Tidak Hanya Manusia, Ternyata Burung Beo Punya Dialek dan Aksen Daerah

ADVERTISEMENT

Tidak Hanya Manusia, Ternyata Burung Beo Punya Dialek dan Aksen Daerah

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Senin, 26 Agu 2024 09:00 WIB
Beo Amazon Tengkuk Kuning
Foto: Doc. phy.org/Beo Amazon Tengkuk Kuning
Jakarta -

Bahasa dan dialek sudah lazim di kalangan manusia, tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa hewan juga memiliki dialek. Salah satu hewan yang memiliki dialek adalah burung beo.

Selama 22 tahun, peneliti dari University of Pittsburgh dan New Mexico State University mempelajari burung beo Amazon tengkuk kuning di Kosta Rika. Mereka menemukan bahwa burung beo tersebut memiliki dialek khas mereka sendiri.

Studi yang berjudul "Perubahan Budaya pada Populasi Burung Beo Amazon" dan terbit dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B itu dilakukan oleh Dr. Christine Dahlin dari Pitt-Johnstown bersama Dr. Timothy Wright, Grace Smith-Vidaurre, dan Molly K. Genes dari New Mexico State University.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentang Beo Amazon Tengkuk Kuning

Mengutip phys.org, beo Amazon tengkuk kuning adalah burung besar yang kawin seumur hidup, yang tidur dalam kelompok besar pada malam hari. Burung ini mencari makanan dalam kelompok kecil pada siang hari.

Mereka memiliki ciri khas menggunakan berbagai panggilan yang dipelajari dari sesamanya. Panggilan-panggilan ini yang menunjukkan dialek unik dari berbagai daerah.

ADVERTISEMENT

Misalnya, pada 1994, peneliti menemukan tiga jenis panggilan kontak berbeda yang digunakan burung beo di wilayah Utara, Selatan, dan Nikaragua. Kemudian saat memeriksa lagi pada 2005, mereka menemukan bahwa jenis panggilan dan batas wilayah tetap sama.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dialek vokal burung beo Amazon tengkuk kuning tetap stabil selama 11 tahun, dengan sedikit perubahan dalam batas geografis dan suara panggilan.

Namun, survei terbaru mengungkapkan perubahan signifikan dalam dialek, termasuk pergeseran geografis dan peningkatan variasi suara.

Pada survei tahun 2016, peneliti menemukan perubahan besar: batas antara dialek Utara dan Selatan bergeser, serta jenis panggilan baru muncul di wilayah yang sebelumnya hanya menggunakan dialek Selatan.

Dialek Beo Amazon Tengkuk Kuning yang Berkembang

Selama 11 tahun terakhir, peneliti menemukan bahwa jenis panggilan mengalami pergeseran geografis, mengakibatkan peningkatan wilayah bilingual dan perpaduan di sepanjang batas Utara-Selatan yang sebelumnya ada.

Peneliti juga menemukan bukti pergeseran akustik yang signifikan, termasuk perubahan dalam jenis panggilan dan peningkatan variasi suara secara keseluruhan. Hasil ini menunjukkan bahwa dialek dapat berubah sebagai akibat dari perubahan populasi dan lingkungan, yang memiliki implikasi penting bagi spesies yang terancam punah.

Di wilayah dialek Utara, peneliti mencatat peningkatan jumlah burung yang menggunakan dialek Utara dan Selatan. Masa sulit bagi spesies ini ditandai dengan penurunan jumlah individu, peningkatan pertanian, dan klasifikasi oleh IUCN sebagai sangat terancam punah.

Perubahan dialek ini mungkin merupakan upaya adaptasi burung terhadap ukuran kelompok yang lebih kecil dan perubahan sosial yang terjadi.

Menurut peneliti, studi lebih lanjut diperlukan untuk menghubungkan perubahan budaya dalam panggilan burung beo dengan masalah yang dihadapi spesies ini. Sebab, studi ini telah menyoroti pentingnya penelitian jangka panjang dalam memahami evolusi budaya.

Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana kemampuan burung beo untuk mempelajari panggilan baru dapat membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan alam liar.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads