Ini Sebab Terbentuknya Garam Raksasa di Laut Mediterania

ADVERTISEMENT

Ini Sebab Terbentuknya Garam Raksasa di Laut Mediterania

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Jumat, 06 Sep 2024 20:30 WIB
The world?s largest aircraft carrier USS Gerald R. Ford steams alongside USNS Laramie (T-AO-203) during a fueling-at-sea in the eastern Mediterranean Sea, as a scheduled deployment in the U.S Naval Forces Europe area of operations, deployed by U.S. Sixth Fleet to defend U.S, allied, and partners interests, in this photo taken on October, 11, 2023 and released by U.S. Navy on October 14, 2023. U.S Naval Forces Central Command / U.S. 6th Fleet / Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS PICTURE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY
Laut Mediterania/Foto: VIA REUTERS/U.S. NAVAL FORCES CENTRAL COMMAN
Jakarta -

Laut Mediterania mengalami krisis ekologi sekitar 5,5 juta tahun lalu. Melalui studinya, para ilmuwan menemukan jalan pintas pemulihan secara biotik laut ini, bagaimana caranya?


Dipimpin oleh Konstantina Agiadi dari University of Vienna, sebuah tim peneliti internasional telah mengukur bagaimana biota laut terdampak oleh salinitas Laut Mediterania.


Terungkap hanya 11% spesies endemik yang selamat dari krisis ekologi dan keanekaragaman hayati tidak pulih setidaknya selama 1,7 juta tahun berikutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Bagaimana krisis salinitas menyebabkan pembentukan lapisan garam raksasa di Mediterania?


Mediterania merupakan tempat keanekaragaman hayati yang penting, sehingga sangat mungkin terjadi pembentukan garam raksasa yang berdampak besar bagi laut tersebut.

ADVERTISEMENT


"Penelitian kami menganalisis statistik pertama dari krisis ekologi yang begitu besar," ujar Konstantina Agiadi asal Departemen Geologi.


Penelitian ini juga yang pertama kalinya mengukur rentang waktu pemulihan setelah krisis lingkungan laut, yang sebenarnya jauh lebih lama dari perkiraan.


Untuk penelitian ini, tim menggunakan metode yang menyediakan model yang mampu menghubungkan lempeng tektonik, kelahiran dan kematian lautan, garam, serta kehidupan laut yang diterapkan di wilayah lain di dunia.


Dilansir dari Phys.org, tim peneliti internasional telah menemukan fosil yang berasal dari 12-3,6 juta tahun di daratan di negara-negara peri-Mediterania dan di inti sedimen laut dalam.


Terdapat 67% spesies laut di Laut Mediterania setelah krisis. Hanya 86 dari 779 spesies endemik selamat dari krisis ekologi setelah pemisahan dari Atlantik.


Setelah kembali terhubung dengan Atlantik dan masuknya spesies baru seperti hiu putih besar dan lumba-lumba samudra, pola keanekaragaman hayati laut Mediterania berubah, dengan jumlah spesies yang berkurang dari barat ke timur, seperti yang kita lihat saat ini.


Sebab dan Akibat Garam yang Menumpuk di Mediterania


Sepanjang sejarah bumi, pergerakan litosfer telah terjadi berulang kali hingga menyebabkan terisolasinya laut regional dari samudra dunia dan akumulasi garam dalam jumlah besar.


Para ahli geologi menemukan adanya garam raksasa berukuran ribuan kilometer kubik di Eropa, Australia, Siberia, Timur Tengah, dan tempat lainnya.


Di Laut Mediterania, garam raksasa ini ditemukan pada awal tahun 1970-an. Raksasa tersebut merupakan lapisan garam setebal satu kilometer di bawah Laut Mediterania.


Lapisan yang menumpuk tersebut diduga terbentuk sekitar 5,5 juta tahun lalu akibat terputusnya hubungan Atlantik selama Krisis Salinitas Messinian.


Salinitas adalah peningkatan konsentrasi garam dalam tanah yang disebabkan oleh garam terlarut dalam pasokan air.


Perubahan yang memicu pembentukan garam raksasa, menyebabkan fluktuasi mendadak dalam salinitas dan suhu.


Selain itu, perubahan ini juga mengubah jalur migrasi organisme laut, memengaruhi aliran larva dan plankton, serta mengganggu proses utama ekosistem.


Perubahan ini menyebabkan sebagian besar penghuni Mediterania saat itu, termasuk karang pembentuk terumbu tropis, punah.


Garam raksasa yang ditemukan ini menjadi sumber daya alam yang berharga dan telah dieksploitasi sejak zaman dahulu hingga sekarang di berbagai tambang di seluruh dunia, seperti tambang garam Khewra di Pakistan dan tambang Hallstatt di Australia.


Timbul Pertanyaan Baru Setelah Penelitian


Penulis senior penelitian ini, Daniel Garcia-Castellanos dari Geosciences Barcelona (CSIC) mengungkapkan bahwa hasil penelitian dapat menciptakan ragam pertanyaan menarik.


"Bagaimana dan di mana 11% spesies yang bertahan hidup dari salinitas Mediterania? Bagaimana formasi garam sebelumnya yang lebih besar dapat mengubah ekosistem dan sistem bumi?" kata Garcia-Castellanos menjabarkan pertanyaan baru.




(nwy/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads