Misteri Penemuan Sarkofagus Timah di Bawah Gereja, Arkeolog Ungkap Pemiliknya

ADVERTISEMENT

Misteri Penemuan Sarkofagus Timah di Bawah Gereja, Arkeolog Ungkap Pemiliknya

Muhammad Alfathir - detikEdu
Minggu, 13 Okt 2024 07:00 WIB
Sarkofagus berbahan timah yang ditemukan pada 2022, diduga milik penyair abad ke-16
Foto: Denis Gliksman / INRAP via Smithsonian Magazine/Sarkofagus berbahan timah yang ditemukan pada 2022, diduga milik penyair abad ke-16
Jakarta -

Penemuan sarkofagus berbahan timah di bawah Katedral Notre-Dame di Prancis pada 2022 telah mengungkap fakta baru. Sebelumnya, tim arkeolog mengidentifikasi bahwa peti mati tersebut milik Antoine de la Porte, seorang pendeta tinggi yang meninggal pada 1710. Namun, ternyata fakta baru ungkap pemilik lain.

Sejak ditemukan tahun 2022, para arkeolog mencoba meneliti tentang peti mati yang terbuat dari timah tersebut. Mereka penasaran, sebab bahan timah yang digunakan adalah bahan yang sama dengan peti yang digunakan oleh Ratu Elizabeth II.

Kemudian, lokasi peti yang dikubur di bahwa gereja Notre-Dame juga menunjukkan status sosial tinggi dari pemiliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilik Peti Mati Berbahan Timah di Bawah Notre-Dame

Awalnya, pada Desember 2022, setelah dilakukan serangkaian penelitian, arkeolog mengungkapkan bahwa Antoine de la Porte adalah pemilik peti, yang meninggal pada usia 83 tahun.

Namun, dugaan lain siapa pemilik peti timah tersebut muncul. Ada petunjuk tentang isi peti yakni kelainan bentuk tulang yang menunjukkan bahwa orang tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkuda.

ADVERTISEMENT

Berawal dari petunjuk ini, arkeolog mengidentifikasi seorang pria berusia 30-an yang pada abad 15-16 dikenal sebagai penunggang kuda.

Hasilnya, setelah melakukan serangkaian penelitian selama dua tahun, arkeolog mengungkapkan bahwa peti mati timah tersebut milik Joachim du Bellay, seorang penyair terkemuka Renaisans Prancis yang meninggal pada tahun 1560.

Dugaan ini berasal dari petunjuk yang didapatkan peneliti dan mengarah pada du Bellay sebagai penunggang kuda. Dalam hal ini, ada bukti bahwa kemampuan penyair tersebut terdokumentasi dengan baik.

"Ia pernah 'berkuda dari Paris ke Roma', yang bukan merupakan prestasi yang berarti jika Anda menderita tuberkulosis seperti yang ia alami," kata Eric CrubΓ©zy, antropolog biologi di Universitas Toulouse III di Prancis, yang dikutip dari Smithsonian Magazine.

"Bahkan, dia hampir mati karenanya," imbuhnya.

Diketahui bahwa, Joachim du Bellay memiliki riwayat kesehatan yang buruk semasa hidupnya. Hal ini sejalan dengan penemuan tanda-tanda meningitis kronis yang disebabkan oleh tuberkulosis tulang pada kerangka dalam peti tersebut.

Bukti Pendukung bahwa Peti Mati Timah Milik Penyair du Bellay

Menurut Cécile Jaurès dari La Croix International, kecocokan du Bellay dengan kerangka yang ditemukan di Notre-Dame, juga terlihat dari puisinya berjudul "The Complaint of the Despairing".

Dalam puisi tersebut, de Bellay menceritakan mengenai badai yang mengaburkan pikirannya, serta bagaimana keluarganya adalah bagian dari istana kerajaan dan memiliki kedekatan dengan Paus.

Puisi ini juga didukung dengan catatan resmi yang menuliskan bahwa de Bellay adalah keponakan dari seorang Kardinal Prancis bernama Jean du Bellay.

Institut Penelitian Arkeologi Preventif Nasional Prancis (INRAP), menduga bahwa jenazah dari Joachim du Bellay seharusnya dimakamkan tepat di samping makam pamannya, yakni di kapel Saint-CrΓ©pin Notre-Dame.

Namun, terdapat dugaan bahwa jenazah du Bellay dipindahkan ke persimpangan transept di Notre-Dame pada 1569. Waktu ini kemungkinan setelah publikasi karya-karyanya secara lengkap.

Para ahli menduga bahwa pemindahan ini tadinya hanya bersifat sementara karena area makam di Katedral tersebut biasanya dikhususkan untuk para pejabat tinggi gereja.

Meskipun, terdapat banyak bukti bahwa jenazah dalam peti tersebut adalah milik du Bellay, tetapi masih banyak yang meragukan penemuan ini. Salah satu alasannya adalah hasil analisis isotop pada jenazah pada peti tersebut yang menunjukkan bahwa ia dibesarkan di wilayah Paris atau Lyon, sedangkan du Bellay lahir di Anjou.

Ke depan, para pakar dan pihak berwenang masih akan membuktikan siapa pemilik sebenarnya peti mati di bawah Notre-Dame tersebut. Presiden INRAP, Dominique Garcia menerangkan bahwa untuk membuktikan hasil analisis isotop jenazah, diperlukan tes DNA lebih lanjut.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads