Pilu Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim

Kabar Internasional

Pilu Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim

Ahmad Masaul Khoiri - detikJabar
Sabtu, 21 Des 2024 21:00 WIB
Beruang kutub di Churchill, Teluk Hudson, Kanada
Beruang kutub di Churchill, Teluk Hudson, Kanada. Foto: BBC
Bandung -

Churchill, sebuah kota kecil di Kanada yang dikenal sebagai ibu kota beruang kutub dunia, menghadapi tantangan serius akibat perubahan iklim. Perubahan suhu global memaksa beruang kutub untuk menghabiskan lebih banyak waktu di darat, seringkali berdekatan dengan permukiman manusia.

"Bolehkah saya memberi Anda beberapa nasihat tentang beruang kutub?" tanya Tee, seorang anak berusia 13 tahun dengan percaya diri, saat kami mengunjungi sebuah sekolah menengah di Churchill, seperti dikutip dari detikTravel, belum lama ini.

"Jika ada beruang sedekat ini dengan Anda, kepalkan tangan Anda dan pukul hidungnya," katanya, sambil mengukur jarak sekitar 30 cm dengan tangannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beruang kutub memiliki hidung yang sangat sensitif. Beruang itu akan lari menjauh," ujar Tee. Meski belum pernah menguji nasihat ini, tumbuh besar di Churchill berarti menjadikan keselamatan dari beruang sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Di seluruh kota, tanda-tanda di toko-toko dan kafe memperingatkan warga dan pengunjung untuk "waspada terhadap beruang kutub." Bacaan favorit Tee adalah bahwa jika beruang kutub menyerang, melawan adalah pilihan terbaik. Melarikan diri, meskipun naluriah, justru berbahaya karena naluri beruang adalah mengejar mangsa. Dengan kecepatan lari mencapai 40 km/jam, beruang kutub dapat dengan mudah menyusul manusia. Oleh karena itu, saran utama adalah selalu waspada terhadap lingkungan sekitar dan menghindari berjalan sendirian di malam hari.

ADVERTISEMENT

Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim

Churchill menjadi tempat berkumpul tahunan bagi beruang kutub yang terdampak oleh mencairnya Teluk Hudson. Ketika es mencair di musim panas, beruang-beruang ini dipaksa ke pantai. Saat musim gugur tiba, ratusan beruang berkumpul di sekitar kota untuk menunggu es kembali membeku.

"Kami memiliki sungai air tawar yang mengalir ke daerah ini dan air dingin dari Kutub Utara. Jadi, pembekuan terjadi di sini terlebih dahulu," kata Alyssa McCall dari Polar Bears International (PBI). Es laut, yang disebut Alyssa sebagai "piring makan malam besar" bagi beruang kutub, memberi akses ke makanan utama mereka, anjing laut. Namun, perubahan iklim telah mengurangi periode pembekuan es, mengancam ketersediaan makanan bagi beruang.

Alyssa menjelaskan bahwa populasi beruang kutub di daerah ini telah mengalami penurunan drastis. "Kami memiliki sekitar 1.200 beruang kutub pada 1980-an, tetapi sekarang jumlahnya hampir separuh," ungkapnya. Penyebab utama penurunan ini adalah jumlah hari tanpa es di Teluk Hudson yang semakin panjang. Tanpa es laut, beruang tidak dapat berburu anjing laut dan terpaksa bertahan hidup lebih lama di darat.

"Beruang di sini sekarang berada di darat sekitar satu bulan lebih lama daripada generasi sebelumnya," kata Alyssa. Kondisi ini menambah tekanan pada induk betina, yang membutuhkan lebih banyak makanan untuk mempertahankan kehamilan dan merawat anak-anak mereka.

Meski masa depan jangka panjang mereka terancam, beruang kutub tetap menjadi daya tarik utama bagi ilmuwan konservasi dan wisatawan. Setiap tahun, ribuan turis datang ke Churchill untuk mengamati beruang-beruang ini di habitat aslinya.

Tim dari PBI, bersama penulis, menjelajahi tundra sub-Arktik hanya beberapa kilometer dari kota menggunakan kereta tundra - kendaraan off-road dengan ban besar yang dirancang untuk medan sulit. Perjalanan ini tidak hanya memperlihatkan keindahan alam tetapi juga menjadi pengingat nyata akan dampak perubahan iklim terhadap salah satu predator darat terbesar di dunia.

Artikel ini telah tayang di detikTravel.

(msl/sud)


Hide Ads