Berburu hewan menjadi salah satu cara bertahan bagi manusia purba untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Namun, bagaimana manusia purba menghadapi hewan raksasa seperti mamut?
Pertanyaan ini terjawab dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada 21 Agustus di PLOS One. Ilmuwan telah melakukan penelitian puluhan tahun terhadap ujung senjata kuno yang disebut sebagai titik 'Clovis'.
Ujung senjata kuno yang dianalisis tersebut telah berusia sekitar 13.000 tahun dan pertama ditemukan hampir seratus tahun lalu di wilayah New Mexico. Sejak penemuan itu, arkeolog terus menemukan ribuan batu pipih di seluruh Amerika Utara yang diduga merupakan ujung sebuah senjata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilmuwan Ungkap Cara Manusia Purba Amerika Membunuh Mamut
Studi mengungkapkan bahwa ciri paling khas dari titik Clovis yang dianalisis ilmuwan adalah lekukan bergalur di dasar kedua sisinya yang berfungsi sebagai peredam kejut. Berawal dari penemuan ini, ilmuwan bisa menduga bagaimana senjata ini digunakan oleh manusia purba dulu.
Sebelumnya, mungkin diduga bahwa manusia purba berburu dengan cara melemparkan tombak untuk membunuh mamut. Namun, arkeolog memiliki teori lain.
Berdasarkan analisis, arkeolog menduga bahwa para pemburu cenderung menggunakan senjata mereka seperti tombak, dengan cara menusuk binatang saat menyerang. Ujung tombaknya disangga pada suatu sudut, sehingga menimbulkan luka yang jauh lebih dalam pada hewan, dibandingkan lemparan tombak.
Studi menunjukkan bahwa manusia purba disebut bisa merancang tombak khusus. Salah satunya tombak yang dibikin bisa terbelah menjadi dua saat terkena tulang. Menurut peneliti, cara ini bisa memperlebar luka bagian dalam dan menyebabkan cedera yang mematikan.
"Desain kuno penduduk asli Amerika ini merupakan inovasi luar biasa dalam strategi berburu," ungkap Scott Byram, penulis utama studi dari Fasilitas Penelitian Arkeologi Universitas California Berkeley, dikutip dari Live Science.
Peneliti Merekonstruksi Senjata Kuno
Beberapa peneliti meyakini bahwa para pemburu memasang ujung-ujungnya pada batang kayu untuk membuat senjata. Di sisi lain, ahli ada yang menuturkan bahwa ujung tombak seperti Clovis digunakan juga sebagai pisau untuk memotong daging dari bangkai hewan.
Untuk menguji seberapa kuat tombak yang digunakan manusia purba Amerika, para peneliti merekonstruksi senjata kuno menggunakan replika titik Clovis, batang pinus panjang, dan cetakan resin dari batang tulang asli.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa senjata tersebut bisa menahan kekuatan yang setara dan lebih tinggi dari mamut. Ini mengindikasikan bahwa teori ujung tombak bisa menembus kulit dan merobek bagian dalam, bisa diterima.
Bahkan analisis rekonstruksi senjata kuno menunjukkan ujung Clovis yang terbelah menjadi dua setelah menusuk mamut sampai ke tulang, bisa memperlebar luka hewan tersebut menjadi lebih parah. Kondisi ini mirip dengan efek yang dihasilkan dari lubang peluru zaman modern.
Rekan penulis dan seorang profesor antropologi di UC Berkeley, Jun Sunseri, menduga bahwa manusia purba Amerika bisa memanfaatkan momentum serangan hewan untuk kemudian menusuknya dengan tombak. Uniknya, senjata tombak tersebut juga telah dirancang agar penggunanya tetap aman.
"Tombak-tombak ini dirancang untuk melakukan apa yang mereka lakukan untuk melindungi penggunanya," pungkasnya.
(faz/faz)