Berbeda dengan makhluk hidup lainnya, jamur lendir tak memiliki otak dan kaki. Namun, mereka bisa bergerak dan mampu memecahkan masalah yang relatif rumit. Kok bisa?
Mengutip Science How Stuff Works, para ilmuwan kini akhirnya semakin memahami tentang jamur lendir. Tumpukan jeli yang bisa ditemukan pada kayu gelondongan busuk di hutan ternyata bukan jamur.
Makhluk ini dinilai lebih dekat hubungannya dengan amuba dibanding jamur. Tetapi mengapa organisme ini dinamakan dengan jamur? Kenali lebih jauh yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentang Jamur Lendir
Diketahui ada lebih dari 900 spesies jamur lendir (filum Myxomycetes) yang hidup di tanah, serasah daun, dan kayu gelondongan yang membusuk di bumi. Mereka terbungkus dalam suatu tempat yang sama sekali tidak berubah sejak 100 juta tahun yang lalu.
Ketika ditelusuri lebih jauh, umur jamur lendir ternyata lebih tua dari kenyataan yang ada. Secara umum jamur lendir mungkin telah berkembang biak di Bumi sejak sekitar satu miliar tahun lalu.
Bahkan mungkin saja mereka adalah satu satu organisme multiseluler pertama yang terbentuk dari sel-sel tunggal yang bergabung bersama. Wow!
Pada dasarnya jamur lendir memiliki kelompok yang sangat beragam, seperti:
1. Jamur lendir seluler
Hidup sebagai sel tunggal selama sebagian besar hidupnya hingga akhirnya berkumpul dengan jamur lendir lainnya yang hidup dalam satu kawasan. Berkumpulnya jamur lendir seluler dengan jamur lendir lainnya menjadi respon terhadap sinyal kimia.
Saat itu mereka mereka tengah kekurangan makanan atau harus berkembang biak.
2. Jamur lendir plasmodial
Jenis ini menghabiskan seluruh hidupnya sebagai salah satu organisme besar yang terkurung dalam satu membran. Satu membran diketahui berisi ribuan nukleus.
Hal ini bisa terbentuk ketika ribuan sel tunggal berflagel bertemu dan menyatu.
Meskipun jenisnya beragam, satu hal yang menjadi ciri tentang jamur lendir adalah siklus hidupnya. Sama seperti namanya, siklus hidup mereka secara umum menyerupai jamur.
Itulah sebabnya para ahli taksonomi menggolongkan mereka dalam kingdom jamur dengan begitu lama.
Siklus hidup jamur lendir sangat menarik. Mereka menyedot sebanyak mungkin makanan dari lingkungan dan mengubah tubuh menjadi kelompok paket spora.
Tubuh ini akan menyebarkan kabut halus spora ke udara dan jatuh di tempat manapun. Di mana spora jatuh, di sana akan menjadi tempat baru mereka memulai siklus hidup yang baru.
Tanya Latty, ilmuwan yang mempelajari jamur lendir dari School of Life and Environmental Sciences di University of Sydney membenarkan bila ilmuwan kini masih sangat sedikit mengetahui tentang ekologi jamur lendir liar. Sehingga peran organisme ini di sebuah ekosistem masih agak misterius.
Latty mempelajari kognisi antara serangga dan jamur lendir dan hasilnya organisasi ini memiliki keadaan rumit dan aneh. Menurutnya kawanan jamur lendir menganut sistem terdesentralisasi.
Artinya tidak ada pemimpin yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan berbeda dengan serangga. Namun sebagai individu, jamur lendir sulit untuk didefinisikan.
"Serangga berperan dengan baik baik di tingkat individu ataupun kolektif (karena) memiliki otak. Pada jamur lendir, jauh lebih sulit untuk mendefinisikan apa itu individu," kata Latty.
Jamur Lendir Cerdas
Untuk memperoleh pengetahuan, manusia mengandalkan otak. Tetapi bagaimana dengan hewan lain?
Hewan bernalar, belajar, merencanakan, hingga memecahkan masalah yang rumit dengan berbagai cara. Karena mereka tidak memiliki otak sebesar manusia.
Contohnya, gurita salah satu hewan yang memiliki otak. Tetapi sebagian besar neuronnya tersebar di seluruh tubuhnya yang lembek.
Meskipun begitu, gurita memiliki kecerdasan yang tidak dapat disangka. Seperti bisa membedakan antara manusia yang berpakaian sama hingga melarikan diri dari tangkinya.
Tetapi fungsi kognitif yang mengesankan ini tidak memiliki hubungan fisiologis dengan manusia. Mengingat gurita dan manusia berevolusi dengan jarak 460 juta tahun.
Berbeda lagi dengan gurita dan manusia, jamur lendir tidak memiliki otak atau bahkan sesuatu yang menyerupai neuron. Kendati demikian, organisme ini dinilai cerdas.
Para ilmuwan dapat menggunakan jamur lendir plasmodial untuk memecahkan labirin. Salah satu jenis pembelajaran yang dapat dilakukan jamur lendir adalah pembiasaan.
Jamur lendir uniseluler Physarum polycephalum dapat membiasakan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya. Baik tempat yang berdebu, kering, asing, atau tanah penuh bahan kimia.
Kecerdasan lain yang dimiliki jamur lendir adalah mereka mampu mengingat hingga mampu bergerak dan memutuskan arah mana yang akan dituju. Hal ini bisa terjadi karena mereka mengikuti makanan yang pernah mereka temui sebelumnya.
Itulah penjelasan tentang jamur lendir. Apakah kamu pernah melihat organisme ini detikers?
(det/nwk)