Masyarakat dari berbagai belahan dunia seperti Amerika Selatan, Afrika, eurasia, dan Asia Tenggara rupanya punya cara untuk berburu megafauna atau hewan-hewan yang jauh lebih besar daripada manusia. Peneliti mendapati, orang-orang zaman purba menggunakan semacam tombak atau senjata tongkat yang bagian ujungnya dipasangi benda tajam.
Senjata ini dapat digunakan untuk memburu megafauna dan melindungi diri selama periode Holosen Akhir. Di Amerika Utara, senjata ini disebut tombak Clovis.
Senjata Berburu Mammoth
Tombak Clovis mulai muncul sekitar 13.050 hingga 12.650 tahun yang lalu. Senjata ini digunakan orang purba Amerika Utara untuk berburu hewan besar seperti mammoth dan melawan predator besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Desain senjata yang digunakan oleh penduduk asli Amerika kuno merupakan inovasi yang hebat dalam strategi berburu. Teknologi ini dapat memberikan pengetahuan tentang teknik berburu dan bertahan hidup yang telah digunakan selama ribuan tahun," kata Dr. Scott Byram, peneliti dari Universitas California (UC) Berkeley, dikutip dari laman kampus.
Desain Senjata Purba
Hasil studi ini menjawab salah satu pertanyaan yang telah lama diperdebatkan di kalangan arkeolog, yaitu cara masyarakat Amerika Utara menggunakan mata tombak Clovis pada Zaman Es.
![]() |
Senjata ini diberi nama dari Kota Clovis, New Mexico, tempat artefak ini pertama kali ditemukan hampir seratus tahun yang lalu. Kepala tombak Clovis terbuat dari batu seperti chert, flint, atau jasper.
Ukurannya juga beragam, mulai dari sebesar ibu jari hingga sebesar iphone sekarang. Ada kesamaan ciri pada senjata ini, yaitu tepi yang bergerigi dan sangat tajam di kedua sisinya.
"Ujung Clovis seringkali menjadi satu-satunya bagian yang ditemukan dari sebuah tombak. Meskipun desain tulang di ujung senjata terkadang ditemukan, bagian kayu di dasar tombak dan bahan lain membuatnya berfungsi sebagai sistem yang lengkap seiring waktu," ujar Dr. Jun Sunseri dari UC Berkeley.
Kekuatan dan Ketahanan Senjata
Menurut para peneliti, orang Clovis pada 13.000 tahun perlu menciptakan alat yang kuat dan efektif untuk berburu. Namun, karena kekurangan batu yang cocok untuk dijadikan senjata, maka mereka harus menempuh hingga ratusan km untuk menemukan material yang tepat.
Keterbatasan sumber daya ini membuat mereka sangat menjaga senjata yang telah berhasil dibuat. Jika tidak, mereka tidak bisa mendapatkan hewan buruan.
Dr Byram mengatakan, wawasan di atas lazim diketahui orang yang menganalisis artefak militer dari logam. Sebab, artefak semacam itu dipakai untuk menjegal kuda saat perang.
"Namun sebelum itu, dan dalam konteks lain seperti perburuan babi hutan atau perburuan beruang, pengetahuan ini tidak begitu dikenal," ucapnya.
Uji Hipotesis Tombak
Untuk menguji hipotesis mengenai penggunaan tombak, para peneliti menciptakan platform pengujian untuk mengukur seberapa besar tekanan yang dapat ditahan oleh sistem tombak sebelum ujungnya patah atau batangnya retak.
![]() |
Para peneliti melakukan percobaan dalam versi sederhana dari replika tombak Clovis. Dari situ, mereka mengetahui bagaimana berbagai jenis tombak mencapai titik kerusakan.
"Energi yang dihasilkan oleh lengan manusia tidak ada bandingannya dengan energi yang dihasilkan oleh hewan penyerang. Tombak ini dirancang untuk melindungi penggunanya," ujar Dr. Sunseri.
Teknologi Clovis yang canggih pada masanya berkembang secara mandiri di Amerika Utara. Temuan ini membuktikan kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki oleh orang-orang pribumi dalam beradaptasi dengan lingkungan yang penuh dengan fauna mematikan.
(twu/twu)