Kucing hitam sering kali dikaitkan dengan "kesialan" dalam berbagai mitos yang berkembang di masyarakat. Merpati putih sering kali dilepaskan oleh pasangan pengantin sebagai simbol keberuntungan dalam tradisi. Lantas kenapa warna hitam-putih pada hewan dikaitkan dengan mitos?
Peneliti pascadoktoral di Washington University di St. Louis, Amerika Serikat, Elizabeth Carlen, mengatakan bahwa mitos dan takhayul yang melibatkan hewan sebenarnya tidak berdasar. Justru hal ini berpotensi merugikan hewan tersebut.
Misalnya, mitos kucing hitam membuat mereka memiliki tingkat adopsi rendah dan angka penelantaran tinggi akibat mitos ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Takhayul tentang kucing hitam dan hewan hitam lainnya pada umumnya telah membentuk preferensi masyarakat terhadap hewan. Hal ini berdampak pada hal-hal seperti tingkat adopsi kucing hitam yang lebih rendah dan keyakinan bahwa kucing hitam lebih agresif. Namun, bias-bias ini tidak berdasar," terang Carlen dalam Live Science, dikutip Senin (4/11/2024).
Persepsi Kepercayaan Masyarakat terhadap Warna pada Hewan
Sebagai dua ahli biologi yang berfokus pada interaksi manusia dan satwa liar, Carlen dan ilmuwan lain menganggap bahwa hal menakutkan adalah bagaimana takhayul, pengetahuan, dan mitos dapat membentuk alam bawah sadar kita. Dalam hal ini, khususnya bias terhadap hewan yang ingin dilestarikan dan dilindungi oleh manusia.
Menurutnya, munculnya hewan yang hitam pekat (seperti jenis kucing) atau hewan lain yang putih bersih, membuat manusia menganggap itu hal yang tidak biasa. Padahal ini hanya terkait pigmen warna yang umum yang bisa dijelaskan secara sains.
"Tentu saja, bulu, bulu, dan sisik hewan memiliki berbagai warna dalam spektrum yang terlihat dan tidak terlihat oleh manusia," papar Carlen.
Dalam kehidupan di alam liar, warna pada hewan memiliki peranan penting dalam keberlangsungan hidup mereka. Warna ini tidak hanya membantu hewan untuk bersembunyi dari predator, tetapi juga berfungsi untuk pengaturan suhu hingga komunikasi.
Warna pada spesies hewan dapat sangat bervariasi bergantung pada kombinasi pigmen alami. Namun, variasi warna serba putih atau hitam biasanya merupakan akibat dari kelainan pigmen yang disebabkan oleh mutasi genetik.
Kelainan ini dapat merugikan hewan di alam liar karena menyulitkan mereka untuk berbaur dengan habitatnya. Hewan dengan variasi ini, bahkan akan kesulitan untuk berbaur dengan sesamanya karena dianggap berbeda.
Berbagai spesies hewan albino atau serba putih saat ini dilindungi secara hukum di beberapa negara. Misalnya, rusa putih yang dilindungi di Minnesota, Illinois dan Wisconsin, serta buaya putih yang dilindungi di Louisiana.
Sementara perlakukan hukum ini tidak berlaku terhadap hewan berwarna hitam. Meskipun, terdapat beberapa kota dan sekolah yang menggunakan tupai hitam sebagai maskot, seperti di Marysville, Kansas, dan Goshen College. Namun, hewan serba hitam tetap diperlakukan secara berbeda dibandingkan dengan hewan serba putih.
Kenapa Warna yang Langka pada Hewan Dianggap Berbeda?
Menurut Carlen, awalnya ia menduga perbedaan perlakuan terhadap hewan serba putih dan hitam disebabkan oleh kelangkaannya. Namun, berdasarkan temuannya, ternyata mutasi genetik yang menyebabkan melanisme (warna serba hitam) terjadi lebih jarang daripada mutasi yang menyebabkan albinisme atau leukisme (warna serba putih).
Ini membuat warna hewan yang sangat hitam menjadi tampak jarang ditemukan, sedangkan warna hewan yang serba putih juga menyusul demikian.
Akhirnya, fenomena langka ini menjadi sebuah persepsi tersendiri di masyarakat. Bahkan perbedaan perlakukan ini sudah muncul sejak lama akibat dari adanya berbagai mitos dan takhayul di masyarakat. Mitos ini berkembang secara turun-temurun yang biasanya berisi nasihat maupun peringatan.
Misalnya tentang mitos kucing hitam yang dikaitkan dengan kesialan, kemungkinan muncul pada saat belum ditemukannya lampu seperti sekarang ini. Manusia zaman dahulu menganggap hewan serba hitam sebagai bahaya karena sulit untuk dilihat pada malam hari.
"Saat para leluhur kita duduk di sekitar api unggun, mereka mencari perlindungan dari kegelapan yang dinilai sebagai ancaman," kata Carlen.
Selain itu, warna hitam pada masa lalu sering kali diasosiasikan dengan sesuatu yang "jahat" dan "kotor", berbeda dengan warna putih yang diasosiasikan sebagai "baik" dan "suci".
Adanya respons manusia terhadap ancaman serta asosiasi warna hitam sebagai hal buruk kemudian memunculkan berbagai mitos tentang hewan hitam, salah satunya adalah anggapan bahwa kucing hitam membawa kesialan.
"Mitos yang merugikan maupun yang tidak, merasuki pikiran masyarakat, dan memengaruhi persepsi mereka mengenai realitas," tutur Carlen.
(faz/faz)