Apakah Hewan Bisa Belajar Bahasa seperti Manusia? Ini Faktanya

ADVERTISEMENT

Apakah Hewan Bisa Belajar Bahasa seperti Manusia? Ini Faktanya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 18 Sep 2024 08:30 WIB
A common hill myna (Gracula religiosa), sometimes spelled
Foto: iStockphoto/Jeff Kingma/Burung Beo bisa menirukan beberapa kata dari bahasa manusia
Jakarta -

Bahasa menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, terutama untuk berkomunikasi. Namun, apakah bahasa hanya bisa dipelajari oleh manusia? Bagaimana dengan hewan?

Secara singkat, hewan mungkin tidak bisa memahami secara tepat terkait bahasa manusia, tetapi mereka bisa memahami tanda-tanda tertentu. Beberapa percobaan pernah dilakukan dan menunjukkan hewan memiliki kemampuan untuk memahami tanda dari manusia.

Uji Coba pada Hewan terkait Komunikasi dengan Manusia

Pada 1971, sebuah percobaan dilakukan kepada seekor gorila bernama Koko di Kebun Binatang San Francisco. Koko diajari menggunakan 1.000 jenis tanda yang berbeda. Ini didasarkan pada bahasa isyarat manusia tetapi dimodifikasi untuk morfologi unik gorila.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, Koko tak sepenuhnya menunjukkan pemahaman dengan 1.000 tanda yang diuji. Sebab, hewan itu tidak pernah menggunakan sintaksis yang tepat dan kemampuannya untuk membuat dirinya dipahami oleh orang lain sebanding dengan kemampuan anak manusia.

Pada saat yang sama, beberapa rekaman video menunjukkan Koko sedang berbincang dengan pengasuhnya, menunjukkan keakraban dengan konsep-konsep abstrak seperti kematian anak kucing peliharaannya.

ADVERTISEMENT

Namun, pencapaian ini banyak menimbulkan perdebatan. Sebab, apa yang ditunjukkan gorilla Koko tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pemahaman bahasa manusia, tetapi hanya sebatas isyarat tertentu yang sengaja dibuat oleh pengasuhnya.

Dalam uji coba lain pada 2013, para peneliti menemukan bahwa setiap lumba-lumba memiliki "siulan khas" yang unik bagi mereka. Hal itu diidentifikasi sebagai bahasa khusus yang berfungsi seperti halnya nama bagi manusia.

Hal ini juga ditemukan pada paus bungkuk dan paus biru yang menyanyikan "nyanyian kawin" untuk menarik perhatian betina. Nyayian ini semacam suara unik yang dipahami oleh para paus.

Isyarat ini juga ditemukan pada serangga yakni lebah, yang disebut sebagai "tarian waggle" untuk berbagi lokasi dan jarak ke sumber makanan dengan lebah lainnya.

Mengutip Discover Magazine, spesies serangga lain seperti semut berbicara melalui feromon, yang mereka tinggalkan untuk membantu satu sama lain menemukan jalan menuju koloni masing-masing. Itu sebabnya, semut tampak seperti memiliki jalur sendiri yang diikuti oleh semua koloninya.

Jadi, bisa dikatakan hewan belum bisa memahami secara verbal bahasa manusia. Namun, bahasa tubuh bisa menjadi bentuk komunikasi lain yang bisa dipahami oleh hewan.

Meski begitu, para peneliti terus memperhatikan hal-hal seperti pembelajaran produksi vokal, atau praktik menyalin suara dari lingkungan dan memodifikasinya untuk memenuhi kebutuhan sosial atau biologis.

Pembelajaran produksi vokal telah diamati pada sejumlah kecil hewan, termasuk burung penyanyi, burung kolibri, burung beo, kelelawar, lumba-lumba, dan gajah.

Hewan Memiliki Kecerdasan untuk Berkomunikasi

Studi di Universitas Chicago mencoba memahami bagaimana burung penyanyi untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana bahasa pada burung berkembang. Misalnya, burung berkicau ternyata menunjukkan kemampuan seperti manusia dalam mempelajari pola vokal yang kompleks.

"Ini akan membantu kita memahami kotak hitam bahasa dengan lebih baik," kata Margoliash, Profesor Biologi Organisme dan Anatomi, dikutip dari situs The University of Chicago.

Dalam hal ini, para peneliti telah lama mempelajari komunikasi vokal pada hewan, termasuk burung, paus, lumba-lumba, dan primata non-manusia. Pola-pola tersebut memberikan cara untuk memahami bagaimana bahasa manusia berkembang jika dilakukan program penelitian yang tepat.

"Hewan mempunyai kecerdasan lebih dari apa yang diperkirakan orang. Burung gagak mampu mengembangkan peralatan, misalnya. Burung Jay punya kemampuan mental untuk melakukan perjalanan waktu. Masalahnya adalah kita belum punya cara untuk mengukur kecerdasan itu," papar Margoliash.

Ke depan, para ilmuwan mengatakan bahwa penelitian semacam ini membuka cakrawala penelitian baru, terutama tentang bahasa dan perilaku manusia yang dianggap sebagai sesuatu yang unik.




(faz/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads