Kapal bangsa Eropa yang pertama mendarat di perairan Nusantara adalah milik Portugis. Kapal ini mendarat di wilayah Malaka pada 1511 dan dikenal sebagai kapal dagang besar (Nao).
Selama ini, sejarah banyak mencatat bagaimana bangsa Eropa melakukan pelayaran hebat melintasi samudra hingga sampai ke dunia timur termasuk wilayah Nusantara. Pujian ini diperkuat dengan kondisi kapal bangsa Eropa yang dianggap sangat maju pada zaman itu.
Misalnya kapal Portugis (Nao), mereka telah menggunakan kompas dan peta untuk mengarungi lautan. Bahkan, kapal Portugis yang mendarat di wilayah Nusantara telah dilengkapi prajurit, senjata ringan, hingga senjata berat. Dengan kemajuan ini, mereka dianggap berhasil mengendalikan perdagangan Asia Tenggara, terutama yang ada di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun berabad-abad sebelum itu, terdapat kapal megah yang menguasai perairan Nusantara. Sampai pada titik bangsa Eropa mengetahui kapal tersebut, mereka kagum dengan megahnya kapal Nusantara.
Jung Java, Bukti Kehebatan Maritim Nusantara Bukan Hanya Sekadar Imajinasi
Sejak kecil anak-anak di Indonesia dikenalkan dengan lagu "Nenek Moyangku" karya Ibu Soed. Lagu yang diciptakan tahun 1940 ini, mengungkapkan lirik mengenai nenek moyang yang hidup sebagai seorang pelaut.
Isi lagu tersebut memberi makna bagaimana dunia laut menjadi bagian dari kehidupan bangsa Nusantara sejak dulu.
Jika lebih ditelusuri lagi, lagu Ibu Soed bukan hanya cerita belaka. Lagu tersebut menyiratkan bahwa bangsa Nusantara atau kini disebut Indonesia, adalah negara kemaritiman yang besar.
Kehebatan Nusantara di wilayah perairan meninggalkan jejak sejarah. Salah satunya relief pada Candi Borobudur yang menggambarkan bentuk kapal Nusantara pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi.
Mengutip situs Kebudayaan Kemdikbud RI, kapal Nusantara tersebut bentuknya sudah menyerupai kapal modern, dengan tiga layar dan cadik ganda. Kapal yang digunakan orang-orang Jawa ini kemudian dikenal dengan Jong Jawa/Jung Java/Jung Jawa.
Jung Jawa merupakan kapal barang/kargo yang biasa berlayar di perairan Nusantara yang sangat luas dan membuat kagum bangsa Eropa di kemudian hari. Dalam sebuah catatan, pelaut Portugis, Tome Pires, mengatakan bahwa "Kapal Portugis terbesar di Malaka sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal, bila disandingkan dengan Jung Jawa."
Seberapa Besar dan Megah Jung Jawa?
Sebelumnya, ukuran Jung Jawa hanya menyebutkan jumlah penumpang dan beratnya, sehingga masih rancu seberapa besar ukuran kapalnya. Kemudian beberapa pakar mulai mencoba memetakan ukurannya.
Salah satunya, mengacu catatan sejarah dari Pierre-Yves Manguin (1980), salah seorang kolega Denys Lombard di EFEO (Sekolah Prancis untuk wilayah Timur Jauh), yang pernah menulis khusus tentang "jung".
Mengutip situs Indonesia.go.id, Manguin, menggambarkan "jung" sebagai kapal raksasa yang menjadi kapal dagang utama orang-orang Asia Tenggara. Kapal jung digambarkan memiliki kapasitas yang sangat besar dan bisa membawa komoditas yang sangat bernilai tinggi jika dibawa dalam jumlah besar. Contohnya, pada waktu itu adalah beras.
Dalam catatan sejarah yang ada, penggambaran kapal raksasa yang pernah didengar adalah kapal "kun lun po" yang berasal dari bahasa Tiongkok dan ada sejak abad ke-3 Masehi. Diketahui, kapal ini panjangnya lebih dari 50 meter dan tinggi di atas air bisa mencapai 4-7 meter serta mampu membawa 700 penumpang dan barang lebih dari 250-1.000 ton.
Menurut Muhammad Averoesi dari Universitas Brawijaya, dalam studinya yang terbit di "Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah" Vol 5, No 1, tahun 2022, ukuran kapal "jung" atau kapal kargo lebih besar jika dibandingkan dengan kapal pada abad ke-16 milik Portugis.
Pierre-Yves Manguin mengungkapkan bahwa standar bobot kapal dagang Eropa kala itu rata-rata 350-500 ton dan kapal "jung" ukuran yang terbesar diketahui bisa membawa 1.000 orang dan bobot 1.000 ton. Dengan ukuran sebesar itu, kapal "jung" dikatakan lebih besar dari ukuran kapal Portugis.
Sementara itu, pada masa kerajaan Majapahit tepatnya tahun 1322 Masehi, terdapat catatan dari penjelajah asal Italia yakni Friar Odoric da Pordenone. Catatan menyebutkan Majapahit mengerahkan 300 jung dengan tidak kurang dari 200.000 orang Jawa.
Itu menunjukkan bahwa mereka membawa lebih dari 660 orang per kapal. Salah satu kapal yang dipakai, diperkirakan mempunyai lebar 12,8-16 meter dan panjang 40-50 meter. Namun sayangnya, tidak ada catatan tentang jumlah penumpangnya.
Sebagai perbandingan, ukuran kapal K'un lun po membawa 600-700 orang bersama lebih dari 600 ton bobot mati. Ini menunjukkan bahwa kapal Jung Jawa memiliki ukuran yang juga lebih besar daripada kapal bangsa Eropa.
Meski begitu, studi mengungkapkan bahwa tidak ada bangkai kapal "jung" yang ditemukan. Untuk memperkirakan ukuran hanya dapat dilakukan dengan memeriksa laporan tertulis dan dari penggambaran yang ada.
Setelah mempelajari berbagai catatan para ahli tentang karakteristik "jung" dari Nusantara, Pierre-Yves Manguin mengungkapkan kapal orang-orang Jawa diperkirakan bisa sangat besar dengan panjang sekitar 50 meter dan kapasitas angkut 500 hingga 1.000 orang, serta kapasitas beban antara 250 hingga 1.000 ton.
(faz/pal)