Pekerja Mesir Kuno Punya Masalah Postur yang Sama dengan Karyawan Kantoran Zaman Now

ADVERTISEMENT

Pekerja Mesir Kuno Punya Masalah Postur yang Sama dengan Karyawan Kantoran Zaman Now

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 08 Jul 2024 17:30 WIB
Papirus 16 Meter Buku Kematian Mesir (Dok. Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir)
Ilustrasi karya juru tulis Mesir kuno.Foto: Papirus 16 Meter 'Buku Kematian' Mesir (Dok. Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir)
Jakarta -

Pekerjaan kantoran pada umumnya memang cukup aman dibandingkan pekerjaan luar ruangan yang menuntut fisik seperti konstruksi. Walaupun begitu, pekerjaan kantoran bukannya tanpa bahaya.

Duduk dalam waktu lama dengan postur tetap, kaku, dan janggal sambil melakukan gerakan tangan yang berulang dan kuat dapat merusak sistem muskuloskeletal. Bekerja di meja kerja dan mengalami sakit leher, bahu, dan punggung, bisa menjadi hal yang umum dialami.

Namun, ternyata hal ini bukanlah penyakit modern. Para antropolog di Universitas Charles di Praha menemukan para juru tulis Mesir kuno mengalami banyak perubahan kerangka seperti halnya para pekerja di kantor modern.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahaya Pekerjaan yang Dihadapi Para Juru Tulis Mesir Kuno

Para peneliti menganalisis sisa-sisa kerangka 69 laki-laki dewasa, yang 30 di antaranya adalah dari perkuburan Kerajaan Lama di Abusir (2700-2180 SM). Mereka menemukan banyak malformasi sendi degeneratif yang terjadi pada para juru tulis, tetapi tidak pada pria dengan pekerjaan lain.

Perubahan kerangka tersebut antara lain kerusakan pada sendi yang menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak, tulang selangka kanan, bagian atas humerus kanan (tempat bertemunya bahu), tulang metakarpal pertama di ibu jari kanan, bagian bawah tulang paha (tempat pertemuannya dengan lutut), dan di seluruh tulang belakang, terutama di bagian atas.

ADVERTISEMENT

Selain itu, para peneliti menemukan indikator stres fisik di humerus dan tulang pinggul kiri, yang mana lebih umum terjadi pada juru tulis. Ciri kerangka penting lainnya termasuk lekukan pada tempurung lutut dan permukaan rata pada tulang pergelangan kaki kanan bawah.

Ahli-ahli tulis Mesir kuno memegang posisi bergengsi dalam masyarakat mereka, bertindak sebagai penjaga pengetahuan dan budaya. Orang-orang ini menguasai sistem hieroglif yang kompleks, yang memerlukan pelatihan bertahun-tahun.

Juru tulis sangat penting bagi pemerintah Mesir kuno, karena mereka bertanggung jawab mencatat segala sesuatu mulai dari pengumpulan pajak hingga teks keagamaan. Hanya sekitar 1% dari populasinya yang melek huruf.

Keahlian mereka lebih dari sekedar menulis. Mereka juga mahir dalam matematika, astronomi, dan kedokteran. Ini menjadikan mereka sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan Mesir.

Jenazah para juru tulis tingkat tinggi sering ditempatkan di ruang pemakaman yang luas di dalam sarkofagus batu. Sebaliknya, orang-orang berpangkat lebih rendah dikuburkan di makam batu bata lumpur yang lebih sederhana

Pelatihan juru tulis dimulai sejak usia muda, sering kali di sekolah kuil tempat anak laki-laki belajar menulis di pecahan tembikar atau serpihan batu kapur. Seiring kemajuan mereka, berkembang menjadi gulungan papirus, beberapa di antaranya masih bertahan hingga saat ini.

Para juru tulis mempunyai status sosial yang tinggi, dibebaskan dari pekerjaan manual, dan dihargai dengan rasa hormat dan hak istimewa, walaupun studi baru ini mengungkapkan bahwa profesi mereka memerlukan biaya fisik.

Para juru tulis ini biasanya mengambil sikap berbeda saat menulis teks mereka. Mereka sering duduk bersila di tanah atau di bangku rendah, memegang palet di satu tangan dan sikat buluh di tangan lainnya.

Permukaan tulisan mereka, termasuk gulungan papirus atau serpihan batu kapur, diletakkan di pangkuan mereka atau pada permukaan datar di depannya. Kepala mereka menunduk ke depan dan tulang punggung mereka tertekuk.

Postur ini dapat menjelaskan kemunduran yang terjadi pada tulang belakang dan bahu mereka. Perubahan pada lutut, pinggul, dan pergelangan kaki menunjukkan bahwa juru tulis terkadang duduk dengan kaki kiri berlutut atau bersilang dan kaki kanan ditekuk dengan lutut mengarah ke atas.

Penggambaran sejarah, seperti patung dan hiasan dinding makam, sering kali memperlihatkan juru tulis dalam posisi duduk, serta berdiri sambil bekerja. Degenerasi sendi rahang kemungkinan besar disebabkan oleh mengunyah batang yang terburu-buru untuk membuat kepala seperti sikat untuk menulis, sedangkan degenerasi ibu jari mungkin disebabkan oleh mencubit pena berulang kali.

Temuan ini memberikan perspektif baru tentang kehidupan para penulis Mesir kuno dan membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut tentang kesehatan kerja pada populasi historis.

Studi ini dipublikasikan di jurnal Scientific Reports dengan judul "Ancient Egyptian scribes and specific skeletal occupational risk markers (Abusir, Old Kingdom)".




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads