Kisah Ibu Sud: Seorang Pemusik Pencipta Lagu Tanah Airku yang Pernah Jadi Guru

ADVERTISEMENT

Kisah Ibu Sud: Seorang Pemusik Pencipta Lagu Tanah Airku yang Pernah Jadi Guru

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 30 Nov 2024 20:00 WIB
Ibu Sud
Kisah ibu Sud, guru dan pemusik pencipta lagu Tanah Airku. Foto: Istimewa
Jakarta -

Nama Ibu Sud memang tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Meski sudah tiada, karya musiknya terus berkumandang hingga saat ini.

Sebut saja lagu Tanah Airku yang selalu dinyanyikan dalam setiap partai kandang Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia. Setelah pertandingan selesai, apapun hasilnya para pemain dan suporter akan memeriahkan Gelora Bung Karno (GBK) dengan lagu Tanah Airku.

Selain lagu Tanah Airku, Ibu Sud juga terkenal dengan lagu anak-anak lo. Seperti Naik Delman, Tik Tik Tik Bunyi Hujan, hingga Menanam Jagung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walaupun sepanjang hidupnya terkenal sebagai tokoh seni, komponis, dan pemusik yang menulis berbagai lagu Nasional Indonesia, Ibu Sud ternyata juga pernah menjadi seorang guru. Berikut kisahnya dikutip dari arsip detikEdu, Sabtu (30/11/2024).

Masa Kecil Ibu Sud

Sosok yang memiliki nama asli Saridjah Niung ini merupakan dara kelahiran Sukabumi, 26 Maret 1908 silam. Orang tuanya dikenal sebagai pengusaha yakni H Muhammad Niung dan Saini.

ADVERTISEMENT

Sebagai pengusaha, keduanya sering bergaul dengan bangsa asing kala itu, termasuk pensiunan jaksa tinggi di Jakarta bernama JF Kramer. Diketahui Kramer adalah seorang Indo-Belanda.

Darah Indonesia Kramer berasal dari sang ibu yang merupakan keturunan Jawa Ningrat. Kramer dan keluarga H Muhammad Niung berkerabat dekat. Termasuk dengan Saridjah.

Hingga akhirnya, Kramer mengangkat Saridjah sebagai anak agar ia bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Dari ayah angkatnya inilah, kemampuan musik Saridjah timbul.

Ia sering belajar musik dari Kramer dan semakin diasah ketika menempuh studi di Hoogere Kweekschool (HKS), Bandung.

Karier Ibu Sud: Guru-Pemusik

Setelah tamat sekolah dari HKS, Saridjah tidak langsung menjadi seorang musisi ataupun pencipta lagu. Ia mengawali kariernya menjadi seorang guru di Hollandsch-Inlandsche School (HIS).

Kehadirannya di HIS tak lepas dari dukungan dan bantuan ayah angkatnya, Kramer. Mulanya, ia ditempatkan di HIS Jaga Monyet. Lalu dipindahkan ke HIS Kartini yang murid-muridnya khusus perempuan.

Pada tahun 1925, ia menemukan tambatan hati dan resmi menikah dengan seorang bagsawan Jawa bernama Bintang Sudibyo. Keduanya menikah pada November 1925.

Setelah resmi menjadi istri Sudibyo, nama panggilannya berubah menjadi "Ibu Sud". Panggilan ini berasal dari penggalan nama sang suami yakni Sud-ibyo.

Menjalani perannya sebagai seorang istri dan guru, Ibu Sud tidak pernah meninggalkan minatnya pada dunia musik. Diketahui ia berhasil menghasilkan karya hingga lebih dari 400 lagi.

Beberapa lagunya yang populer adalah Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, Desaku, Kupu-kupu yang Lucu, Naik Delman, Naik-naik ke Puncak Gunung, hingga Nenek Moyangku.

Ketika mengajar di HIS, ia memiliki kegelisahan tentang tidak adanya lagu tentang Tanah Air untuk anak-anak. Saridjah hanya melihat anak-anak muridnya selalu menyanyi lagu-lagu Belanda.

Berangkat dari sana, ia memiliki tekad kuat untuk menciptakan lagu tentang Tanah Air. Hingga akhirnya di tahun 1927, lagu "Tanah Airku" berhasil diciptakan.

Lagu ini terinspirasi dari pahlawan yang menimba ilmu di luar negeri. Hal ini tergambar pada lirik:

Tanah Airku tidak ku lupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu

Tanahku yang kucintai
Engkau ku hargai

Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku rasa senang

Tanahku tak kulupakan
Engkau ku banggakan

Kecintaannya pada musik juga disalurkannya dengan menjadi pengasuh siaran anak-anak pada tahun 1927-1962.

Ikut Pergerakan Nasional

Aktivitas Ibu Sud tidak hanya menonjol sebagai guru dan pemusik. Ia juga berperan aktif dalam pergerakan nasional menjelang kemerdekaan Indonesia.

Pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Ibu Sud diketahui ikut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama WR Supratman. Lagu kebangsaan ini kala itu pertama kali dikumandangkan WR Supratman.

Di tahun 1945, rumah Saridjah yang berada di Jalan Maluku No 36 Jakarta ikut menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Namun, saat pengepungan tetangganya yang seorang Belanda melindunginya.

Ia meyakinkan pasukan Belanda bila Ibu Sud hanyalah pencipta lagu dan suaminya seorang pedagang. Alibi ini membuat keduanya selamat hingga akhirnya Indonesia merdeka.

Pasca kemerdekaan, Ibu Sud tak berhenti untuk berkarya. Ia menulis menulis beberapa naskah sandiwara dan mementaskan seperti Operette Balet Kanak-kanak Sumi, di Gedung Kesenian Jakarta, pada 1955.

Dia bekerja sama dengan Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.

Dalam buku Sarijah Bintang Sudibyo karya S Sumardi, jasa-jasa Ibu Sud sangat dihormati pemerintah. Ia pernah menerima Hadiah Seni di Bidang Karawitan dan Musik yang diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 17 Agustus 1969.

Kala itu ia baru merasakan bahwa karya nya sangat dihargai oleh bangsa Indonesia. Hadiah ini berbentuk sebuah piagam yang menyatakan Ibu Sud sebagai "Perintis Dalam Penciptaan Lagu Kanak-Kanak Indonesia".

Tak berhenti di situ, pada 6 Juni 1983 Ibu Sud juga menerima Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden RI. Penyematan Satya Lencana Kebudayaan diiringi lagu "Tanah Airku" yang dinyanyikan oleh 100 orang anak.

Ia merasa puas dalam menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan. Menurutnya penghargaan ini menjadi yang tertinggi bagi seorang pengabdi di bidang seni dan budaya terhadap tanah air dan bangsanya.

Ibu Sud diketahui meninggal dunia pada 26 Mei 1993 pada usia 85 tahun. Meskipun telah tiada, karyanya tetap terkenang di setiap hati anak bangsa.




(det/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads