pada Oktober 2024 dalam jurnal Nordic Journal of Botany oleh tim peneliti yang terdiri dari Y. M. Mambrasar, Allan Elliot, dan Kennet M. Cameron.
Nama spesies ini diberikan untuk menghormati Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, atas kontribusinya dalam pendidikan putra-putri Papua melalui beasiswa LPDP serta kontribusinya dalam upaya-upaya pendanaan riset terkait biodiversitas Indonesia melalui pendanaan LPDP (program RIM ekspedisi).
Rhododendron mulyaniae tumbuh di padang rumput perbukitan dengan intensitas cahaya penuh. Perawakan tanaman ini berbentuk semak yang dapat tumbuh hingga 3 meter, dengan bunga besar berwarna merah atau pink pada bagian cuping bunga, sementara tube berwarna putih.
Meskipun tampaknya mirip dengan Rhododendron macgregoriae, spesies baru ini dapat dibedakan dari perbedaan ukuran dan warna bunga. Sayangnya, spesies ini kini menghadapi ancaman serius terhadap kelestariannya.
Habitat alami Rhododendron mulyaniae yang terletak di daerah sekitar Fef, ibu kota Kabupaten Tambrauw, kini dianggap terancam punah. Menurut penilaian International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini tergolong dalam kategori Critically Endangered atau terancam punah sangat tinggi.
Beberapa faktor yang menyebabkan ancaman ini antara lain ancaman kerusakan habitat akibat kebakaran, potensi eksploitasi tanaman hias, serta perubahan fungsi kawasan yang semakin dekat dengan pemukiman dan pembangunan infrastruktur.
Terlebih lagi, kawasan tempat hidup Rhododendron mulyaniae merupakan tanah adat yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Dulu, kawasan ini dijaga dengan sangat ketat oleh para tetua adat, yang mewajibkan setiap orang yang masuk untuk melalui ritual pembersihan tertentu.
Dengan status konservasi yang kritis ini, perlindungan habitat Rhododendron mulyaniae memerlukan kolaborasi erat antara masyarakat adat, pemerintah daerah, dan pihak-pihak terkait.
Salah satu langkah pelestarian yang sangat mendesak adalah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan konservasi yang dilindungi oleh peraturan daerah. Penetapan ini tidak hanya akan menjaga kelestarian Rhododendron mulyaniae, tetapi juga mengakui hak masyarakat lokal untuk menjaga nilai-nilai budaya yang telah berlangsung turun temurun.
Kolaborasi antara semua pihak, diharapkan keberadaan Rhododendron mulyaniae dan keanekaragaman hayati Papua lainnya dapat terus terjaga untuk generasi mendatang.
Menjaga kekayaan alam Papua bukan hanya tanggung jawab ilmuwan dan pemerintah, tetapi juga masyarakat lokal yang menjadi penjaga warisan alam ini. Keberhasilan dalam upaya pelestarian ini akan menjadi contoh nyata bahwa pelestarian lingkungan dan budaya dapat berjalan beriringan demi masa depan yang lebih baik.
Yasper Michael Mambrasar, Tutie Djarwaningsih, Prima W. K. Hutabarat
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
(pal/pal)