Polusi Udara Jakarta Tetap Tinggi Padahal Hujan, Begini Sebabnya

ADVERTISEMENT

Polusi Udara Jakarta Tetap Tinggi Padahal Hujan, Begini Sebabnya

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 22 Nov 2024 18:30 WIB
Warga berjalan menggunakan payung saat hujan mengguyur kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (11/11/2024).
Hujan di Jakarta. Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Polusi udara di Jakarta tidak jarang mendapat cap mengkhawatirkan. Bahkan di tengah musim hujan sekarang ini, Jakarta kembali mencapai tingkat PM2.5 yang tinggi pekan ini.

Particulate matter atau PM2.5 adalah partikel udara berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 mikrometer.

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), konsentrasi PM2.5 di Kemayoran periode 1-18 November 2024 mengindikasikan kualitas udara yang dominan berada dalam kategori sedang hingga tidak sehat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puncak konsentrasi tertinggi terjadi pada 17 November 2024 pukul 08.00 sebesar 152,7 Β΅g/m3 yang artinya sangat tidak sehat.

BMKG juga mencatat rata-rata konsentrasi PM2.5 harian 60,9 Β΅g/m3, kategori tidak sehat.

ADVERTISEMENT

Menurut BMKG, seperti dikutip dari unggahan Instagram resmi, konsentrasi PM2.5 cenderung lebih tinggi pada malam hari sampai jelang pagi dikarenakan malam hari udara lebih rapat. Saat malam hari, massa udara turun dan membawa serta polutan.

Kemudian, selepas pagi hari, tingginya aktivitas masyarakat menyebabkan konsentrasi PM2.5 tetap tinggi hingga perlahan turun jelang sore hari.

Sore hari, kondisi atmosfer telah hangat, polutan lebih terangkat ke atas.

Polusi Jakarta Tetap Tinggi, meski Hujan

Hujan berperan penting mengurangi polusi udara di Jakarta dengan adanya proses yang dinamakan rain washing (pencucian udara).

Pencucian udara adalah proses ketika air hujan yang turun ikut menangkap dan melarutkan partikel polutan. Hal ini dikenal sebagai proses wet deposition, yakni partikel seperti debu dan PM2.5/PM10 diendapkan ke permukaan tanah.

Meskipun begitu, jika hujan cukup rendah atau tidak merata, efek hujan dalam membersihkan polusi tidaklah signifikan.

Curah hujan dapat menurunkan konsentrasi PM10 dengan korelasi -0,501. Namun, jika hanya mengandalkan curah hujan, dibutuhkan 271 mm curah hujan untuk betul-betul membersihkan polutan di Jakarta.

Pada 16-17 November 2024, BMKG mencatat labilitas udara di Jakarta cenderung stabil-lemah pada dini hingga pagi hari. Ada waktu-waktu udara lebih stabil, sehingga sulit bergerak ke lapisan lebih tinggi.

Hal itu dapat membuat partikel polusi terperangkap di lapisan bawah, bahkan setelah hujan turun.

Sementara, berdasarkan pengamatan di Stasiun Meteorologi Kemayoran, hujan turun pada 3, 4, 6, 12, 13, dan 16 November 2024. Kendati begitu, hujan yang turun lebih dari 10 mm hanya terjadi pada 3, 4, dan 6 November 2024.

Pada tanggal tersebut kategori PM per jam didominasi kategori sedang.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads