Sekitar 5,5 juta tahun yang lalu, Laut Mediterania mengalami penguapan besar-besaran yang menyebabkan hampir tiga perempat wilayahnya menghilang. Peristiwa ini dikenal sebagai Krisis Salinitas Messinian (MSC) yang menyebabkan peningkatan drastis kadar garam atau salinitas di lautan.
Laut Mediterania adalah laut yang terletak di antara tiga benua, yakni Eropa, Afrika, dan Asia. Laut ini terhubung dengan Samudra Atlantik melalui Selat Gibraltar.
Baru-baru ini, penelitian yang dipimpin oleh ilmuwan sistem Bumi Giovanni Aloisi dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis (CNRS), G. Aloisi mengungkap penyebab dan fase dari terjadinya MSC. Apa itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, simak penjelasan ahli berikut ini.
Peristiwa Krisis Salinitas Messinian
Studi berjudul "Chlorine Isotopes Constrain a Major Drawdown of The Mediterranean Sea During The Messinian Salinity Crisis," yang diterbitkan dalam Nature Communications pada November 2024 oleh G. Aloisi dan kawan-kawan, menunjukkan bahwa MSC sebenarnya terjadi dalam dua fase yang berbeda.
Dalam studi ini, Aloisi dan timnya menganalisis isotop klorin dalam endapan garam di dasar Laut Mediterania untuk membuat model serta simulasi numerik yang merekonstruksi peristiwa MSC.
Aloisi menjelaskan bahwa fase pertama peristiwa ini berlangsung sekitar 35.000 tahun, ketika pasokan air dari Samudra Atlantik ke Mediterania berkurang drastis. Pengurangan ini menyebabkan pengendapan garam dan peningkatan penguapan air laut secara signifikan.
"Karena air laut tidak diperbarui dengan air tawar, pembatasan itu mempercepat pengendapan garam, dan penguapan air di Mediterania," terang Aloisi dikutip dari Science Alert.
Sementara itu, pada fase kedua yang terjadi selama 10.000 tahun berikutnya, Laut Mediterania menjadi sepenuhnya terisolasi tanpa suplai air baru dari Atlantik. Hal ini kian mempercepat proses penguapan hingga menyebabkan Laut Mediterania menyusut secara drastis.
Penyusutan Laut Mediterania
Penelitian ini mengungkap bahwa pada fase kedua, Laut Mediterania menyusut hingga kedalaman 2,1 kilometer. Penyusutan ekstrem ini bahkan memisahkan laut menjadi dua bagian, menciptakan jembatan darat yang menghubungkan Afrika dan Eropa.
Kendati demikian, para ilmuwan belum berhasil mengungkap alasan mengapa Laut Mediterania menjadi terisolasi pada fase kedua.
"Depresi Mediterania akibat penurunan air saat MSC, yang setara dengan hilangnya 69 persen volume air, dapat memengaruhi iklim global dan mengubah pola curah hujan, menurut data proksi presipitasi," kata Aloisi.
Lebih lanjut, Alosi menerangkan bahwa selat Gibraltar kini jauh lebih lebar dan lebih dalam daripada saat terjadi fase pertama MSC.
"Jika tidak ada koneksi ke Samudra Atlantik, diperkirakan permukaan laut Mediterania saat ini akan turun sekitar setengah meter (hampir 20 inci) setiap tahun," ujarnya.
"Hasil penelitian kami memiliki implikasi yang lebih luas bagi evolusi biologi, geologi, dan iklim di wilayah Mediterania, dan seterusnya," tambahnya.
(nwy/nwy)