Jenderal Mallaby adalah salah satu tokoh dalam sejarah Indonesia. Ia merupakan tokoh yang dikaitkan di balik peristiwa Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Pria berkebangsaan Inggris itu berakhir tragis dalam pertempuran sengit dengan pejuang kemerdekaan Indonesia. Kematiannya menjadi salah satu titik balik yang memperburuk hubungan antara Indonesia dan pasukan Sekutu.
Profil
Dilansir Brighton College Remembers, Aubertin Walter Sothern Mallaby (AWS Mallaby) adalah pria asal Inggris yang lahir pada 12 Desember 1899.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mallaby merupakan putra dari William Mallaby, seorang aktor dan penjudi, dan sang Ibu bernama Katharine (nΓ©e Miller).
Mallaby menikah dengan Margaret Jones (Mollie). Ia memiliki tiga orang anak, yakni Christopher (lalu menjadi Sir Christopher, yang menjabat sebagai duta besar untuk Prancis dan Jerman), Antony, dan Susan.
Awal Karier Militer
Pada tahun 1917, Mallaby bergabung dengan Angkatan Darat India. Kemudian, di tahun 1943 ia berhasil menjabat sebagai Pelaksana Tugas Mayor Jenderal dan Direktur Operasi Militer di Markas Besar Umum India.
Mengutip Ensiklopedia Kemdikbud, di masa mudanya, Jenderal Mallaby pernah bersekolah di Army Cadet College, India. Di sana, dirinya ditugaskan sebagai letnan dua.
Setelah itu, Mallaby menjalani masa kuliah di Camberley Staff College. Setelah beberapa waktu,dirinya telah familiar bekerja, baik di Inggris ataupun di India.
Misi Jenderal Mallaby Datang ke Surabaya
Pada tanggal 25 Oktober 1945, kapal pasukan Brigade 49 yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mallaby tiba di Tanjung Perak, pelabuhan Surabaya di Jawa Timur.
Brigade 49 adalah bagian dari Divisi India ke-23 (di bawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn). Kapal itu membawa sekitar 4.500 orang bersenjata ringan.
Mereka diberi tugas dari panglima Allied forces for Netherlands East Indies (AFNEI) untuk melucuti prajurit Jepang dan menyelamatkan para tawanan Sekutu. Misi utama Jenderal Mallaby yaitu untuk menyelamatkan 16.000 tawanan perang Belanda di Surabaya.
Tugas memimpin brigade ke 49, membuat pangkat Mallaby disesuaikan menjadi brigadir.
Pada 26 Oktober 1945, Mallaby melakukan negosiasi dengan Komandan BKR drg. Mustopo dan R.M. Suryo. Mulanya, semua berjalan baik.
Mengutip buku Sejarah Indonesia Kelas XI oleh Sardiman AM dan Amurwani Dwi Lestariningsih, pada tanggal 27 Oktober ternyata pihak Inggris ingkar janji. Tanpa sepengetahuan Jenderal Mallaby, Mayor Jenderal D.C. Hawthorn memerintahkan Angkatan Udara Inggris agar menyebarkan ribuan pamflet ultimatum yang diproduksi oleh Markas Besar Divisi Inggris dijatuhkan oleh pesawat di atas Surabaya.
Tindakan tersebut secara efektif menyatakan darurat militer. Setelah membacanya, Mallaby tampaknya terdiam. Kemudian, perintah barunya adalah untuk merebut kota Surabaya dengan paksa dan memberlakukan darurat militer.
Ini tentu menimbulkan kegemparan (Hindia Belanda telah direbut kembali dari Jepang, namun rakyat Surabaya menginginkan kemerdekaan). Akhirnya, pertempuran pun terjadi dan sengit antara kaum Nasionalis dan Brigade India ke-49.
Kronologi Tewasnya Jenderal Mallaby
Pimpinan militer Inggris di Jakarta, Mayor Jendral Howtorn, melakukan perundingan dengan Soekarno untuk meredakan peperangan. Kemudian, dibentuklah biro khusus yang ditugaskan untuk menengahi konflik.
Salah satu caranya yaitu dengan pawai mobil menuju ke Gedung Internatio yang berisi tentara Inggris, termasuk Mallaby. Pada 30 Oktober 1945, kala itu, Gedung Internatio tengah dikepung oleh Arek-arek Surabaya yang menuntut agar gedung itu dikosongkan. Arek-arek Suroboyo menuntut Mallaby dan tentara Inggris untuk menyerah.
Brigadir Mallaby sendiri tetap berada di mobil saat perundingan berlangsung. Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan dari dalam Gedung Internatio. Tembakan tersebut disinyalir dilakukan oleh pasukan Inggris yang setelahnya menimbulkan kericuhan.
Inggris menolak permintaan penyerahan senjata oleh kerumunan arak-arek Surabaya di luar gedung.
Sekitar pukul 20.30, rombongan Mallaby yang berada di tempat perhentian trem listrik yang lokasinya beberapa belas meter sebelah utara Jembatan itu meledak. Mobil yang ditumpanginya meledak, dan Mallaby ditemukan tewas.
![]() |
Berbagai sumber juga menyebut, kalau Mayor Venugopal menyerukan untuk melakukan penembakan dan pelemparan granat di kerumunan di depan gedung. Tujuannya, agar Mallaby bisa melarikan diri dari kerumunan massa. Mallaby yang diharapkan bisa keluar dari kerumunan, justru terbunuh.
Ada beberapa teori tentang sebab tewasnya Mallaby, ada yang menyebut Jenderal Mallaby tewas ditembak oleh seorang pemuda Indonesia, dibakar di dalam mobil, terkena ledakan di mobil karena terkena lemparan granat meleset dari tentara Inggris.
![]() |
Jenderal Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945 di usia 45 tahun. Jenderal Mallaby tewas karena kerusuhan yang terjadi di Gedung Internatio, Surabaya dekat Jembatan Merah.
Tewasnya Jenderal Mallaby membuat pihak Sekutu marah. Kemudian, mereka mengeluarkan ultimatum pada 9 November 1945 untuk meminta Indonesia menyerah pada esok harinya.
Ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh rakyat Indonesia. Hal tersebutlah yang menjadi penyebab pertempuran hebat pada 10 November 1945 atau dikenal dengan Pertempuran Surabaya yang berlangsung selama 3 Minggu.
Makam Jenderal Mallaby
Jenderal Mallaby dimakamkan di Pemakaman Militer Persemakmuran di Jakarta. Tepatnya di Ereveld, kompleks pemakaman yang dikhususkan bagi perwira militer Belanda, yang tewas selama perang Kemerdekaan Indonesia.
Saat ini, Ereveld Menteng Pulo dikelola oleh Yayasan Pemakaman Perang Belanda atau Oorlogsgravenstichting (OGS), yakni organisasi yang mengelola seluruh kuburan perang Belanda di dunia.
(khq/fds)