Jamur Aspergillus flavus ditemukan di makam Firaun Tutankhamun yang dibuka pada 1920-an. Semula, muncul desas-desus bahwa para penggali makam meninggal dini karena kutukan makam firaun.
Kemudian pada 1970-an, 10 ilmuwan meninggal beberapa minggu setelah masuk makam Casimir IV di Polandia. Hasil penyelidikan mengungkap, jamur A. flavus beracun dan bisa menyebabkan infeksi paru-paru, khususnya jika imun tubuh lemah.
Baru-baru ini, studi terbaru menunjukkan jamur mematikan ini berpotensi menjadi bahan anti-kanker untuk terapi. Hasil analisis genetika mendapati protein tertentu dalam A. flavus dapat menjadi sumber bahan antikanker jamur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antikanker dari Jamur Makam Firaun
Bahan antikanker jamur A. flavus dimurnikan sebelum digunakan. Senyawa yang telah dimurnikan bernama asperigimycin.
Saat dicampur dengan sel kanker manusia, dua dari empat asperigimycin ampuh melawan sel leukemia (kanker darah).
Sementara itu, tidak semua jenis sel kanker bisa dilawan asperigimycin, seperti sel kanker payudara, kanker hati, dan kanker paru-paru.
Hasil eksperimen lebih lanjut menunjukkan asperigimycin kemungkinan mengganggu proses pembelahan sel kanker tertentu.
"Sel kanker membelah secara tak terkendali. Senyawa ini menghalangi pembentukan mikrotubulus, yang penting untuk pembelahan sel," kata Sherry Gao, penulis senior studi dan Presidential Penn Compact Associate Professor bidang teknik kimia dan biomolekuler dan bioteknologi, dikutip dari laman University of Pennsylvania, Sabtu (28/6/2025).
Peneliti berencana melakukan uji asperigimycin pada model hewan. Diharapkan, formulanya bisa lanjut diuji klinis pada manusia.
"Alam telah memberi kita obat yang luar biasa ini. Kita harus mengungkap rahasianya. Sebagai insinyur, kami bersemangat untuk terus menjelajah, belajar dari alam, dan menggunakan pengetahuan itu untuk merancang solusi yang lebih baik," ucapnya.
Hasil studi Qiuyue Nie dan rekan-rekan ini telah dipublikasi di jurnal Nature Chemical Biology dengan judul 'A class of benzofuranoindoline-bearing heptacyclic fungal RiPPs with anticancer activities' pada Senin (23/6/2025).
(twu/nwk)